Beberapa tahun kemudian-
Seorang laki laki menatap sebuah undangan di tangannya sendu, ada rasa kaget saat melihat nama yang tertera disana.
***
Seorang perempuan dengan celana kulot se-lutut berwarna hitam, kemeja putih dengan corak bunga berwarna merah muda dimasukan ke celananya, dan ada sebuah jaket jeans oversized yang terlihat kebesaran tersampir di bahu menutupi kedua lengannya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya dan tersenyum.
"Maaf lama"
"Gapapa"balas si laki laki yang kini memakai kemeja biru dongker
Perempuan yang tak lain Dya memesan makanan pada salah satu pelayan, dan kembali menatap laki laki di depannya "jadi ada apa?udah dapet undagannya, kan?"
"Udah"
Laki laki itu Renzya
Laki laki yang sewaktu SMA-nya memutuskan seorang gadis hanya karna merasa bosan
"Gue pengen jelasin tentang hubungan kita dulu, kayanya dulu itu bukan suatu perpisahan yang baik"ucap Renzya pelan
Matanya menatap perempuan di depannya yang kini bermetafosis menjadi perempuan anggun, bisa dilihat dari cara duduk, dan bagaimana dia memesan makanannya.
Wajahnya terlihat dewasa.
Dya terkekeh pelan "udah lama banget"
"Hubungan kita dulu terlalu banyak kata maaf, terlalu banyak pertengkaran, terlalu banyak perdebatan, terlalu banyak kata yang tidak ada aksinya. Gue kira itu bakal bikin hubungan kita makin kuat, ternyata salah, itu malah yang bikin kita gak bisa sama sama"jelas Dya
Renzya menunduk dan meminum secangkir kopi di mejanya sedikit-
"Maaf"ucap Renzya
Selama mereka putus, Renzya dan Dya memang last contact. Apalagi Dya yang waktu itu langsung blokir semua akun sosmednya.
Dan Renzya juga yang tidak peduli, yang dia pedulin adalah gebetan gebatannya waktu itu
Renzya mendongak "lo beneran sama dia?"
Dya mengangguk, ada senyum yang mengembang lebar di wajahnya-
"Doain ya"ucap Dya
"Kenapa bisa?"tanya Renzya masih tak percaya
Seperti tahu siapakah 'dia" yang dimaksud Renzya, Dya menghela nafas pelan "Bisa, disaat gue hanya butuh ketenangan tanpa ada kata kata dia lah yang berikan itu semua. Disaat semua orang berlomba lomba mengatakan pendapatnya ke gue, dia enggak. Cukup memberikan beberapa kata tapi langsung bisa gue mengerti"
"Gue jatuh cinta dengan pesona dan cara dia mencintai. Dia gak senakal anak anak remaja yang lainnya tapi dia juga gak sebaik atau se-pendiam anak anak pinter di sekolah, tapi dia bisa menyesuaikan diri, dimana dia bisa sedikit nakal dan dimana dia harus jadi cowok cerdas walau bukan dengan nilai ulangan sempurna. Bahkan dia bisa bermetamofis menjadi sang cassanova jika sedang bermain basket"
"Dia suka sama gue lebih dulu dari Aza ataupun lo, tapi dia cuman bisa mencintai dalam diam dan menyamar menjadi orang yang iseng banget sama gue. Itu cara dia mencintai gue, ternyata selama ini dia selalu ada di sebelah gue cuman dengan cara yang berbeda, sedikit menjengkelkan. Sebenarnya dia sering natap gue dari kejauhan, tapi gue terlalu fokus natap ke satu titik"
Renzya merasakan ada sesak luar biasa di hatinya, bagaimana orang itu bisa memiliki perasaaan tanpa terlihat. Bahkan dia tidak menyangka.
"Dia gak pernah maksa sesuatu buat jadi miliknya, menurutnya enggak semua yang dicintai harus dimiliki. Bahkan disaat kita putus, dia enggak ngedeketin gue atau begituan. Yang dilakuin adalah pelan pelan coba untuk memberikan gue semangat"
"Bahkan waktu itu gue tetep gak yakin sama dia, selulus SMA gue sering ilang, menghindar, tapi dia gak pergi. Sampai akhirnya gue sadar"
Dya menghela nafas panjang, ini seperti dongeng. Tapi menurutnya ini adalah dongeng rumit yang indah.
Segala sesuatu yang rumit biasanya akan berakhir indah, sesuai bagaimana cara orang menghadapinya saja.
"Dia pergi?"tanya Renzya
Dya menggeleng "enggak"
"Dia gak pernah pergi sekalipun gue gak yakin sama dia, sekalipun gue yang pergi tapi dia gak pernah pergi, sekalipun cuman buat bikin gue sadar dia tetap gak pergi. Udah gue bilang, kan dia gak pernah memaksakan. Gue sadar, gue kehilangan. Gue kehilangan orang yang seharusnya ada sejak awal, tapi kenapa malah gue abaikan. Saat itu gue langsung meluk dia, dan dia cukup balas pelukan gue sambil ngusap rambut gue"ucap Dya
Renzya bisa dengan jelas melihat kebinaran mata perempuan di depannya, dan juga bibirnya yang daritadi terus membuat sebuah lekungan. Terlihat jelas bahwa yang dikatakan perempuan ini memang benar.
"Dia marah setiap tau gue nangis karna lo atau juga berantem, tapi dia sadar walaupun dia punya perasaan sama gue tetep aja itu bukan urusannya, itu urusan gue sama lo waktu itu"ucap Dya seraya tersenyum kepada pelayan yang membawakan pesanannya
Dya yang sedang memakan wafflenya tersentak saat merasakan sebuah tangan menggenggam salah satu tangannya yang terletak di atas meja-
"Gak ada lagi kesempatan untuk gue?"
Dya menyingkirkan tangan laki laki itu, dia menggeleng tegas "gue gak percaya lo nanyain ini setelah hitungan jari gue bakal nikah"
"Lo telat. Banget. Kalau aja waktu itu lo ngomong sama gue, bahkan saat waktu lulus SMA hati gue masih buat lo, tapi sekarang enggak"ucap Dya
"Saya telah jatuh sejatuhnya dengan laki laki yang mencintai saya dalam diam dan tanpa memaksa ingin memiliki"ucap Dya lagi
Renzya kecewa
Dia marah, marah dengan dirinya sendiri
"Tapi lo pernah bilang lo gak mau jatuh cinta, karna jatuh itu sakit"ucap Renzya pelan
Dya mengangguk "itu dia. Dari awal aja kita udah salah gak mau jatuh cinta karena jatuh itu sakit, tapi yang kita mau saling memliki perasaan. Sedangkan sebenarnya perasaan itu bisa macam macam, dan sekarang gue ngerti. Kalau lo udah main sama cinta, ya harus lo tanggung resikonya"
"Dia tau lo kesini ketemu sama gue?"tanya Renzya
Dia masih berharap
Dya mengangguk "dia tau"
"Gak ngelarang?"tanya Renzya
"Enggak, dia gak pernah mau ngatur Gue karna dia tau siapapun itu dan apapun itu statusnya gue tetep gasuka ada yang mencampuri kehidupan gue"ucap Dya
Dya bangkit dari kursinya "udah ya, gak bisa lama lama. Semoga lo bisa dateng"
"Biar gue yang bayar"sela Renzya cepat saat melihat perempuan itu ingin meletakkan uang diatas meja
Dya tersenyum setelah itu keluar dari cafe dan masuk ke sebuah mobil yang baru saja masuk ke halaman cafe.
Kadang, cinta dari orang yang mencintai dalam diam lebih indah.
Dan lihat, siapa yang menemukan kebahagiaannya lebih dulu, yang mencari kebahagiaan?atau yang dian dengan tangisannya?kini semuanya terjawab.
Mungkin benar yang dikenang biasanya lebih mudah melupakan, tapi melupakan juga bukan berarti perasaan itu bisa hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
No to Chance
Teen FictionRenandya Afahranda Dirga, cewe tergalak yang pernah ada Renzya Thomas Willyam, cowo paling susah diatur Mereka sepasang kekasih. Anak anak lain menyebut mereka pasangan dengan sembilan nyawa- Kenapa begitu? Penasaran dengan cerita mereka? Yuk dibaca...