Begitu terbangun dari pingsan Jisoo langsung merasakan rasa pegal yang menyerang lehernya. Perlahan ia membuka kelopak matanya, baru setelah matanya benar-benar terbuka kesadaran Jisoo baru berkumpul lagi.
Ah geurae. Saat ini ia sedang diculik dan sekarang Jisoo di dudukkin di sebuah kursi besar dengan keadaan tangan terikat pada lengan kursi dan kakinya juga terikat pada kaki kursi. Perih. Tali yang mengikatnya cukup kasar.
Tapi Jisoo tak memikirkan rasa perih itu lagi saat ia teringat dengan sahabatnya, Rose. Jisoo mengitari pandangan ke seluruh tempat itu yang sepertinya sebuah kamar di sebuah apartemen atau hotel.
Andwae. Rose tak ada dimanapun Jisoo melihat! Mendadak hatinya jadi cemas tak karuan. Apa Rose di bebaskan? Apa ia selamat? Atau bernasib sama sepertinya?
"Jisoo-ah..." panggil sebuah suara lemah.
Jisoo menoleh cepat tapi tak bisa, ia tak bisa melihat ke belakang karena keadaannya. "Tenanglah nona, aku yang akan berdiri di depanmu, kau tak perlu merepotkan dirimu." kata sebuah suara berat.
Berdirilah seorang ahjusshi yang terlihat borjuis. Seketika langsung membuat Jisoo bisa tau ada sangkut paut apa dirinya dengan ahjusshi itu.
"Eoh, baguslah. Memang tak seharusnya aku merepotkan diriku hanya karena anda." jawab Jisoo begitu dingin.
Jisoo melihat Rose di dorong kasar oleh namja tinggi besar yang tadi menghadangnya. Yang langsung Jisoo tatap tajam.
"Kau ingin apa dari ku hah?" tebak Jisoo langsung tau. Ia tau ahjusshi ini pasti salahsatu saingan dari appanya.
Ahjusshi itu terkejut melihat Jisoo langsung bertanya seperti itu. "Mudah saja, kau cukup telpon orangtuamu dan katakan agar tak membatalkan kontrak kerja dengan perusahaanku."
Jisoo berdecih. "Cih! Kalau memang begitu, lepaskan dulu yeoja itu. Jangan mengkasarinya." Jisoo menyanggupi dengan ajuan syarat.
Entah ahjusshi ini memang bodoh atau sudah merencanakan suatu hal. Tapi dengan mudahnya ia menyuruh panjaga itu untuk melepas ikatan tangan Rose hal itu membuat Rose langsung berdiri di depan Jisoo seakan mau membelanya.
"Jangan lakukan apapun pada Jisoo. Kalian tak akan untung, lebih kalian lepaskan dia dan tawan saja aku, aku jauh lebih menguntungkan kalian." teriak Rose tiba-tiba.
"Yaa, apa yang kau lakukan? Geumanhae." marah Jisoo pada Rose.
"Hah, nona, kau justru tak ada pentingnya bagiku, sama sekali tak ada. Minggirlah!" Ahjusshi itu mendorong kasar Rose hingga terpuruk. Membuat Jisoo menjerit khawatir.
Cepat Jisoo menatap tajam pada ahjusshi itu. "Yaa! Ku bilang jangan kau kasari dia!" jerit Jisoo tak terima.
Rose yang tersuruk jatuh merintih pelan. "Rose-ah, gwaenchanayeo?" tanya Jisoo jelas khawatir.
"Tenanglah Jisoo-ah." ujar Rose penampilannya tampak kusut dimata Jisoo.
Jisoo menatap geram pada ahjusshi berwajah bengis di depannya ini begitu juga dengan penjaga itu. Sudah gendut, jelek lagi. Kalau Jisoo tidak bersama Rose sekarang sudah sejak tadi ia akan memberontak.
"Cepat! Ambilkan handphone nona ini!" perintah ahjusshi itu pada namja lain. Namja itu menyerahkan sambil membungkuk pada ahjusshi itu. "Nyalakan itu!"
"Hah! Kau bahkan gaptek, bagaimana bisa kau mengancam ku?" remeh Jisoo tapi ia diabaikan, ck!
Tak lama handphonenya sudah berada di depannya tentu dipegang oleh namja yang tadi disuruh mengambil ponselnya di tas Jisoo. Nama kontak yang sedang mereka panggil adalah appa, tertera.

KAMU SEDANG MEMBACA
For Along Time [JimSoo]
Fanfiction'Kurasa memang lebih baik dulu saat aku hanya melihatmu dari jauh...' Jisoo yang merahasiakan identitas keluarganya dan harus melihat orang-orang yang disayanginya kembali terlibat masalah bersamanya... Apa yang harus ia lakukan? Disaat ia berfikir...