29

1.1K 57 0
                                    

Jika jatuh hati tak berujung kepada sebuah kebahagiaan, buat apa perasaan itu harus ada?

Jika takdir ingin memisahkan dari awal, untuk apa harus ada pertemuan?

Jika takdir ingin menyatukan, untuk apa harus ada ujian?

Jika takdir ingin memberikan kebahagiaan, untuk apa harus ada sebuah tangisan dulu?

Kenapa harus ada kebahagiaan jika kebahagiaan itu hanya sementara?

Apa semuanya harus diawali oleh rasa sakit?apa memang harus menangis dulu baru bisa bahagia, begitu?

Dya masih bertanya tanya namun dia hanya bisa bertanya di dalam hati tak pernah mencoba untuk menanyakannya ke orang lain.

Sudah hampir dua minggu lamanya dia break dengan Renzya tapi masih saja seringkali membuatnya menangis. Jika biasanya disaat liburan dia akan bahagia, kali ini liburannya malah diisi oleh tangisan.

Suara ketukan pintu membuat dia terpaksa harus keluar dari kamar dan melihat siapa tamu yang datang-

"Halo!"

Dya menghela nafas berat

"Besok kita bakal jemput lo, dan kita bakal pergi ke acara musik itu!"ucap Evan

"Gue-"

"Ailah, lo yang promosiin lo juga juga yang gak bisa gimana sih"potong Varo

"Yaudah iya"jawab Dya

Setelah adik kaka itu itu pergi, Dya langsung menutup pintu rumah dan kembali ke kamarnya.

Mungkin ini saatnya dia harus bahagia dan lepas dari tangisan. Lagipula Renzya yang bilang mereka harus intropeksi diri bukannya malah nangis terus menerus.

Renzya juga yang bilang bahwa ini cara agar mereka tahu apakah mereka saling membutuhkan atau tidak. Itu berarti Dya juga harus mencari tahu.

Mulai hari ini sepertinya Dya memang harus menikmati dulu hubungan yang tengah diujung tanduk ini.

Dya menepuk dahinya, acara musik yang salah satu pantianya adalah Azka itu juga semacam pesta kostum. Dikarenakan acara ini juga dipersambahkan untuk pelajar pelajar yang telah melakukan ujian nasional, dan untuk mengembangkan sebuah kreatifitas.

Berarti dia harus mencari kostum untuk ia pakai.

***

Dya langsung turun kebawah saat mendengar suara mobil. Dahinya mengernyit saat melihat Evan dan Varo dengan wajah terkejut melihat dirinya.

Dya memakai baju balet berwarna merah muda, ada gardigan sepinggang berwarna putih gading untuk menutupi punggungnya, stoking putih panjang di kakinya, dan sepatu khusus balet. Di kepalanya ada sebuah bando berbentuk telinga kelinci yang menghiasi. Dan rambut yang dikuncir kuda tinggi.

Bibirnya diberi lipstik merah darah, lalu ada eyeliner hitam di bagian bawah mata sampai ujungnya, pipinya diberi blush on berwarna pink, kelopak matanya diberi berwarna pink juga. Dia memang membuat dandananya sedikit nyentrik, anggap saja kali ini dia sedang benar benar mengekpresikan perasaannya. Lagipula ini semacam acara musik dengan pesta kostum juga,kan.

Sedangkan Varo menggunakan kostum Harry Poter. Lengkap dengan jubah, topi, sampai kacamata bulat yang kini sudah bertengger di hidungnya. Bahkan ada sebuah buku tebal dan sebuah tongkat di tangannya, ditambah sebuah sapu yang sudah dihias agar mirip seperti di film Harry Poter itu sendiri.

Evan sendiri memakai kostum vampire. Dengan sebuah jubah panjang, pakaian serba hitam, dan gigi palsu yang menyerupai seorang vampire.

"Ayo berangkat!"ajak Dya

Evan duduk di jok pengemudi, Varo duduk di sebelelah pengemudi, dan Dya duduk di belakang.

"Jadi siapa yang suka mobil lama?"tanya Dya

Evan memang membawa sebuah mobil model lama dengan warna caramel dan ini terlihat classic.

"Gue sama bokap"jawab Evan

"Varo?"tanya Dya

"Gue lebih suka yang modern"jawab Varo

Dya menganggukkan kepalanya

"Bokap suka mobil model lama tapi yang agak classic sih, kalau gue gak harus classic juga suka. Dan ya kita bakal modif mobilnya dikit dikit"jelas Evan

Setelah bermacet macetan ria akhirnya mereka sudah sampai di tempat acara musik tersebut, baru di area parkiran saja sudah disambut dengan lampu lampu yang gemerlap. Acaranya memang malam hari.

Dan ternyata benar saja hampir seluruh orang yang datang menggunakan kostum berbagai macam. Dya melihat sekeliling dan berdecak kagum melihat ramainya acara ini, dia bisa melihat banyak teman sekolahnya juga disini.

"Foto dulu ayo!"ajak Varo

Mereka langsung menghampiri salah satu both dengan latar belakang tulisan tulisan misalnya seperti motivasi berwarna warni. Mereka langsung berpose karna sudah ada photograper yang siap untuk mengambil gambar, tinggal di cetak dan di pindahkan ke ponsel.

Di panggung sana sudah ada seorang dj yang langsung membuat semua orang disini langsung loncat loncattan begitu juga dengan Dya.

Dia tak menyesal ke acara ini

"Dya?!"

Dya menoleh dan langsung memeluk ketiga sahabatnya yang ternyata datang juga dengan kostumnya masing masing.

"Sama siapa kesini?"tanya Tia

"Evan, Varo, tapi mereka lagi beli minuman"jawab Dya

Dya baru sadar, semenjak ia pacaran dengan Reznya. Hubungannya dengan sahabat sahabatnya tak sedekat dulu.

Seolah dia mempunyai dunianya sendiri





No to ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang