pt. 16

1.3K 168 16
                                    

"Jisoo-ah, kau sakit?" tanya Jimin saat melihat yeoja yang biasanya berwajah cerah tapi kini terlihat pucat.

Jisoo mengulum senyum. "Gwaenchana." jawab Jisoo.

Jimin berdiri dan Jisoo berterimakasih karena ia memberi tempat untuk duduk. Tak lama bis yang menuju Seonwol tiba.

"Gwaenchanayeo, eoh? Wajahmu pucat, Jisoo-ah. Kau tak ingin pulang mengambil mantel atau syal?" cemas Jimin. Jisoo hanya menggeleng lemah.

Satu hal yang tak Jimin sukai dari seorang yeoja. Keras kepala. Dan Jimin tipe namja yang tak bisa berdebat dengan seorang yeoja, tapi ia jujur saja cemas sekali dengan keadaan Jisoo seperti ini.

Sampai di kelas, seperti biasa Jisoo disambut hangat oleh teman-teman sekelas terutama oleh Rose, sahabatnya. Begitu pun Jimin, ia sudah biasa disapa banyak orang jika diluar rumah.

***

Seharian ini Jimin mengerjakan semua tugas yang seharusnya mereka kerjakan berdua. Jisoo benar-benar tak diperbolehkan bergerak barang sejengkal dari kursinya.

Setiap kali ada guru yang meminta tolong sesuatu biasanya Jisoo dan Jimin akan bergantian membantu, tapi hari itu Jimin benar-benar tak memberi Jisoo kesempatan. Seperti saat ini.

"Ah, apa ada spidol cadangan?" pinta ssaem yang sedang mengajar.

Spidol cadang sudah ditangan Jisoo saat ia bersiap berdiri Jimin sudah menahan bahunya dan mengambil alih spidol itu.

"Akan saya isi ulang sekali ssaem." Jimin berjalan ke depan dan memberikan spidol cadangan mengambil dua spidol yang tintanya habis lalu pergi keluar kelas mengisi ulang spidol.

"Woh, nona Kim sepertinya ada yang menaruh perhatian padamu ya?" goda ssaem itu, memang beliau adalah ssaem yang baik.

Jisoo menunduk malu. Teman-teman sekelasnya bahkan ikut menyorakinya. Tambah membuat Jisoo merasa malu saja. "Kalau memang tak enak badan, bilang saja ya?"

"Kamsahamnida, ssaem." sahut Jisoo.

Tak lama kemudian Jimin masuk dan kembali duduk. Jisoo punya ide ia menulis sebuah surat kecil di sticky note miliknya.

Berhentilah seperti itu, Jimin-ah

Jimin yang menerima buntalan kertas kecil menoleh pada Jisoo yang bersikap tak peduli. Ia membuka dan membacanya.

Orang sakit lebih baik diam saja di kursi

Saat Jisoo membacanya ia jadi gemas sendiri membacanya.

Jebal Jimin-ah, aku tak suka merepotkan orang lain dengan tugasku sendiri

Geurae tapi aku lebih tak suka melihatmu bekerja dalam keadaan seperti mayat begitu

Jisoo berdiri terlalu tiba-tiba membuat perhatian berpusat padanya. Ia gugup seketika. Kenapa ia berdiri tiba-tiba? Sekarang semua mata di kelas melihat ke arahnya.

"Uhm, nona Kim apa anda baik-baik saja?" tanya ssaem di depan kelas.

"A, uhm..."

"Ah, ssaem, jeoseonghamnida tapi sepertinya Jisoo-sshi masih demam. Boleh saya membawanya ke UKS?" sahut Jimin ikut berdiri.

"Eoh, majjayeo. Silahkan."

Jimin berdiri dari kursi dan menarik tangan Jisoo pelan. Yang ditarik hanya pasrah melangkah membiarkan dirinya jadi tontonan menarik.

Sampai di UKS ruangan berbau khas itu kosong tak ada guru penjaganya. Jimin mendudukkan Jisoo di salahsatu kasur UKS. Baru setelahnya Jimin bernafas lega.

"Kenapa kau berdiri tiba-tiba sih tadi?" tanya Jimin.

Jisoo menatap Jimin tepat dimata. "Aku tidak sakit Park Jimin!" Baik Jimin ataupun Jisoo sama-sama kaget dengan jeritan Jisoo tadi.

"Bagaimana kau tidak sakit? Kau pucat sekali pagi ini, berjalan saja aku yakin kau tak kuat. Kenapa memaksakan diri ke sekolah?"

Jisoo terhenyak. Mungkin ia sedang sensitif karena itu teguran Jimin tadi begitu membuatnya sedih. "Aku perwakilan kelas mana bisa aku tak sekolah." sahut Jisoo.

"Tapi kau juga manusia. Kau itu yeoja, fisikmu tak mungkin sekuat seorang namja." tegur Jimin berkelanjutan.

"Tapi aku lebih tak ingin membuatmu kerepotan dengan tugas yang harusnya kita bagi berdua!" Kali ini Jisoo berteriak, ia sungguh-sungguh.

Giliran Jimin yang terdiam. Apa itu alasan yeoja di depannya memaksakan diri? Karena tak ingin merepotkan orang lain? Jimin tak pernah tau kalau Jisoo punya hati selembut itu.

Jimin merengkuh kepala Jisoo ke dalam pelukannya dan mengelus pelan rambut Jisoo yang digerai. "Arra...arraseoyeo, Jisoo-ah. Tapi kau itu kenapa tidak mau mendengarkan ku sih? Apa kau memang keras kepala seperti ini, eoh?"

Jisoo tertegun. Baru kali ini ia berada dalam jarak dekat dengan seorang namja selain appanya. Maksudnya Taehyung-ssaem saja sebagai pengawalnya tidak pernah berada dalam jarak seperti ini dengannya.

Jimin melepas pelukannya begitu tiba-tiba. Mungkin baru sadar kalau perbuatannya terlalu tiba-tiba.

"Kau beristirahatlah. Aku akan kembali ke kelas." kata Jimin lagi.

Jisoo tertawa geli membuat namja yang di depannya berekspresi bingung. "Kau cerewet sekali, Jimin-ah."

Pipi Jimin langsung blushing memerah. Jisoo semakin tertawa geli tak berhenti. "Geumanhae." pinta Jimin mengalihkan wajahnya.

"Eo. Kau kembali ke kelas saja sekarang, aku akan istirahat tuan Park." goda Jisoo.

"Geureom. Kau harus, sudah ya. Nanti jam istirahat aku tak akan menjadi yang pertama menjengukmu, aku yakin akan direbut oleh Rose." kata Jimin.

Jisoo menghela nafas setelah Jimin pergi dari ruang yang begitu putih bersih itu. Ia tak terlalu suka berada di ruangan berbau khas ini. Sejak dulu tepatnya. Dua kali Jisoo punya kenangan buruk dengannya.

Jadi Jisoo berdiri ia pergi dari ruang UKS dan pergi ke atap. Angin sejuk menyapanya. Matahari tak terlalu menyengat karena awan menutupinya. Ia memejamkan matanya.

Ah ternyata begini ya rasanya ketika kau bahagia dan ada seseorang yang perhatian tanpa melihat apapun yang ada di dirinya. Rose? Tentu saja Jisoo sudah bisa mengakurasi ketulusannya berteman.

Sejak dulu Jisoo selalu takut ada orang yang mengenal identitas aslinya. Keturunan tunggal pemilik perusahaan Kim yang tenar dimana-mana. Karena memang kedua orangtuanya juga tidak pernah membawa-bawa dirinya ke hadapan media. Di Seonwol hanya tiga orang yang tau siapa ia, Rose, Taehyung-ssaem dan Seulgi.

Mengingat tiga nama itu cukup membuat Jisoo teringat dengan kejadian yang terjadi disebabkan dirinya saat kelas 2 SMP.

***

Okey

Saya potong dulu ya chapternya

Author mau curhat
Aku niat mau berhenti jadi kpopers ya berhenti jadi army-blink
Bukan karna udh gak sayang sama bangtan-beulping
Tapi karna keadaan memaksa
Cuman ternyata gak semudah yang di fikirkan
Rasanya beratttttt banget harus ninggalin hal yang aku suka
Padahal sejak dulu aku selalu punya prinsip 'gak akan berhenti dari apa yg aku suka'

Vomment jusaeyeo^^

Cr. Ash

For Along Time [JimSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang