Sekarang Jisoo sudah berdiri di depan gerbang rumah Rose. Tepat ketika Jisoo hendak menekam bel rumahnya, gerbang terbuka secara otomatis.
Yang pertama Jisoo lihat adalah Rose yang berdiri lemas masih memakai piyama tidurnya, tersenyum ke arahnya. Jisoo terburu untuk menghampiri sahabatnya itu.
"Sudah ku bilang tunggu saja di kamarmu." tegur Jisoo langsung.
Rose terkekeh. "Mian. Aku kan ingin menyambut temanku yang jarang main ke rumah." kilahnya tak ingin disalahkan.
Jisoo berdecak. "Ya sudah. Ayo masuk." Kali ini ia tak bisa keras kepala, gak akan ada akhirnya kalau berdebat dengan Rose.
"Jadi apa kau bertanya pada Taehyung-ssaem apa yang harus dilakukan saat merawat orang sakit?" tanya Nayeo yang sedang menyantap perlahan bubur yang dibuatkan Jisoo.
Jisoo menggeleng. Ia sedang mengupas apel. "Seorang siswi SMP memberitahuku saat di minimarket." jawab Jisoo.
"Kau tak malu, eoh? Dasar Jisoo memang. Apa kau berkenalan dengannya?"
Kali ini Jisoo mengangguk. "Namanya Park Sohyun. Dia banyak menceritakan oppa-nya." Jisoo tertawa geli mengingat Sohyun.
Rose bergumam. "Dan kenapa kau tak datang dengan Jimin? Kan bisa jadi kesempatan buatmu."
Jisoo menoleh cepat dan memelototi Rose yang langsung tertawa. "Dia kan harus mengawas piket berjalan."
"Nanti kau pulang diantar sopir ku ya." atur Rose.
"Andwae. Aku akan naik bus saja." tolak Jisoo halus.
Jisoo meletakkan piring yang sudah berisi apel yang dipotong kecil-kecil. Rose menatapnya lalu membuang muka.
"Kalau begitu aku tak mau makan." ancam Rose.
"Kau, harus, makan!" timpal Jisoo.
"Asal kau pulang dengan sopirku." ngototnya lagi.
Jisoo menghela nafas. "Tidak mau, Sana." jawab Jisoo masih bertahan.
"Jisoo, dengarkan!" seru Rose. "Aku tidak mau kau pulang sendiri sesore ini. Jarak dari rumahku ke rumahmu tidak dekat, Jisoo-ah. Aku gak mau yang lalu terjadi lagi."
Jisoo tertegun. Itukah alasan Sana? Tapi Jisoo sendiri tidak suka merepotkan orang. "Kalau kau khawatir padaku, aku bisa menelpon Taehyung-ssaem untuk menjemputku." kilahnya.
Rose menggeleng menolak. "Kau sendiri bilang, tak terlalu ingin Taehyung-ssaem khawatir padamu karena dia..."
"Ne, arra, arra." Jisoo memotong ucapan Rose.
"Oke, masalah ini ku anggap selesai." ujarnya puas. "Ah ya, apa ada hal yang terjadi di sekolah?"
Jisoo mengangguk. "Ada. Seulgi mendatangiku."
"Oh ya? Dia ngapain? Apa dia berusaha memojokkanmu?" tanya Rose.
"Ck! Kau serius sakit? Cerewet mu tak hilang ternyata..."
"Ceritakan Jisoo, jebal."
"Seulgi hanya bertanya tentang mu." cerita Jisoo singkat. "Aku heran, sepertinya dia semakin membenciku saja sekarang."
"Sebenarnya, Seulgi itu anak yang baik, dia paling perhatian padaku kalau di klub. Tapi sepertinya dia tidak bisa akur denganmu saja. Kenapa ya? Padahal kau sama baiknya dengan dia..."
Jisoo tertawa. "Yah, masalah dia semakin membencimu...aku yakin kau akan segera tau alasannya." kata Rose misterius.
"Apa? Kau tau sesuatu ya?" Jisoo berdiri dan berjalan perlahan pada Rose yang masih di kasur.
"Anniyeo."
"Beritahu aku..."
Jisoo menggelitik Rose, membuat sang korban tertawa. Hari itu mereka menyelesaikan obrolan sampai Rose mengeluh perutnya sakit karena terlalu banyak tertawa.
Saat pulang Rose menyaksikan Jisoo naik ke dalam mobilnya.
"Ahjusshi, tak perlu mengantarku sampai rumah. Ada hal lain yang harus ku urus." kata Jisoo saat di tengah jalan menuju rumahnya.
"Tak bisa agasshi, nona Rose menyuruh saya untuk memastikan anda sampai dirumah." jawabnya.
Jisoo tak bisa lanjut keras kepala karena sopir Rose sudah tua, ia tak tega. Untuk menghilangkan rasa bosan, Jisoo melihat keluar jendela.
Nasib Rose sama dengannya hanya saja Jisoo lebih beruntung. Meski tak punya saudara kandung, orangtuanya tidak menyibukkan diri dengan pekerjaan.
Sementara Rose harus tinggal dengan kakaknya, Jungyeon-oppa dan kedua orangtuanya sering berpergian cukup lama keluar negeri. Tapi meski tinggal bersama, Rose jarang sekali bertemu muka dengan Jungyeon-oppa, karena itu Rose sering main ke rumah Jisoo.
Satu waktu Rose pernah benar-benar kesal dan bosan di rumah sendirian, ia memutuskan untuk menginap di rumah Jisoo. Itu terjadi saat masih SMP, Rose bahkan menyuruh Jisoo untuk berbohong pada sopirnya jika bertanya.
Tau apa yang terjadi? Ponsel Rose terus berdering karena panggilan dari Jungyeon-oppa. Belum cukup, Jisoo mulai mengingatkannya. Tapi Rose tetap keras kepala. Sampai akhirnya Jungyeon-oppa datang ke rumah Jisoo. Yang terlihat darinya adalah, ia tampak baru pulang kerja dengan setelan pakaiannya yang masih lengkap.
Jisoo merasa iri sekali ada yang tetap mengkhawatirkannya meski bukan orangtuanya. Jungyeon-oppa terlihat cemas sekali saat itu. Dan sejak kejadian Rose kabur, Jisoo rasa Jungyeon-oppa mulai berubah. Karena Rose bercerita kakaknga jadi sering sarapan bersama dan pulang sebelum jam 8 malam. Jisoo yakin, semua buah dan susu box besar vanilla di kamar Rose tadi adalah pemberian dari Jungyeon-oppa.
Ada sebuah pesan masuk dari Taehyung-ssaem dan Jisoo langsung membukanya.
Taehyung : apa kau sudah pulang dari rumah Rose?
Jisoo : ini sedang di jalan pulang
Taehyung : mau ku jemput?
Jisoo : tidak perlu, aku diantarkan sopir Rose
Taehyung : kalau begitu, ku siapkan makan malam?
Jisoo : tidak perlu, aku akan menunggu eomma dan appa
Taehyung : ah ya, paman Hajoon malam ini datang
Jisoo : untuk apa?
Taehyung : entahlah, jadi kau harus segera pulang
Jisoo menghela nafas panjang mengetahuinya. Paman Hajoon datang ke rumah? Jarang sekali. Pama Hajoon adalah adik tiri Jisoo-eomma, alias paman tiri Jisoo. Dan Jisoo tidak terlalu dekat dengannya. Toh, paman Hajoon jarang ikut kumpul keluarga yang biasa diadakan tiga bulan sekali.
***
Wah, chapter 10 kepanjangan gak sih? Sebenarnya masih ada partnya tapi bakal dialihin ke chapter selanjutnya aja :p
Kalian penasaran ya hubungan Jisoo-Taehyung-ssaem apaan?? Hehe...kedepannya bakal lebih jelas lagi kok apa hubungan mereka
Soal alasan Rose, yang bikin Jisoo menyerah, nanti author kasih tau ke depannya, oke?
Jangan lupa buat vote ☆ and comment ya readers-san^^
Sankyuuu
Cr. Ash

KAMU SEDANG MEMBACA
For Along Time [JimSoo]
Fiksi Penggemar'Kurasa memang lebih baik dulu saat aku hanya melihatmu dari jauh...' Jisoo yang merahasiakan identitas keluarganya dan harus melihat orang-orang yang disayanginya kembali terlibat masalah bersamanya... Apa yang harus ia lakukan? Disaat ia berfikir...