pt. 25

1.1K 149 15
                                    

Beberapa saat Jimin bisa merasakan nafasnya mulai kembali. Kesadarannya datang kembali. Rasa pusing menyerang kepalanya, Jimin mencoba untuk menyentuh kepalanya yang terasa berat tapi tak bisa, tangannya diikat di belakang.

Tangannya terikat dengan kuat menggunakan plester. Jimin mengedarkan pandangan mencoba membaca situasi. Ia berada di sebuah kamar yang jelas, kamar yang tampak mewah. Sayangnya, ia tak bisa melihat keluar jendela, karena kaca ditutupi tirai. Ia tak tau saat itu sudah malam atau matahari masih dilangit.

Jimin merasakan kaku yang teramat sangat pada seluruh badannya. Ia didiamkan selama berapa jam dalam kondisi duduk seperti ini? Salah pertanyaan, tapi sudah berapa lama ia pingsan dalam keadaan seperti ini?

Ya, Jimin ingat sekarang kenapa ia bisa seperti ini sekarang. Kepalanya perlahan memutar mengingat kembali kejadian saat ia akan berangkat sekolah.

***

//Flashback-On\\

Jimin bangun lebih pagi dari biasanya, ah mood bagusnya belum hilang sejak kemarin. Senyumnya terus menerus berada di bibirnya sampai-sampai Sohyun pun merasa aneh.

"Ya, oppa! Berhentilah tersenyum tanpa sebab, menjijikkan sekali melihatnya!" tegur Sohyun.

Anehnya Jimin tidak tersinggung ia justru mengacak rambut adiknya dan melenggang pergi ke kamar mandi.

Bukannya Jimin tak sadar apa penyebabnya. Ya tapi namja sedunia mana yang tak bahagia, jika di weekend kemarin yeoja yang mereka sukai datang dan bahkan sudah kenal dengan adiknya sendiri?

"Heol!" seru Jimin terlalu mendadak saat mandi.

Jadi unnie yang Sohyun maksudkan adalah Jisoo dong selama ini? Dan sepertinya Sohyun mengatakan beberapa hal tentangku yang memalukan? Memikirkannya membuat Jimin berteriak-teriak sendiri di kamar mandi.

.

.

.

.

.

Setelah semua persiapan sekolahnya berangkat. Seragam, tas, sepatu, sarapan, siap! Tapi entah untuk keberapa kalinya Jimin melihat jam tangannya, kalau ia ke halte sepagi ini masih terlalu sepi.

"Ck! Oppa, kalau kau memang ingin berangkat, cepat pergi."

"Sohyun-ah, apa kau membenci oppa mu?"

Sohyun menghela nafas. "Kalau memang sudah tak sabar bertemu dengan Jisoo-unnie, kenapa tak sekalian kau jemput ke rumahnya?"

Mendengar nama Jisoo disebut dan saran yang menggoda itu, tanpa pikir panjang lagi Jimin pergi dari rumahnya. Ia benar-benar sudah tak sabar untuk bertemu yeoja itu, heran, sepertinya perasaannya terlalu menggebu-gebu dan mungkin akan membuatnya terlalu kentara.

"Tenanglah Park Jimin. Atur nafasmu. Atur perasaanmu." Jimin seakan-akan membaca mantra penenang dirinya. "Kau tidak tau Jisoo akan merespon seperti apa jika ia tau perasaanmu. Jadi tenanglah."

Ia terus berjalan fokus menenangkan dirinya. Tanpa menyadari ada yang mengincarnya dari belakang.

Sampai kemudian, Jimin dihadang oleh dua namja berjas hitam layaknya pengawal karena ia memakai earphone disebelah telinganya. Situasi tak benar, ia menyadarinya.

"Serahkan dirimu, atau kami paksa." Salahsatu namja itu melempar ultimatumnya secara singkat padat dan jelas.

Jimin mengangkat alisnya sebelah. "Tidak mungkin ku serahkan. Lihatkan? Aku sudah rapih untuk ke sekolah." Jimin merentangkan tangannya menunjukkan dirinya memakai seragam.

For Along Time [JimSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang