38

1.2K 60 0
                                    

Dya menatap seseorang dari kejauhan dengan sendu, ada rasa rindu di dalam hatinya.

Dia rindu dengan semuanya, bahkan dengan pertengkarannya

Masih terekam jelas kenangan kenangan itu, entahlah apa hubungannya sudah dibilang kenangan atau belum tapi menurutnya sudah.

Dia berada di pinggir lapangan, dibalik sebuah pilar. Dia sedang berusaha untuk menghindar dari dua orang yang sedari tadi meminta maaf padanya, dan berujung dia malah disini menatap seseorang yang masih ada di hatinya.

Mengapa melupakan seseorang yang menjadi kenangan susah sekali?sedangkan melupakan pelajaran tanpa disuruh langsung lupa.

Dan jujur saja, hati kecilnya masih berharap bahwa mereka kembali lagi.

Ya, walaupun terlihat mustahil

Tapi setidaknya ada kemungkinan kecil

"Jangan mengharapkan sesuatu yang terlihat tidak nyata, nanti sakit"

Dya tersentak dan langsung membalikkan badannya, ada Kareef disitu.

"Udah mau UN mending lo fokus, ngapain mikirin orang yang bahkan sama sekali gak ada lo dipikirannya"ucap Kareef

"Lo kan sahabatnya?kenapa seolah lo bilang dia bukan cowo yang baik?"tanya Dya

Apa Kareef penghianat?tidak, Dya kenal betul dengan orang itu. Orang yang sering curhat padanya.

Kareef terkekeh seraya menyenderkan badannya di tembok "gue emang sahabatnya tapi bukan berarti gue harus bilang dia cowo baik padahal nyatanya enggak"

"Lo salah satu temen terbaik gue, gak bakal gue biarin lo malah jadi sakit walau udah terjadi sih"ucap Kareef

Dya tersenyum kecil

Seandainya orang itu, orang yang sekarang sedang bermain bola di lapangan bisa sebijak siswa di depannya.

Seandainya.

Dan pasti mereka tidak akan begini

"Udah jangan di liatin, entar dia makin terbang"ucap Kareef lalu berlalu pergi, sebelumnya dia menepuk bahu gadis itu pelan

Dya menatap kosong tembok di hadapannya, bahkan dia masih menganggap orang itu baik, disaat sahabatnya sendiri malah bilang yang sebaliknya.

***

Dya ingin benar benar kabur dari rumah rasanya. Tidak mungkin dia bercerita pada sahabatnya dan membuat mereka malah tidak fokus dengan ulangan ulangan di sekolah.

Kalau dulu biasanya dia akan pergi menemui seseorang dan akan menyender di bahu itu sambil memakan es krim.

Tapi sekarang tidak mungkin lagi

Dya mengambil kunci mobil dan langsung pergi, dia tidak bisa begini.

Dia meminggirkan mobilnya saat ada sebuah mobil menghadangnya-

"Minta tabok ni"gumamnya

Dya keluar dari mobil

"Kalian ngapain sih?!minggir gak?!"suruh Dya kesal

Namun dua orang itu tetap terdiam dan menyender di mobilnya santai, seperti tau apa maksud kedua orang itu Dya berdecak-

"Oke gue maafin!"

Sontak Evan dan Varo langsung ber-high five

"Kalau tau kaya gini, ngapain dari kemaren kita nyusun kata kata buat kaka cantik"ucap Varo terkekeh

Dya jadi geli sendiri, apalagi saat mengingat kata kata yang keluar dari mulut Evan dan Varo waktu itu.

Mungkin niatnya biar puitis, tapi jatohnya malah menggelikan

"Yaudah sana minggir!"suruh Dya

"Gak ah"ucap Evan santai lalu melemparkan sesuatu ke gadis itu

Dya memekik "EVAN!"

Dya langsung masuk ke dalam mobil, sedangkan kaka beradik itu tertawa telah berhasil mengerjai gadis ini dengan kecoa mainan.

Dya menyenderkan kepalanya lalu menoleh menatap ke jalanan, seketika dadanya sesak, matanya langsung berkaca kaca, pertahanan yang sedang dia buat langsung runtuh seketika.

Dia menyesal menatap jalanan dan malah diperlihatkan pemandangan seperti itu-

Renzya dengan seorang gadis sedang berjalan berdua menyusuri trotoar, tak jarang mereka terlihat tertawa bersama.

Dya menutup wajahnya dan menangis disana, dia lupa ada dua orang yang masih berada di posisinya. Di depan mobilnya dan menatap lewat kaca mobil depan.

Dya melihat kebelakang dan ternyata jalanan sedang kosong, dia memundurkan mobil lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi-

Brak

Semua barang di jok belakang berjatuhan saat gadis itu mengerem mendadak

Hampir saja dia menabrak pembatas jalan-

Tiba tiba ada yang membuka pintu mobilnya, dengan cepat Dya memeluk orang itu. Dya tidak tahu siapa yang di peluk, intinya dia sedang butuh pelukan.

Sayup sayup dia mendengar suara-

"Jangan konyol"

Hingga matanya memejam karna merasa cape










No to ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang