Angin meniupkan rambut Jisoo kesana kemari. Angin di rooftop sekolah cukup kencang, apa saatnya ia menghentikan kegiatannya di sini? Merenung sendirian?
Jisoo memutuskan untuk pergi dari sana. Selama di tangga Jisoo jadi terfikir pada Jimin.
Sebenarnya akhir-akhir ini Jisoo tak terlalu yakin dengan perasaannya pada Jimin. Apa ia masih menyukai namja itu? Salah. Pertanyaan yang benar adalah apakah perasaan yang selama ini Jisoo rasakan adalah rasa suka? Atau sekadar kagum?
Ia memang masih bisa merasakan debaran jantungnya setiap kali berada di dekat Jimin. Tapi rasanya berbeda sekali dengan dulu saat ia hanya memandang dari jauh. Love at first sight-nya tahun ini benar-benar diberi jalan. Untuk berubah dari bertepuk sebelah tangan jadi cinta berbalas. Tapi, kenapa perasaannya justru kini jadi goyah?
Karena terlalu berfikir tak sengaja kakinya menabrak kakinya yang berada di depan. Jisoo limbung, alias jatuh, fikirannya sudah kemana-mana sampai ia melihat wajah yang dikenalnya memposisikan diri siap menangkap dirinya.
Sama. Seperti setahun lalu saat ia jatuh dari pohon sakura itu. Jimin, dibawah sana menangkapnya. Bedanya, kali ini Jisoo dengan jelas melihat wajahnya.
"Jimin! Menyingkir!" teriak Jisoo.
Jimin tak mendengarkan, Jisoo jatuh tepat di pelukannya. Tubuh Jisoo langsung ia tangkap dan lengannya langsung melindungi kepala dan punggung Jisoo. Mereka berguling jatuh di tangga.
"Jimin-sshi! Jimin!" panik Jisoo setelah mereka berhenti berguling.
Jimin memejamkan matanya, nafasnya benar-benar cepat. "Eoh, eotteokkae?? Eotteokkae? Jimin, ireona... Jimin!" Jisoo berseru kaget saat Jimin membuka matanya.
"Argh..." Jimin mencoba membangunkan dirinya, ia memegangi kepalanya yang terasa akan copot.
Jisoo tak langsung menanyai Jimin apapun. Ia sudah senang Jimin masih sadar. Tapi bohong, Jisoo justru menangis karena kecemasannya. Ia takut akan melukai seseorang lagi karenanya. Seperti Rose.
"Jisoo-ah, gwaenchanayeo. Uljima." kata Jimin sambil mengusap kepala Jisoo.
Tapi Jisoo justru semakin menangis. Ia begitu takut kalau Jimin tak bisa sadar. Jisoo benar-benar menyalahkan dirinya jika Jimin sampai masuk rumah sakit.
"Mianhae...gwaenchana?" tanya Jisoo masih sambil menangis.
Jimin tersenyum agar yeoja di depannya ini tak khawatir lagi. "Nee, gwaenchana. Geumanhae, uljima." Jimin menyapu air mata Jisoo dengan jarinya.
Jisoo berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata tapi terlalu susah. Itu terus keluar tanpa ia bisa cegah. Jisoo hanya menunduk. Ia nyaris menyebabkan masalah lagi untuk seseorang yang berarti untuknya. Ya, namja yang ia cinta. Sekarang Jisoo yakin ia memang mencintai namja ini, selalu, dalam lubuk hatinya.
Tiba-tiba, Jimin memeluk Jisoo dan itu membuat tangisan Jisoo benar-benar berhenti. "Don't cry, please." bisik Jimin.
Jisoo tertegun karena bisikan itu. My lord, saat ini Jimin memeluknya, bahkan berbisik padanya. Saranghae, Park Jimin! Seandainya ia bisa meneriakkannya dengan lantang seperti hatinya berteriak.
Jadi terpaksa setelah insiden kecil di tangga itu, Jimin harus menemani Jisoo di UKS. Untuk menghilangkan kecanggungan Jisoo memilih untuk tidur.
***
Jimin menidurkan dirinya di ranjang UKS sebelah dengan Jisoo yang sudah terlelap. Ia bukannya tidak tau kenapa Jisoo bisa dalam keadaan basah kemarin, atau lebih tepatnya ia memperkirakan apa yang terjadi.
Jangan kira Jimin tidak menyadari rasa kagum Seulgi pada dirinya yang terlalu berlebihan itu sejak kelas tahun lalu. Jimin jelas menyadarinya, tapi ia tak pernah menggubrisnya. Ia juga sering mendengar ulah Seulgi pada fans Jimin yang lain, tapi ia selalu menganggapnya sebagai angin lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Along Time [JimSoo]
Fanfiction'Kurasa memang lebih baik dulu saat aku hanya melihatmu dari jauh...' Jisoo yang merahasiakan identitas keluarganya dan harus melihat orang-orang yang disayanginya kembali terlibat masalah bersamanya... Apa yang harus ia lakukan? Disaat ia berfikir...