34

1.2K 64 0
                                    

Dya memandang langit langit kamarnya melamun, namun perhatiannya teralihkan saat mendengar suara pintu kamar yang terbuka lalu tertutup kembali.

Orang itu langsung duduk di pinggir kasur anaknya tersenyum-

"Sayang, kamu jangan berantem sama Bian. Papah sering denger, papah gasuka"ucap Rena

Dya memincingkan matanya ke arah lain, kembali merasa bahwa adiknya adalah segalanya di hidup ini.

"Kamu ngalah sama ade kamu"ucap Rena lagi

Rena mengelus rambut anaknya tapi dengan cepat Dya menangkis.

Bukan, bukannya Dya tidak suka. Namun karena sudah biasa tanpa perhatian seperti itu, sekalinya mendapatkan perhatian seperti tadi membuatnya sedikit risih. Kurang nyaman.

"Kamu gimana sih ka?minta diperhatiin tapi kalau diperhatiin malah gamau"ucap Rena

"Itu dulu tapi sekarang enggak, sekarang aku malah merasa aneh"ucap Dya

Rena tersenyum lirih, perasaan sesak menyelusup ke dadanya mendengar anaknya berbicara seperti itu.

"Kamu mau lanjut ke universitas mana?"tanya Rena

"Gatau, liat nilai. Dan aku minta mamah sama papah berhenti bikin semua mimpi aku mati"jawab Dya

"Aku gak punya karakter karna mamah sama papah, dan aku gak punya mimpi cuman gara gara papah gak pernah hargai semua mimpi aku"ucap Dya

"Aku cuman minta keadilan, keadilan yang sama dengan Bian"ucap Dya

Dya langsung membalikkan badannya dan menutup tubuhnya dengan selimut mencoba untuk tidur.

Rena menangis tanpa suara, dengan tangan bergetar tangannya terulur mengusap rambut anak sulungnya lalu mengecup ujung kepalanya.

"Mamah sayang sama kamu"

Setelah itu Rena keluar dari kamar

Dya membuka matanya karena sebenarnya dia belum tidur, dia menjawab dengan bergumam "tapi mamah gak pernah bisa beri aku keadilan"

***

Dya menyenderkan kepalanya ke tembok, dia sedang terkena virus mager. Sahabat sahabatnya sedang pergi ke kantin, di kelas hanya ada dirinya seorang.

Baru kali ini dia merasa tenang, benar benar tenang tanpa memikirkan hal hal yang berat.

Bahkan dia sedang berimajinasi membuat tulisan dengan design yang keren.

"Ti, lo jangan keras kepala!"

"Gue lebih baik keras kepala daripada sahabat gue bakal lebih sakit nantinya!"

Dya menerjap dan mengernyit saat melihat ketiga sahabatnya sedang bertengkar "kenapa sih?"

Tia berjalan mendekat begitu juga dengan Sasha dan Cinta. Namun wajah Tia lebih dominan menahan amarah.

"Ti"ucap Cinta menggeleng

"Gini ya gue lebih milih bilang ini sama lo sekarang daripada nanti nanti. Tadi kita bertiga ke kamar mandi dan kita denger ade kelas ngobrol sama temen temennya"ucap Tia

Tia menghirup udara seakan ingin berbicara banyak lagi "dan dia bilang dia di chat Renzya, dan ternyata temen temennya di chat juga"

Hancur sudah imajinasi di kepalanya yang tadi ingin di gambar ke sebuah kertas

Hancur sudah semua ketenangannya

Hancur sudah senyum yang tadi sempat terukir di wajahnya

Dya bangkit dan melenggang pergi sebelum itu dia bicara "biarin gue sendiri"

Sudah cukup, dia harus meminta penjelasan. Dia tidak mau dibuat galau tidak jelas seperti ini terus, dia tidak akan biarkan ada cewe lain yang mendekati pacarnya.

Bugh!

Langkah Dya terhenti, dia mengintip dan bersembunyi di belakang sebuah pilar.

Matanya membulat-

"Jangan jadi pengecut!lo kasih kejelasan ke dia!"

Renzya mengusap ujung bibirnya yang berdarah "kenapa?lo suka?"

"Gitu gitu gue suka cerita sama dia, dia salah satu temen terbaik gue dan gue gak rela dia disakitin!"

Renzya mengusap wajahnya kasar "gue cape, gue bosen sama hubungan gue. Isinya cuman berantem dan berantem tau gak?!"

Kareef mengguncang bahu sahabatnya "lo bilang kalau emang lo bosen sama dia, lo jalan sama dia, bikin sesuatu yang buat lu gak bosen lagi, gak kaya gini caranya"

Renzya menghela nafas, memang rasa bosan susah menyelusup ke hatinya. Dan dia pikir pikir hubungannya selalu dipenuhi pertengkaran membuat dirinya sendiri merasa cape.

"Gak bisa!gue mau dia tetep sama gue!"ucap Renzya

Kareef mencengkram kerah sahabatnya "dan nanti setelah gebetan gebatan baru lo pada pergi nanti lo kembali ke dia?!"

"Lo jadiin Dya pelabuhan?!tampungan saat lu berhenti doang?!"tanya Kareef dengan suara meninggi

Renzya melepas tangan Kareef dari kerahnya, tangannya terkepal kuat.

No to ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang