35

1.2K 65 0
                                    

Dya membengkap mulutnya, air mata sudah deras meluncur bebas ke pipinya. Dia mendengar semuanya, dari awal dan hancur sudah semuanya.

Tidak ada pergi berjalan bersama setelah hubungan membaik, seperti rencana Dya.

Tidak ada saling memeperkan es krim ke wajah, seperti di pikirannya.

Yang ada hanya sebuah angan angan yang harus terhempas begitu saja tanpa memikirkan orang yang berangan angan.

Yang ada hanya hati yang sedang terluka

Dya keluar dari tempat persembunyiannya-

"Renzya"lirih Dya

Kedua laki laki tersebut menoleh dan langsung terkejut, Kareef yang merasa ini akan menjadi privasi langsung melenggang pergi meninggalkan dua insan yang hubungannya sedang menggantung.

"Sejak kapan?"tanya Renzya pelan

Dya tak menjawab, dia melangkah terus mendekat hingga akhirnya dia sudah berhadapan dan hanya berjarak beberapa centi saja dengan pacarnya.

"Jadi selama ini cuman aku yang mempertahankan hubungan di ujung tanduk yang kamu buat sendiri?"tanya Dya parau

Renzya bungkam

"Maaf gak bisa buat kamu nyaman di hubungan ini. Wajar kamu bosen, wajar kamu cape, benar kata kamu kita terlalu sering bertengkar"ucap Dya

Gadis itu menarik nafas saat merasakan sesak di dadanya, kini suara isakan tak bisa ia tahan lagi. Air matanya mengalir lebih deras, bahunya naik turun, dan nafasnya yang tersendat sendat.

"Seharusnya kamu bilang, kamu gausah gaenak untuk selesaikan hubungan ini. Kamu juga gausah kasian, kamu gak usah bilang break padahal itu hanya cara kamu agar hubungan ini bisa selesai sedikit lebih baik"ucap Dya

Sekarang dia percaya, tidak semua orang yang berhenti hanya untuk berhenti sejenak. Kadang ada juga yang memang ingin berhenti karna sudah tak kuat.

Sekarang dia percaya, berhenti sejenak hanya alasan untuk mencari kebahagiaanya sendiri.

"Bilang Renzya bilang!jangan malah ngegantung hubungan ini!"ucap Dya dengan suara meninggi

"AKU BINGUNG RENZYA!"teriak Dya lalu menutup wajahnya

Renzya melepaskan tangan gadis di depannya dari wajahnya, dia menghapus air mata di wajah gadis itu yang malah membuat alirannya makin deras.

"Jangan nangis"

"Kamu terus bilang seperti itu seakan kamu siap jadi penangkal kesedihan aku, nyatanya kamu yang membuat semua kesedihan itu!"teriak Dya susah payah karna nafasnya makin tak beraturan

"Dya-"

"Kita putus"

Setelah mengatakan kalimat itu Renzya langsung memeluk gadis di depannya. Gadis yang detik lalu masih notabenenya pacarnya, namun sekarang satu detik setelahnya berubah menjadi sang mantan.

Renzya mengusap kepala gadis itu dan memeluknya erat

Sedangkan Dya langsung tambah dibuat menangis, suara tangisannya membuat hati yang sedang memeluknya ikut pilu.

Dya menyembunyikan wajahnya di dada dan memeluk erat sang mantan. Mungkin ini akan menjadi pelukan terakhir mereka. Pelukan dimana salah satu dari mereka memilih untuk pergi mencari kebahagiannya sendiri, sedangkan yang satu masih tertinggal di belakang dengan kesedihannya.

Renzya mengecup ujung kepala gadis itu berkali kali "jangan nangis"

"Hubungannya telah selesai Renzya"bisik Dya terisak

Renzya melepaskan pelukannya dan mendekatkan wajahnya pada gadis itu "maaf"

Dya terisak lalu berjalan pergi namun baru beberapa langkah ia berhenti dan menoleh ke belakang menemukan Renzya yang masih menatapnya-

Dalam seperkian detik dia sudah berada di pelukan Renzya lagi.

"Pelukan terakhir, pelukan perpisahan, pelukan penyudahan, pelukan permintaaan maaf, pelukan kekecewaan"ucap Dya dengan suara pelan

Setelah puas dia melepaskan pelukannya dan benar benar melangkah pergi.

Renzya juga melangkah-

"Selamat lo udah kehilangan cewe yang gak bakal lo temuin lagi dimanapun kecuali dia sendiri"Kareef menepuk bahu sahabatnya dua kali

Dya berlari ke taman, dia duduk di salah satu bangku.

Dia masih tidak mengerti, kenapa harus secepat ini?kenapa semuanya telah selesai hanya karna rasa bosan.

Kenapa harus berakhir seperti ini?

Kenapa harus meninggalkan luka yang dalam?

Kenapa dia terlalu munafik pada dirinya sendiri?disaat logika mengatakan bahwa Renzya akan berhenti benar benar, kenapa hati seolah terus meyakinkan dirinya bahwa mereka hanya berhenti sejenak.

"Lo gapapa?"

"Gue gapapa"jawab Dya namun setelah itu dia kembali terkisak membuat yang bertanya mendengus

"Katanya gapapa tapi nangis, gimana sih?!"gumam orang itu







No to ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang