pt. 11

1.4K 191 5
                                    

Begitu Jimin memasuki rumahnya ia mencium harum masakan Sohyun. Jadi ia langsung pergi ke arah dapur masih dengan membawa tas sekolahnya.

"Ada aroma menyenangkan disini." ujar Jimin.

Sohyun menoleh. "Tentu saja. Chef terbaik keluarga Park yang memasak!" Yang dimaksudnya adalah dirinya sendiri.

"Heol, kau membuat telur gulung saja gagal, mengaku sebagai Chef Park!" ledek Jimin duduk di salahsatu kursi pantry.

"Hissh."

"Kenapa masih memakai seragam?" tanya Jimin melihat adiknya masih memakai seragam Hyeoseok.

"Hari ini aku dicopet." jawab Sohyun tak nyambung, lebih tepatnya ia bercerita.

"Heol! Lalu kau tak apa-apa?" tanga Jimin.

"Gwaenchana. Hanya saja aku jadi berhutang 22.000 won dengan seorang noona."

Jimin melotot. "Kenapa kau bisa berhutang pada seseorang?" Jimin jadi cemas, ia takut adiknya di manfaati.

"Ia langsung membayarkan belanjaanku. Dan begitu keluar dari minimarket itu, aku menolaknya tapi noona itu bersikeras." Sohyun mematikan kompor dan melepas celemeknya. "Tapi akhirnya harus ku terima. Bahkan ia juga membayar ongkos bus untukku."

"Jelaskan lebih lanjut." perintah Jimin.

Sohyun kemudian duduk di kursi berhadapan dengan Jimin. "Jadi begitu pulang menaruh belanjaan, aku pergi untuk mmemblokir kartu transportasi dan kartu kredit yang dicuri itu." lanjutnya bercerita.

Jimin menggeleng. "Anniya. Soal itu aku yakin kau akan melakukannya. Maksudku tentang noona yang membantumu itu." Jimin menyebut noona dengan curiga.

"Dia noona yang baik. Awalnya aku juga curiga ia akan meminta balasan lebih dariku. Tapu buktinya? Tidak sama sekali." ceritanya. "Dia juga cantik, dan eoh, ia memakai seragam Seonwol." katanya teringat.

Telinga Jimin menegak. Siswi Seonwol? Apa ia mengetahui Sohyun adikku jadi ia menolongnya? "Seperti apa ciri-cirinya?" tanya Jimin.

"Aah, arra. Kau ingin mencari noona itu kan? Lalu menjadikannya pacarmu?" gurau Sohyun.

Jimin mendengus malas. "Apa otakmu hanya berfikir soal pacaran saja? Toh, pacaran tidak terlalu penting."

Sohyun tertawa puas karena berhasil menggoda kakaknya itu. "Dia cantik, manis dan baik, lebih pendek darimu sepertinya. Rumahnya...oh bukan!" Sohyun tiba-tiba berseru teringat.

"Noona itu sepertinya mau menjenguk temannya yang sedang sakit. Karena di minimarket aku memberitahunya makanan untuk orang sakit."

Jimin menggeleng tak puas. "Pengamatan mu kurang. Sudahlah aku akan pergi mandi." Jimin pergi dari dapur.

"Ia berpesan untukmu, oppa." Jimin berhenti berjalan. "Katanya, belajarlah menyukai minum susu kalau kau sakit!" Tapi Jimin hanya mengangkat bahunya acuh.

Sohyun mencibir. "Ku doakan, jika kau mengenalnya pasti akan menyukainya. Huh dasar! Aku jadi ingin bertemu dengannya lagi." gumamnya.

.

.

Saat pulang dari rumah Rose, di pintu lemari baju Jisoo sudah tergantung sebuah baju. Warna merah bata, coklat dan sedikit putih, baju yang manis. Jisoo tau artinya, ia harus memakainya karena malam ini paman Hajoon akan datang.

Tak lama setelah Jisoo siap dengan bajunya. Nyonya dan tuan Kim baru pulang, Jisoo turun menyambut kedua orangtuanya yang baru pulang kerja.

"Selamat datang, eomma, appa." sapa Jisoo berlari kecil ke arah keduanya.

For Along Time [JimSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang