"Jimin!" panggil Jisoo saat jam istirahat dan Jimin hendak pergi.
Jimin berhenti melangkah dan kembali berjalan ke arah meja Jisoo. "Ada apa?" tanya Jimin.
Rupanya ia mendengar suaranya toh. "Tadi pagi Taehyung-ssaem bilang Rose sakit dan kita sebagai perwakilan kelas harus ada yang ke rumahnya buat ngasih copyan catatan pelajaran hari ini." jelas Jisoo.
Jimin mengangguk mengerti. "Terus..." Jisoo ragu melanjutkan perkataannya.
"Apa?" tanya Jimin.
"Kita juga kan harus mantau piket kelas...jadi...gimana kalau kita bagi tugas saja?" Jisoo takut Jimin tak setuju.
Jimin mengangguk. "Setuju." Hah? Semudah itu? "Aku yang akan pantau dan kamu yang ke rumah Rose. Gimana?"
Jisoo berkedip cepat. Tapi lalu ia mengangguk. "Tapi apa tak masalah kau ke rumah Rose sendirian?" tanya Jimin. Jisoo mengangguk menjawabnya.
Barulah Jimin pergi keluar kelas dan Jisoo mengeluarkan kotak makannya. Ini akan jadi hari pertama Jisoo makan tanpa Rose untuk tahun ini.
Saat kelas 1, meski mereka berbeda kelas mereka tetap makan siang bersma di taman belakang sekolah. Hanya terkadang saat Rose sibuk di klub cheers, Jisoo biasa makan sendiri disana.
Tepat setelah suapan kedua, Jimin tiba-tiba datang dan menghampiri Jisoo kembali. Membuat Jisoo berhenti mengunyah. "Ada apa?" tanya Jisoo sama seperti Jimin sebelumnya.
"Ku fikir akan lebih baik jika aku makan siang disini bersamamu dibanding di kantin." jawab Jimin.
Tak tanggung-tanggung, Jimin bahkan duduk di kursi Rose yang berada di depan Jisoo. "Tapi belum beberapa lama kau pergi ke kantin..." Belum selesai Jisoo bicara Jimin menaruh plastik berisi dua roti melon dan sekotak teh hangat.
"Aku membelinya tadi." kata Jimin santai.
"Tapi...bagaimana bisa? Ke kantin butuh 5 menit untuk berlari sampai sana." gumam Jisoo tak percaya.
Jimin mengerlingkan matanya. "Sebenarnya aku tidak benar-benar pergi ke kantin. Ah, aku lupa minumnya. Chankkaman ne, kali ini aku akan pergi ke kantin betulan."
Intinya, apa? Jisoo dibuat pusing saja dengan permainan kata-kata Jimin. Jadi Jimin, menemani makan siang ku hari ini? Oh-hoh sebaiknya ia tak terlalu kepedean.
"Kemana sohib sehidup semati lu?" tanya Seulgi tiba-tiba datang.
"Rose? Dia sakit, kau mendengar pengumuman ssaem tadi pagi kan?" Jisoo balik bertanya.
Seulgi diam, sepertinya sedsng berfikir akan melempar perkataan apalagi pada Jisoo. "Gua juga tau kalau dia sakit. Apa lu gak mikir, lu tuh cuman bawa sial aja tau ke hidupnya!"
Jisoo menatap Seulgi dalam-dalam. "Seulgi, kau ada masalah apa sih sebenarnya padaku?" tanya Jisoo.
"Cih! Gua heran, kenapa yeoja munafik kaya lu ditemenin sama Rose bahkan Jimin." katanya, mengabaikan pertanyaan Jisoo sebelumnya.
"Aku tidak pernah meminta mereka dekat padaku." jawab Jisoo langsung.
Setelah Jisoo menjawab seperti itu, Seulgi pergi dengan sendirinya. Heran sekali. Seulgi seperti lebih membencinya saat ini dibanding saat SMP. Jisoo kira alasan Seulgi benci padanya hanya tentang itu saja, tapi sepertinya sekarang bertambah dan Jisoo tak bisa menebak apa itu.
Jimin datang kembali dengan sebotol air mineral di tangannya. Sepertinya ia benar-benar berlari. Jisoo lupa kalau Jimin meski tidak terlalu tinggi, ia pemegang rekor lari tercepat di Seonwol. Ia tersenyum. Aneh padahal baru saja tadi mood makan siangnya rusak karena Seulgi tapi saat melihat Jimin, perasaan itu hilang entah kemana.
"Ayo kita mulai makan siang." serunya bersemangat.
Jisoo membuka kembali tutup kotak makan yang sebelumnya sudah ia tutup saat Seulgi menghampirinya.
"Wah, kau membawa telur gulung?" tanya Jimin, rupanya mengintip isi bekal Jisoo.
Jisoo menatap Jimin yang jelas-jelas terlihat tertarik dengan bentonya. "Ne, apa kau mau mencobanya? Hari ini aku membuatnya sendiri." tawar Jisoo.
Jisoo mengapit salahsatu telur dengan sumpitnya dan mengarahkan pada Jimin. "Jjinjja? Geureom, akan ku coba."
Jimin menerima telur itu lengsung dengan mulutnya. Sehingga terkesan Jisoo menyuapi Jimin. Mendadak Jisoo sadar dengan degup jantungnya yang sejak tadi sudah berdebar keras. Argh!
"Wah! Mashita! Haha...Sohyun harus mencobanya. Rasanya sama seperti masakan eomma kami." puji Jimin.
Ada rasa bangga di hati Jisoo mendengar pujian Jimin. "Ohya?"
"Ya. Sohyun memang sering memasak untuk kami berdua tapi dia selalu gagal membuat telur gulung. Baik rasa ataupun bentuknya." cerita Jimin sambil tertawa membayangkan adiknya.
"Kalau kau mau, ambil saja sesukamu. Aku biasa bawa banyak, hari ini pun begitu, karena biasanya Rose suka menghabiskannya. Tapi karena hari ini dia sakit, bagiannya untukmu."
Jimin terdiam dan menatapnya. Membuat Jisoo menunduk, apa ia terlau banyak bicara? "Sepertinya Rose memang spesial untukmu ya? Bahkan kau membuatkan porsi untuknya."
Jisoo mengulum senyum. "Rose tinggal di Seoul hanya berdua dengan kakaknya tapi kakaknya terlalu sibuk untuk memasak jadi... Lho, kok aku jadi menceritakan Rose?"
Jimin tertawa geli melihat ekspresi Jisoo yang bingung sendiri. "Sepertinya akan susah bagiku bersaing dengan Rose."
Kau tidak perlu bersusah payah Jimin, kau sudah memiliki tempatmu sendiri di hatiku, bisik hati Jisoo.
Jadi, makan siang hari itu hari pertama Jisoo makan siang tanpa Rose dan ditemani seseorang. Terutama orang itu adalah Jimin. Hal yang tak pernah terbayang oleh Jisoo.
***
Uaaa, author juga pengen kali makan siang ditemenin Jimin T_T Kapan?? *kapan kapan kalo sempet
Well yeah, namanya manusia ada sakitnya juga, begitupun Rose bisa sakit juga tuh. Masalahnya, kok Seulgi jadi beranian ya kalo gak ada Rose?
Apa sebabnya coba Seulgi benci banget sama Jisoo?
Yak! Segitu dulu, jangan lupa vote&comment buat For Along Time ini
Sorry lama up author lagi PAS ini udh ank SMA biasalah
Geomaweo^^
Cr. Ash

KAMU SEDANG MEMBACA
For Along Time [JimSoo]
Fanfiction'Kurasa memang lebih baik dulu saat aku hanya melihatmu dari jauh...' Jisoo yang merahasiakan identitas keluarganya dan harus melihat orang-orang yang disayanginya kembali terlibat masalah bersamanya... Apa yang harus ia lakukan? Disaat ia berfikir...