Malam itu Jisoo tak bisa tidur dengan tenang ia mencoba dengan keras menghubungi Rose dan Jimin. Keduanya sama sekali tak mengangkat malah operator otomatis mengatakan bahwa kedua nomor itu tak aktif.
Aneh. Benar-benar aneh. Rose jarang mematikan ponselnya. Kalau Jimin, Jisoo tak tau tapi rasnaya juga tak mungkin.
Akhirnya Jisoo beralih menghubungi Taehyung-ssaem. Ya, ia selamat dari gudang begitu sudah menjelang malam karena Taehyung-ssaem melihat tasnya masih di kelas dan ia segera berlari mencari.
Jisoo
Seonsaengnim
Taehyung
Waeyeo, agashi?
Jisoo
Ssaem, apa Rose sama sekali tak menghubungimu?
Jimin juga?
Taehyung
Satu satu dong kalo nanya, agashi
Jisoo
Jawab saja, ssaem
Taehyung
Eopseoyeo, agashi
Geokjeongma, aku saat ini sedang menyelidikinya, besok berangkat lah hati-hati ya?
Jisoo
Ssaem harus mengasih tau padaku dulu sebelum pada appa dan eomma
Jisoo kesal, Taehyung-ssaem hanya membacanya saja tanpa membalas. Ia tau semua laporan pasti harus pada appanya dulu dan memilah mana yang akan dilaporkan pada Jisoo.
Jisoo bersandar pada bantal-bantal yang ia susun. Ia berfikir lama.
Apa benar, ia hanya membawa kesulitan saja bagi orang-orang disekitarnya? Apa hidupnya memang selalu merepotkan banyak orang?
Eomma dan appa, mereka pasti mengeluarkan banyak uang untuk membayar Taehyung-ssaem menjadi pengawalnya sepenuhnya. Apalagi dulu saat ia kecil, appa harus menbayar perusahaan keamanan lebih besar karena Jisoo.
Taehyung-ssaem. Selain harus mengawal dan mengawasi setiap saat. Dulu saat SMP sejak mereka kenal, Jisoo diajarkan ilmu bela diri dasar. Dan mungkin gara-gara Jisoo pula Taehyung harus mengahar padahal itu bukan keinginannya.
Rose. Dulu ia menjadi sandera dalam penculikan Jisoo. Jungyeon-oppa pun pernah sempat melarang Rose bertemu Jisoo lagi khawatir akan terlibat hal yang buruk tapi Rose berhasil meyakinkannya. Karena itulah tak masalah ia punya teman satu selama itu Rose.
Dan sekarang Jimin. Namja yang memiliki tempat khusus di hati Jisoo. Apakah ia harus ikut menjadi korban untuk dirinya? Hal yang Jisoo takutkan, Jimin mengetahui siapa dirinya dan akan menjauhinya seperti kebanyakan orang.
Ia tidak tau harus menyalahkan siapa. Apa ia harus memyalahkan orangtuanya yang kaya? Apa ia harus menyalahkan orang-orang yang dekat dengannya? Apa ia harus menyalahkan takdirnya?
Seandainya Jisoo boleh memilih, ia memilih untuk dilahirkan secara sederhana. Ia ingin hidup bahagia sederhana bersama orangtuanya tanpa hidup dengan ancaman dari musuh-musuh kerja orangtuanya.
Ya, hidupnya selama ini audah terlalu banyak kecemasan. Seakan hal yang mengkhawatirkan tak akan pernah lepas dari hidupnya. Atau haruskah ia tak memiliki seseorang yang dekat di hidupnya? Agar ia tak terlalu lemah untuk diancam?
***
Uuuuu mba Jisoo
Apa harus mba, kamu menyesali nasib? Gak kok, maafin author ini semua salah author yang bikin hidup Jisoo penuh penyesalan
Ih daa! Kok jadi mellow begini sih, ya udahlah lanjut aja ya
Habisnya authornya emang lagi galau, lagi mellow, lagi segalanya weh
Dan kenapa part kali ini pendek, author kasian sama readers yang baca halaman kepanjangan nanti malah gak ngertiSori ya kelamaan upnya mianhaeyeo jeongmal mianhae😂😂
Author sedang sivvuk syekalehhh diskull jadi tiap malem mau up teh eh malah ngantuk trus ketiduranNgomong2 itu di mulmed editan saya lho hehe...😁😁 jelek im sorry, nice? Tengkyu
Betewe authornya nih mau publish novel pertamanya di akun ini tapi april mau baca gak ya??
Annyeong
Cr. Ash
KAMU SEDANG MEMBACA
For Along Time [JimSoo]
Fanfiction'Kurasa memang lebih baik dulu saat aku hanya melihatmu dari jauh...' Jisoo yang merahasiakan identitas keluarganya dan harus melihat orang-orang yang disayanginya kembali terlibat masalah bersamanya... Apa yang harus ia lakukan? Disaat ia berfikir...