Hampir setiap orang yang melewatinya akan menoleh meski hanya sesaat. Tapi ia seakan tak sadar dengan setiap mata yang menatapnya. Mungkin itu effect dari memakai earphone.
Yang dimaksud adalah namja dengan seragam Seonwol High School yang duduk di halte sambil membaca buku kecilnya ditemani musik dari earphonenya. Menunggu bus.
Hari ini ada yang berbeda dengannya, ia memakai syal biru gelap. Memang, saat itu masih awal musim semi sehingga udara masih terasa dingin dan masih ada sisa salju di sisi jalan.
Sementara dari jauh, sudah ada mata manis yang memperhatikannya. Dari seberang. Seragam yang dipakainya sama, menunjukkan mereka satu sekolah. Ia sedang menunggu lampu menyebrang menjadi hijau.
Tepat saat lampu berubah jadi hijau, ia menyebrang. Namanya Kim Jisoo, tahun ini ia kelas 2 di Seonwol. Tapi ia belum tau pasti akan masuk kelas apa.
Dan namja itu, Park Jimin. Semua di Seonwol mengenalnya, panggilan yang tertempel padanya yaitu Pangeran. Kenapa? Dia tampan, berbakat, baik hati dan menempati ranking 1 seangkatan selama dua semester kemarin.
Bus yang melewati Seonwol sudah terlihat, tapi Jisoo masih harus berjalan sejauh 5 meter lagi. Segera Jisoo mengambil langkah seribu.
Payah, aku paling tidak bisa olahraga adalah lari...
Di halte, bus sudah berhenti. Jimin pun terlihat sudah siap untuk naik. Ia membiarkan oranglain mendahuluinya. Gawat, aku akan tertinggal!
"Chankkamman!" seru Jisoo dari jauh. Percuma, suaranya terlalu kecil.
Tepat saat pintu tertutup, Jisoo baru sampai di halte. Ia membungkuk mengatur nafasnya yang pendek-pendek akibat berlari. Tapi kemudian pintu bus terbuka kembali, dan hal pertama yang Jisoo lihat adalah Jimin berterimakasih pada sang supir.
Cepat-cepat Jisoo menaiki bus. Sambil menscan kartu transportasinya, ia melirik dimana Jimin duduk. Ia harus berterimakasih.
Meski kakinya terasa lemas setelah berlari secepat yang ia bisa, Jisoo harus berjalan normal. Sebentar lagi langkahnya akan melewati kursi Jimin.
"Geomaweosseo." bisik Jisoo saat melewatinya. Pelan, singkat dan cepat.
Segera Jisoo duduk di dua kursi di belakang kursi Jimin. Ia menghela nafas seakan sejak tadi menahan nafas. Itu kali kedua Jisoo bicara pada Jimin dan rasanya gugup sekali.
Menyedihkan sekali. Jisoo sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jimin, sejak hari pertama sekolah. Sudah setahun berlalu. Hanya saat itu dan hari ini aku berani bicara padanya, dan yang ku katakan adalah hal yang sama.
Jisoo menyandarkan kepalanya ke kursi bus dan menutup mata. Masih teringat jelas memori setahun lalu yang terjadi di hari pertama sekolah. Hari dimana penerimaan murid baru di Seonwol.
.
.
Hari itu Jisoo sengaja datang pagi. Berfikir baru hanya ia saja yang datang, Jisoo memutuskan untuk berkeliling lingkungan Seonwol.
Lingkungan dalam Seonwol banyak ditumbuhi pepohonan. Ia merasa tertarik untuk datang ke taman mini. Taman Cinta. Begitulah Jisoo dengar dulu saat masih SMP.
Didalamnya sebuah pohon sakura besar tua dikelilingi pohon pinus, hal yang jarang ditemui di sekolah. Pohon sakura itu seakan di lindungi. Di sekitar lingkaran pohon pinus terdapat taman bunga berwarna warni yang dirawat oleh klub kebun Seonwol.
"Wah, aku tidak tau kalau taman ini benar-benar cantik." gumam Jisoo pada angin.
Matanya tak bisa bohong, kalau itu memang menakjubkan. Saat melihat-lihat jenis bunga disana, tiba-tiba Jisoo mendengar suara kecil mengeong entah dari mana. Suara anak kucing, jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Along Time [JimSoo]
Fanfiction'Kurasa memang lebih baik dulu saat aku hanya melihatmu dari jauh...' Jisoo yang merahasiakan identitas keluarganya dan harus melihat orang-orang yang disayanginya kembali terlibat masalah bersamanya... Apa yang harus ia lakukan? Disaat ia berfikir...