Saat itu Baekhyun terbangun entah berapa lama kemudian. Dia mengerjapkan matanya yang masih buram dan sekilas dia dapat melihat suaminya berdiri disampingnya, memandangnya dengan raut wajah datar.
Ingin sekali Baekhyun memanggil namanya, namun tenggorokkannya sangat sakit.
"Masih hidup?" Baekhyun mengerjapkan matanya yang terasa memberat kembali beberapa kali, ketika mendengar pertanyaan itu. "Kenapa gak mati aja sih?"
Aku juga ingin.
"Ahh, seharusnya waktu itu lu gak usah berusaha untuk tetap memegang besi itu, kalo lu sebenernya ingin mati."
"..." kenapa aku melakukannya?
"Menambah kerjaan aja."
Baekhyun menutupkan matanya kembali ketika berat itu sangat memaksanya untuk menutup matanya.
"Cepatlah mati Byun Baekhyun."
*
Baekhyun kembali terbangun entah berapa jam kemudian dari sebelumnya.
Dia dapat mendengar suara Bibi Uhm yang memanggilnya terus menerus namun pandangannya memburam. Dia mengerjapkan matanya beberapakali dengan perlahan dan melihat orang-orang masuk kedalam kamarnya.
Ah, kenapa semuanya sangat berat?
Baekhyun mengambil nafas dengan perlahan, kemudian menutup kedua matanya kembali.
*
Saat dia membuka matanya kembali untuk ketiga kalinya, kali ini semuanya terasa jelas, tak seperti sebelumnya yang terus memburam ketika dia bangun. Dia dapat melihat dengan jelas Bibi Uhm yang tertidur pada sofa yang ada di kamar rawatnya kemudian tersenyum tipis ketika berpikir bibi pasti sangat lelah harus menungguinya setiap malam.
Baekhyun mengalihkan pandangannya ke arah lain dan terkejut ketika melihat Chanyeol sedang duduk di kursi disamping ranjang rawatnya. Lelaki itu menatapnya dengan raut khawatir yang tak pernah di pertunjukkannya untuknya kemudian berkata, "Syukurlah kamu sudah bangun, aku akan memanggil dokter terlebih dahulu untuk mengecek keadaanmu." katanya dengan lembut sambil tersenyum manis.
Baekhyun terkejut dengan tingkah Chanyeol, apalagi ketika lelaki itu mengusap puncak kepalanya sebelum pergi dari ruangan itu.
Apakah ini mimpi?
*
"Kalau begitu saya pergi dulu."
"Terimakasih dokter." Chanyeol membungkukkan badannya sebagai sopan santu yang dibalas dengan hal yang sama oleh dokter yang memeriksa Baekhyun tadi. Dia membalikkan tubuhnya dan tersenyum pada Baekhyun yang menatapnya dengan kebingungan yang tergambar jelas di wajahnya. "Kenapa menatapku seperti itu?"
Baekhyun menggelengkan kepala dan tersenyum tipis, "Tidak, tidak kenapa-napa." Chanyeol tersenyum puas mendengarnya, lalu duduk pada kursi yang ada disamping ranjang perempuan itu.
"Papa bilang maaf tak bisa mengunjungimu, karena pekerjaannya di Belgia belum selesai dan Eomma juga masih di Selandia Baru." Baekhyun hanya mengangguk, dia tak pernah ambil pusing atas ketidak hadiran orang tuanya itu dari dulu. "Apakah ada sesuatu yang kamu mau? Aku akan membelikannya untukmu, tinggal katakan saja."
"Tidak, tidak ada." Baekhyun menatap ke langit-langit kamar rawatnya, "Chanyeol-ah-" Chanyeol menggumam menjawab panggilan Baekhyun. "Terimakasih sudah menjagaku, tapi seharusnya kamu tidak disini bukan?" Baekhyun tersenyum, dia melirik Chanyeol yang hanya diam tak membalas perkataannya, kemudian berkata, "Aku akan senang jika kamu memperlakukanku seperti sebelumnya, tak mengunjungiku ataupun menungguku di rumah sakit."
Chanyeol tertawa, "Kenapa? Apakah ada yang salah soal itu?"
"Tidak." Baekhyun memandang Chanyeol dan tersenyum lebar, "Aku hanya merasa takut ketika kamu memperlakukanku dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
FanfictionMungkin itu adalah yang diinginkannya, namun Chanyeol tak pernah tak seyakin itu dalam hidupnya. Baekhyun pikir semuanya akan sama sesuai dengan pemikirannya.