Di jalan Jisoo teringat lagi dengan perlakuan Taehyung-ssaem. Beliau benar-benar keras kepala, hanya karena alasan kecil itu. Akhirnya Taehyung-ssaem mengantar Jisoo hingga gerbang sekolah. Memangnya aku anak SD apa?
Kemudian Jisoo mengeluarkan ponselnya, ia menekan lama angka 3 yang langsung tersambung ke ponsel Rose. Cukup lama dari biasanya tapi akhirnya Rose mengangkatnya juga.
"Yeobeosaeyeo." sapa Rose dengan suara lemah.
"Omoo, kasihannya sahabatku ini. Jadi kau benar-benar sakit?" goda Jisoo.
"Ah, Jisoo. Ku fikir siapa, uhuk, aku tidak melihat layarnya." kata Rose sedikit terbatuk.
Rasa simpati, cemas dan khawatir menghampiri Jisoo. "Aku sedang menuju rumahmu. Apa kau ingin dibuatkan sesuatu olehku?" tawar Jisoo.
Rose tertawa lemah. "Jisoo, kau belum pernah merawat orang sakit jadi tak mungkin bisa memasak apapun untuk orang sakit." ledek Rose sempat-sempatnya.
"Yaa, Rose! Apakah itu perkataan yang pantas dikatakan oleh seseorang yang sakit pada teman yang akan menjenguk, eoh?" seru Jisoo berpura marah.
Rose tertawa, meski terdengar parau. "Haha... Apa kau datang dengan Taehyung-ssaem?" tanyanya.
"Yaa!" Jisoo berkacak pinggang, sebodo lah di lihat banyak orang juga. "Bukannya minta maaf kau justru bertanya hal lain. Ani! Aku tidak membawa Taehyung-ssaem." jawab Jisoo betulan marah.
"Heol, kalau begitu apa kau bersama Jimin?" tanyanya beralih menggoda Jisoo.
"Aish, jjinjja anak ini. Sudahlah, tunggu saja di dalam kamarmu. Tak perlu menungguku di depan rumah." pesan Jisoo sebelum memutuskan sambungannya.
Dasar Rose, masih sempat saja menggodaku seperti itu meski sedang sakit sekalipun, fikir Jisoo. Bahkan masih menanyakan Taehyung-ssaem, dasar.
Sebelum ke halte, Jisoo pergi ke sebuah minimarket. Saat masih dijalan, ia melihat seorang siswi SMP yang ditabrak kasar seseorang sebelum ia masuk ke dalam minimarket. Hooh, semoga ia tak apa-apa.
Begitu masuk minimarket, Jisoo blank. Ia benar tak punya ide harus memasak apa untuk orang sakit. Benar kata Sana, sejauh ini yang Jisoo masak adalah makanan pokok biasa.
"Ck. Orang sakit biasanya makan apa sih?" gumam Jisoo tanpa sadar.
"Ah, apa noona akan memasakkan sesuatu untuk orang yang sedang sakit?" tanya sebuah suara manis.
Jisoo otomatis berdiri tegap karena ia tadi sedang membungkuk. Yang bicara adalah yeoja SMP tadi. Langsung wajah Jisoo terasa panas, karena malu tertangkap basah tak tau menahu tentang hal sekecil itu.
"Ya, begitulah." jawab Jisoo pelan.
Siswi SMP itu tersenyum. "Aku biasa membuatkan bubur dan sup hangat untuk oppa-ku jika ia sedang sakit. Biasanya juga dengan buah." katanya memberitahu.
"Benar juga!" seru Jisoo. "Apa lebih baik ku belikan susu juga?" tanya Jisoo tanpa sadar lagi.
"Ah, benar. Aku lupa menyebutkan hal itu. Karena oppa-ku tidak terlalu suka susu." sahutnya.
"Eoh, kamsahamnida. Aku benar-benar tertolong dengan saranmu." kata Jisoo kemudian.
Yeoja SMP itu mengangguk lalu izin pergi, tapi baru beberapa langkah ia kembali berbalik. "Ah yan di supnya jangan lupa untuk diberi seledri supaya wangi. Karena orang sakit lidahnya mati rasa, jika tak ada wewangian yang menggugah selera mereka tak akan bernafsu makan."
Jisoo tersenyum. "Apa itu kebiasaan oppa-mu juga?" tanya Jisoo tanpa sadar menggoda yeoja SMP itu.
Untungnya ia tidak tersinggung. Ia justru tertawa. "Memang. Ya, kalau begitu aku pergi sekarang. Senang bertemu denganmu, noona."
Jisoo memandangi yeoja SMP itu pergi. Anak SMP yang baik dan manis, beruntung sekali kakaknya punya adik sebaik itu. Cantik lagi. Eh..fokus! Aku harus segera selesai disini dan pergi ke rumah Sana.
Jadi, setelah selesai memilih bahan dan bubur instant juga susu vanilla, Jisoo pergi ke kasir. Kebetulan yeoja SMP tadi berdiri di depannya, tapi sepertinya tak menyadari kehadiran Jisoo. Tak masalah juga sih.
"Semuanya 22.000 won." ucap penjaga kasir pada yeoja SMP itu.
Jisoo memperhatikannya. Ia terlihat merogoh saku samping tasnya, lalu beralih membuka tasnya. Apa ia tidak membawa dompet?
Tiba-tiba ingatan Jisoo melintas dengan kejadian sebelum ia masuk minimatket. Jangan-jangan namja yang menabrak dia adalah copet?
"Um...agasshi."
"Saya yang akan bayar." sela Jisoo langsung maju dan menyimpan kartu kreditnya di meja kasir.
Yeoja SMP itu menatap Jisoo seakan Jisoo adalah orang aneh. Tapi Jisoo mengabaikannya dan menekan pin kartu kreditnya dengan lancar. "Tolong satukan dengan belanjaan saya." pinta Jisoo pada kasir itu sambil menyerahkan keranjang belanjaannya.
"Terimakasih. Silahkan datang berkunjung lagi." kata penjaga kasir itu.
Di luar minimarket, Jisoo menyerahkan plastik belanjaan yeoja SMP itu. Ia tidak langsung menerima, justrunya memandangi Jisoo dari kaki ke kepala.
"Noona, apa kau mengharapkan balasan dariku?" tanyanya curiga langsung.
Mendengar hal itu, Jisoo justru tersenyum geli. "Anniyeo. Aku tidak butuh balasan apapun. Aku hanya berfikir, aku harus membantumu karena sepertinya ini belanjaan untuk makan malammu dengan oppa-mu."
Yeoja SMP itu tersenyum, sepertinya sudah percaya pada Jisoo. Ia menerima plastik belanjaannya. "Kamsahamnida. Padahal tadi aku hanya akan pulang dulu mengambil uang." katanya.
"Lainkali, berwaspadalah dengan orang yang terus berjalan di belakangmu. Sepertinya kau dicopet sebelum masuk minimarket ini."
"Aah, begitu. Yah tidak masalah dalam dompetku hanya ada kartu kredit saja dan itu tak akan berguna baginya." ujarnya santai.
"Lalu apa kau pulang dengan berjalan kaki? Bus atau kereta?" tanya Jisoo masih ada rasa khawatir padanya.
Yeoja itu membulatkan matanya teringat. "Benar. Kartu transportasi ku ada di dompet itu." serunya, barulah ia terlihat cemas.
"Bagaimana kalau aku yang membayar ongkosmu? Kau ingin naik taksi denganku?" tawar Jisoo.
Dia langsung menggeleng cepat. "Tidak. Aku sudah cukup berhutang padamu, noona. Aku tak ingin berhutang lagi. Dan kita belum saling mengenal."
Jisoo menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya mudah saja untuknya cuek, tapi membiarkan seorang anak yang baik seperti yeoja SMP ini pulang berjalan kaki dengan membawa belanjaan yang cukup berat. Membuat Jisoo tak tega.
"Begini saja. Kenalkan, aku Kim Jisoo dan bersekolah di Seonwol High School, biarkan aku jadi ibu perimu untuk hari ini." Konyol bukan?
"Pfft! Haha..." tawanya lepas. "Noona kau sudah jadi ibu peri sejak tadi. Kenalkan, aku Park Sohyun bersekolah di SMP Hyeoseok."
Akhirnya, Sohyun menerima ajakan Jisoo, hanya saja ia tak ingin membebankan dompet Jisoo. Mereka akhirnya naik bus umum.
Arah Jisoo pergi ke rumah Rose dan Sohyun pulang memang searah. Halte dimana Sohyun turun adalah halte biasa Jisoo pulang-pergi sekolah. Tapi rumah Rose lebih jauh lagi dari halte itu.
"Bilang pada teman noona, supaya cepat sembuh dariku." pesan Sohyun sebelum berdiri.
Jisoo tersenyum. "Tentu. Dan bilang pada oppa-mu untuk belajar menyukai susu." balas Jisoo.
***
Jisoo jadi ibu peri? Ngebayangin Jisoo yang 4D pake baju ala peri dengan sayap dan tongkat sihir......rasanya, aneh :'v padahal bias sorangan
Biarkan sang author mengkhayal. Mungkin memang sudah sifat Jisoo begitu kali ya, keras kepala dalam melakukan hal baik
Yah, intinya begitu. Jangan lupa buat vote ☆ commentnya juga
Annyeong^^
Cr. Ash
KAMU SEDANG MEMBACA
For Along Time [JimSoo]
Fanfiction'Kurasa memang lebih baik dulu saat aku hanya melihatmu dari jauh...' Jisoo yang merahasiakan identitas keluarganya dan harus melihat orang-orang yang disayanginya kembali terlibat masalah bersamanya... Apa yang harus ia lakukan? Disaat ia berfikir...