21

1.2K 62 1
                                    

Dya menerjapkan matanya beberapa kali lalu mengambil ponsel yang berada tak jauh dari tubuhnya. Dia menggeram kesal saat melihat di ponselnya bawah sekarang masih pukul tujuh.

Kenapa kalau hari libur pasti selalu bangun pagi?!

Dia mengacak rambutnya namun dia terdiam saat mendengar suara mesin mobil, dia makin dibuat kesal-

"Kenapa harus pulang?!"geramnya tak suka

Dia sudah bisa tebak siapa yang datang

Terbukti Dya mendengar suara obrolan dari lantai bawah. Baru saja dia ingin kembali memejamkan mata, suara ketukan pintu membuatnya kembali duduk.

Dia membiarkan suara ketukan itu terus terdengar sampai yang ke-lima kalinya barulah ia membuka pintu.

"Ka, ada papah"

Dya hanya diam

"Disuruh mamah buat turun"

Dya diam tak merespon namun saat dia ingin menutup pintu kamar, tangannya ditarik membuat dia menghempaskan tangan adiknya-

"Bisa gak si nurut kata mamah?"tanya Bian

Dya memutar bola matanya malas lalu menutup pintu dan kembali merebahkan diri di kasur, tiba tiba saja dia terserang virus mager.

"Kaka keluar, ada papah"

Dya mendengus lalu membuka pintu dan langsung menemukan Rena "banyak tugas"

"Cepet turun!"

Dya menguncir rambutnya dan menutup pintu lalu dia turun kebawah, namun yang dia lihat malah membuat dia menyesal turun ke bawah.

Tanpa bicara dan juga tanpa salim, dia langsung duduk di sofa dan langsung mengganti channel televisi.

Kupingnya terasa panas mendengar percakapan Bian dengan Aldi, papahnya.

"Ka"

Dya menoleh

"Kamu kalau keluar lampunya matiin, kata mamah bayar listrik jadi mahal gara gara kamu suka nyalain semua lampu"ucap Aldi

Dya hanya diam setelah itu dia langsung pergi ke lantai atas saat, saat ingin melangkah masuk ke kamar dia menoleh ke kamar sebelahnya. Kamar dengan pintu berwarna cokelat.

Di pintu itu ada tulisan 'BIAN' dan beberapa stiker yang menempel

Dya bergumam "gue benci banget sama lo"

Lalu dia langsung masuk ke dalam kamar tak menyadari bahwa si empunya kamar mendengar dan melihat itu semua.

***

Dya mengambil topi abu abu lalu disimpan ke dalam tas setelah itu dia langsung turun ke bawah dan meminum susunya lalu pamitan kepada Rena dan Aldi. Dia langsung melajukan mobil merahnya.

Bisa dilihat gerbang sudah ramai oleh para siswa siswa dan jangan lupakan wajah wajah malas yang terlihat jelas.

Sebenarnya Dya juga sama sih, entahlah kenapa Senin itu selalu jadi korban hitamnya para siswa.

"Pagi kaka cantik!"

Dya mendengus melihat kakak beradik di depannya

"Senyum dong, pagi pagi udah galak aja"goda Evan lalu belari pergi bersama adiknya

Dya menggeram "awas aja kalo sampe kena"

Dia berjalan melangkah masuk, dia membalas sapaan sapaan yang ia terima-

"Dya, Renzya mau cabut nih!"

Suara itu membuat Dya menoleh dan melangkah cepat masuk ke dalam kelas 11C-IPS. Didalam kelas itu semua siswa langsung tertawa melihat muka garang Dya, dan muka memelas Renzya.

Renzya memukul tiga sahabatnya yang telah teriak dan jadilah pacarnya kini sudah berada di hadapannya.

"Tuh tuh, masa gue dipukul"adu Zahram

"Masa katanya kita bikin rencananya gagal"adu Kareef dan Verrel

Dya menaikkan satu alisnya "mau cabut upacara?"

Renzya menggeleng cepat "enggak lah, yakali"

"Boong tuh boong!"

"Jangan percaya Dya!"

"Tadi Renzya malah ngajak gue!"

"Abisini aja Dya!"

Sorakan sorakan dari siswa siswa 11C-IPS membuat Renzya mendelikkan ke teman teman sekelasnya yang sedang tertawa

Dya menarik telinga pacarnya lalu melangkah keluar membuat sesisi kelas terbahak dan dan tak menghiraukan ringisan dari Renzya.

"Sha, tolong taruhin tas gue ya"ucap Dya lalu menaruh tasnya asal di depan Kelas

Dia langsung melangkah pergi ke halaman belakang, barulah dia melepaskan tangannya dari telinga pacarnya

"Aduh sakit tau"ringis Renzya

Dya berkacak pinggang "makanya jangan sok sok mau cabut deh!"

"Iya iya enggak, tadi cuman hilap"ucao Renzya

"Awas ya, kupites nanti"ancam Dya

Karna gemas Renzya mencubit pipi gadis di depannya, rasanya dia seperti sedang diomeli oleh mamahnya.

"Jangan cubit cubit ih"kesal Dya

Lagi lagi Renzya terkekeh




No to ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang