Rose memutar kursinya sehingga kini ia duduk menghadap Jisoo. Ia menyimpan kotak bekalnya di meja Jisoo. Saat itu tengah istirahat makan siang mereka memang biasa membawa bekal rumah.
"Heol, kenapa ya? Padahal gua kira beruntung bisa sekelas sama pangeran tahun ini, eh ternyata pangeran justru duduk dekat dua yeoja menyebalkan."
Jisoo langsung melihat pada Seulgi yang bicara tadi. Ia berjalan ke arah mejanya, Jisoo langsung mengalihkan pandangannya. Tapi Rose justru menoleh ke belakang.
"Eoh, Kang Seulgi, kita sekelas toh rupanya. Mohon bantuannya." sapa Rose.
Seulgi terlihat muak melihat Rose baik padanya. "Lu bodoh banget ya masih di sekitar yeoja pembawa sial sepertinya."
Jisoo menunduk, ia tau pasti siapa yang dimaksud Seulgi. Rose tertawa menanggapinya. "Apa kau mau mencoba telur gulung Jisoo? Kau pasti akan menyukainya." Rose mengabaikan kata kasar Seulgi.
"Cih! Jangan harap!" tolak Seulgi langsung pergi.
Saat Seulgi sudah tak terlihat di kelas, Rose tertawa puas sampai memegangi perutnya. "Lihat? Menghadapi dia jangan membalas ucapannya dengan serius, gak akan asyik."
Jisoo tersenyum menggeleng. Tak percaya. "Rose, Rose...syukurlah kau sahabatku ya?" gumamnya. "Ku fikir dia sudah lupa kejadian itu."
"Jisoo-sshi." panggil sebuah suara. Jisoo menengadah, Jimin yang memanggilnya. "Tadi aku bertemu dengan Taehyung-ssaem, dia bilang istirahat kedua datang padanya."
"Eoh, uhm, geurae. Terimakasih infonya." jawab Jisoo tak bisa menutupi kegugupannya.
Jimin mengangguk lalu duduk di kursinya di sebelah meja Jisoo diikuti oleh teman-temannya. Jisoo mulai menyuap untuk menghilangkan kegugupannya.
Apa saat ini mimpi? Jangankan bicara santai seperti tadi, berpapasan saja jarang sekali. Tapi kini kami setiap hari bertemu dan dengan mudahnya bisa bicara.
"Jisoo!" Rose berseru mengagetkan Jisoo, membuatnya tersedak.
"Uhuk! Uhuk!" batuk Jisoo susah payah. Ia segera meraih minumnya. "Yaa! Rose!" sentak Jisoo kemudian setelah mendapat minum.
"Mianhaeyeo, aku cuman berniat menjahili mu yang bengong terus." sesalnya.
Saat Jisoo ingin lanjut memarahi Rose, terdengar tawa kompak dari sebelah. Teman sekelas Jisoo yang berkumpul di meja Jimin tertawa, membuat Jisoo jadi malu. Jimin bahkan terlihat menahan tawanya.
"Makanya, wakil kelas, kau jangan makan sambil melamun." sahut salahseorang dari mereka.
"Iya. Jisoo akhir-akhir ini hobinya berubaha jadi suka melamun." sahut Rose langsung.
"Wah, wakil kelas sepertinya sedang jatuh cinta!" sambung diantara mereka.
"Ternyata bisa juga Jisoo marah ya?" celetuk Jimin.
Jisoo tersenyum malu. Senang sih bisa bercanda dengan teman sekelas berkat Rose, tapi ia jadi malu dengan dirinya sendiri.
"Dia memang sedang jatuh cinta." bisik Rose meski tetap terdengar oleh Jisoo.
"Jjinjjayo?" seru mereka bersahutan.
"Anyirago." kilah Jisoo pelan.
Setelah itu mereka tertawa bersama. Baru kali ini Jisoo dekat dengan teman sekelas, rasanya menyenangkan. Jisoo mencoba melirik Jimin melihat ekspresinya. Ia...terlihat terganggu.
"Ku fikir selama ini, bintang klub cheers, Rose, sombong dan hanya berteman dengan Jisoo saja." Salah seorang dari mereka berkata lagi.
Yang lain mengangguk setuju. "Tapi ternyata, kalian asyik juga ya?" timpal yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Along Time [JimSoo]
Fanfiction'Kurasa memang lebih baik dulu saat aku hanya melihatmu dari jauh...' Jisoo yang merahasiakan identitas keluarganya dan harus melihat orang-orang yang disayanginya kembali terlibat masalah bersamanya... Apa yang harus ia lakukan? Disaat ia berfikir...