pt. 23

1.2K 159 2
                                    

Jimin menatap lurus dua yeoja yang sedang memakai celemek di badannya dan sibuk berdua di dapur. Entah itu memotong, mencuci, menyerut, merebus intinya semuanya tentang memasak.

Yapp! Jisoo dan Sohyun, adiknya sedang memasak bersama, sekarang, berdua, di dapur rumahnya. Dan mereka jauuuhh....lebih terlihat seperti adik-kakak dibanding dirinya dengan Sohyun.

Jimin diam duduk menonton. Karena dua yeoja itu kompak melarang Jimin turut campur dan jangan banyak comment. Berakhirlah Jimin menjadi penonton setia.

Matanya tak lepas memperhatikan setiap gerakan gesit Jisoo. Tanpa sadar hal itu membuat senyum tipis di wajahnya. Jelas terlihat, kemampuan Sohyun dalam memasak lebih bagus dari Jisoo cukup menghibur Jimin, tapi bisa terlihat bagaimana Jisoo ingin membantu Sohyun.

//Flashback-On\\

"Jinjjayeo? Jisoo-unnie ga?"

Jisoo tersenyum aneh. Ia ingat sekarang kenapa ia tak merasa asing saat melihat foto keluarga Jimin di ruang tengah tadi, rupanya dia Sohyun, yeoja SMP yang beberapa waktu lalu membantunya saat di minimarket.

Tawa Jisoo tertahan mengundang tanya dua Park bersaudara itu. "Ani...aku hanya teringat cerita Sohyun saat itu.." Jisoo bermain mata dengan Sohyun yang langsung menahan tawanya.

Jimin beralih menatap adiknya. "Sohyun-ah." Tapi adiknya itu tidak mengindahkan panggilannya. "Sohyun-aahh.." panggil Jimin lebih mengancam.

"Mwo?" jawab Sohyun ketus.

"Apa yang kau ceritakan pada Jisoo?"

"Eopseoyeo." Meski menjawab begitu wajah Sohyun masih menahan tawanya, membuat Jimin gemas.

"Sudahlah...lupakan saja." kata Jisoo menengahi.

"Jisoo-ya, kau tak akan memberitahuku apa yang adikku, katakan, dibelakangku?" Jimin pertama menatap memohon pada Jisoo lalu memutar pandangannya menjadi maut pada Sohyun yang melirik.

Jisoo tertawa karena Sohyun langsung berlindung padanya. "Unnie, jangan memberitahu oppa. Dia mungkin akan membunuhku."

"Ah, geuraesseo?" Jisoo tertawa lagi. "Jadi kau ya, yang tak suka susu, eoh? Dan sepertinya kau juga pemilih dalam makanan?"

"Unniee...."

Jimin mengerutkan dahinya tak mengerti. "Sohyun yang bilang padaku, kalau oppanya sangat pemilih makanan kalau sedang sakit."

"Yaa! Kapan aku..."

"Saat oppa sakit!"

"Anniyeo!" sanggah Jimin tak mengakui.

"Ah, geureom. Kalau begitu, kita buat sesuatu dan apapun itu oppa harus memakannya. Ne, Jisoo-unnie?" Sohyun memohon padanya.

"Membuat apa?"

"Apa saja. Mungkin sesuatu yang oppa tak suka." Sohyun menatap tajam pada Jimin.

Jisoo tertawa lagi melihat kelakuan kedua adik kakak itu. Ia menyanggupi keinginan Sohyun, dan menambahkan syarat agar Jimin tidak boleh komentar selama proses memasak berlangsung.

//Flashback-Off\\

.

.

.

.

Di sebuah ruangan dalam salahsatu gedung tinggi nan besar di Korea, di lantai 10. Seorang namja berumur 30 tahunan akhir ditemani seorang namja lain berjas sama rapih dengannya yang tampak seperti ajudan tengah menatap beberapa lembar foto print out.

Senyum picik tersirat di wajah dengan tangannya memegang salahsatu lembar foto yang diambil diam-diam. Dua remaja yang berjalan bersisian, baru diambil sore itu juga.

"Lakukan besok sore. Mari kita ajak raja satu itu 'bermain'..."

"Baik, tuan."

Setelah menyanggupi perintah itu, namja yang menjadi ajudan itu segera melangkah cepat. Mungkin mempersiapkan apapun yang akan ia butuhkan untuk menjalankan perintah yang baru saja dipanggulnya.

Sementara itu, dari salahsatu mobil sedan hitam seseorang meneropong jauh ke arah pasangan yang sedang berjalan sambil mengobrol ringan. Senyum halus di bibirnya.

Ia menurunkan teropongnya dan melihatnya dengan mata telanjangnya sendiri. Ia adalah Taehyung dan pasangan yang sedang ia perhatikan adalah Jimin dan Jisoo.

Ya, Jisoo memang menyuruhnya untuk tidak menjemput. Ia tak ingin hubungannya dengan Taehyung diketahui oleh siapapun termasuk Jimin, cukup oleh Rose. Bahkan pihak sekolah saja tidak tau hubungan mereka yang merupakan pengawal dan nona muda.

Semua karena Jisoo sendiri yang memintanya. Ia hanya ingin terlihat normal saat sudah sekolah tingkat High School, karena itu Taehyung mengajar di Seonwol sebagai penyamaran, salahsatu langkah tetap mengawasi Jisoo.

Taehyung mengulas senyum. Park Jimin. Sepertinya setelah perkatannya yang terlalu memancing saat di ruang berkas, ia menganggapku sebagai saingannya?

Taehyung tertawa. Lucu sekali. Taehyung tak pernah tau kalau Jimin benar-benar serius dengan perasaannya pada Jisoo. Bukannya Taehyung selama ini tak sadar, ia justru sering mendapati Jimin berada di sekitar Jisoo.

"Yaa, Jisoo-ya, sepertinya kau sedang senang." gumam Taehyung.

Tapi senyum Taehyung segera menghilang. Sekarang kelemahan Jisoo cukup banyak dan itu cukup mengkhawatirkan, karena mudah bagi orang-orang jahat yang selalu mencari-cari kesempatan untuk memaksa Jisoo.

Sebuah panggilan masuk ke ponsel Taehyung dari Tuan Kim, alias appanya Jisoo.

"Ya, tuan?"

"Tolong berhati-hatilah. Aku merasa khawatir setelah bertemu dengan pamannya beberapa waktu lalu. Tapi jangan sampai lawan dan Jisoo menyadari pergerakanmu."

"Baik, tuan."

"Taehyung-shi, kau tau betapa berharganya Jisoo untukku dan istriku kan? Tolong jagalah dia."

"Baik, tuan."

Taehyung menatap layar ponselnya. Ia sangat tau bagaimana sayangnya tuan Kim, ia tau bagaimana Jisoo dijaga sejak kecil. Sejak masuk Seonwol lah Jisoo hanya memiliki satu pengawal pribadi yaitu Taehyung sendiri. Ia sangat dipercaya.

Rose, Jimin dan adiknya Jimin, Sohyun. Mereka lebih dari cukup untuk membuat Jisoo menyerah. Yang artinya, sekarang Taehyung bukan hanya melindungi Jisoo saja.

***

Makin tegang aja

Makin penasaran aja

Makin pengen tau apa ujung ceritanya

Kalem dong, author sempat terhambat dalam membuat ff ini, cukup lama naskahnya terabaikan jadi cukup banyak yang author lupakan

Yah, author harap Taehyung berhasil lah ngelindungin Jisoo, Jimin, Rose, Sohyun sama dirinya sendiri.

Taehyung-ah, fighting!!

Oke, sabar ya, author coba lanjut ngetik dulu

Bye^^

Cr. Ash

For Along Time [JimSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang