Xiumin tidak tahu harus melakukan apa untuk membuat Jongdae agar sedikit tenang. Dia berusaha membujuk lelaki itu agar duduk di sampingnya, namun lelaki itu tetap memilih untuk berdiri memunggunginya menatap pintu ruang operasi yang tak jauh darinya.
"Dae-ya."
Jongdae hanya mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Xiumin ketika perempuan itu memanggilnya.
Dia hanya ingin berusaha tak berpikir berlebihan dan percaya dengan Baekhyun serta yakin bahwa perempuan itu akan bangun.
"Baru saja dia keluar dari sini, kenapa dia harus kembali lagi?"
"Jongdae-ya."
Jongdae akhirnya mengalihkan pandangannya dan menatap istrinya, dia tersenyum kecil, "Tak apa, maaf membuatmu khawatir, semuanya akan baik-baik saja."
Xiumin tidak tahu harus bagaimana menanggapi perkataan suaminya itu, dia menjadi lebih takut ketika lelai itu bersikap tenang dan berusaha menerima semuanya.
"Bukankah ini sudah biasa?" Jongdae tersenyum dengan lebar, namun dia ingat sesuatu, "Ah, kamu baru kali ini melihat dia masuk rumah sakit lagi dalam beberapa hari kemudian, ya?" Xiumin hanya mengerjapkan matanya dan Jongdae mengusap kepala istrinya itu dengan lembut.
"Bukankah karena dia sudah terlalu sering masuk kesini, kamu menjadi takut, Dae-ya?"
Jongdae menatap mata Xiumin yang memandangnya dengan khawatir. Dia hanya tersenyum kecil pada perempuan itu, kemudian menjawab, "Mungkin?"
Xiumin mengerutkan dahinya, tak mengerti dengan jawaban yang seakan-akan menjadi pertanyaan dari Jongdae.
"Mungkin aku takut, malah, mungkin sangat takut," Jongdae mengalihkan pandangannya menatap tembok yang ada di sebrangnya. "Tapi dia tidak pernah takut." Dia tertawa kecil ketika mengingat saat dulu dia pernah sangat ketakutan sampai mati karena perempuan itu, tetapi apa yang terjadi setelahnya? Baekhyun hanya bertingkah semuanya seperti tidak terjadi apa-apa, semuanya seakan baik-baik saja meskipun dia selalu saja diujung maut dan malah mentertawakaannya. "Karena yang hidup, pasti akan kembali lagi kepada sang penciptanya. Hanya saja, caranya berbeda-beda, dan dia hanya berusaha menerima apa yang telah ditentukan oleh Tuhan." Jongdae mengerjapkan matanya lalu menatap Xiumin kembali, "Itu yang dikatakkannya saat aku marah padanya karena dia selalu bersikap seperti itu."
"Tapi, tapi setidaknya dia harus berusaha, karena Tuhan tidak akan merubah jalan hidup seseorang tanpa adanya usaha dari orang tersebut."
"Eum, aku tahu." Jongdae mengangguk, membetulkan perkataan Xiumin. "Aku pernah mengatakannya juga."
"Lalu kenapa dia masih seperti itu?"
Jongdae mengerjapkan matanya menatap mata Xiumin yang memandangnya dengan kebingungan, kekhawatiran dan kesedihan, "Mungkin, karena dia pernah merasakan kehilang, yang membuatnya kini berpikir, bahwa tujuan hidupnya adalah hanya kematian yang telah direncakan oleh Tuhan dan bagaimana jalannya, orang tuanya-lah yang mengatur dan dia hanya perlu mengikutinya." Jongdae tersenyum tipis, "Ketika dia menikah dengan Chanyeol, aku sangat bersyukur, karena setidaknya, akhirnya dia punya sebuah alasan untuknya berjuang untuk hidup lagi, meskipun dia harus kembali berada di ujung kematian lagi dan lagi."
"Dan, aku yakin dia akan berjuang untuk kembali ke sisi Chanyeol."
*
Chanyeol tidak mengira.
Dia tidak mengira bahwa setelah dia mengatakan itu pada malam itu semuanya akan seperti ini.
Dia tahu bahwa Hwae Seo tak menyukainya dan mendekatinya hanya untuk balas dendam pada Baekhyun. Dia kira perempuan itu masih sama, masih memanfaatkannya dan tak memiliki perasaan apapun yang hingga membuatnya nekad seperti itu. Karena pada dasarnya, Chanyeolpun memanfaatkannya dan dia tidak merasa terikat dengan perempuan itu.
Tapi, kenapa? Kenapa setelah dia memutuskan mengakhiri hubungan dengannya, perempuan itu baru bertindak langsung seperti itu?
Ban mobilnya berceit dengan nyaring ketika dia mengerem mobilnya tepat di depan halam depan rumah mereka. Dia langsung berlari dan membuka pintu depannya dengan kasar, kemudian berteriak memanggil nama perempuan itu, "Baekhyun! Baekhyun!"
Bibi Uhm yang sedang di dapur langsung berlari menghampiri Chanyeol, "Tuan."
"Bibi! Baekhyun dimana?"
Bibi Uhm mengerjapkan matanya, bingung dengan apa yang tengah terjadi ketika Chanyeol menatapnya dengan panik dan khawatir. "Nona sedang keluar tuan, bertemu dengan pengacara Kim."
Chanyeol langsung mengambil ponselnya dari saku jasnya dan berlari keluar rumah kemudian mengendarai mobilnya kembali.
"Pengacara Kim! Ini saya, Park Chanyeol, apakah istri saya sedang bersama dengan anda?" Tanyanya ketika teleponnya di angkat oleh pengacara istrinya itu.
"Ya, sedang dengan saya, apakah anda ingin mengatakan sesuatu? Nanti saya akan sampaikan padanya."
Chanyeol mengela napasnya lega dan mengurangi kecepatan mobilnya dengan perlahan, "Syukurlah, bisakah saya berbicara dengannya?"
"Maaf Tuan Park, istri anda sedang tidak dapat berbicara dengan anda terlebih dahulu."
Chanyeol mengerutkan dahinya, "Kenapa? Dimana sekarang dia?"
"Anda tidak perlu khawatir, istri anda baik-baik saja."
"Pengacara Kim! Beritahu saya, dimana istri saya berada sekarang!?" Chanyeol memberhentikan mobilnya di pinggri jalan.
"Maaf Tuan Park, sepertinya istri anda tidak menginginkn anda untuk tahu dimana dirinya berada sekarang."
"Pengacara Kim!" Chanyeol memukul stri mobilnya dengan keras. Dia tahu ada yang aneh. Dia tahu itu! "Beritahu saya, dimana istri saya berada!?"
"Keluarga Byun Baekhyun?"
Chanyeol mengerutkan dahinya ketika Jongdae tak menjawab pertanyaannya dan malah menjauhkan ponselnya. Dia menatap ponselnya yang ternyata masih terhubungan dengan panggilan, kemudian mendekatkannya kembali ke telinganya. "Pengacara Kim, saya tanya kembali, dimana istri say-"
"Kami telah melakukan yang terbaik, mohon maaf."
*
Kembali ke malam itu.
Chanyeol telah berusaha untuk mencari kesempatan untuk mengatakan keinginannya pada Hwae Seo, namun selalu dan selalu saja perempuan itu menghindarinya dan memotong perkataannya seakan-akan tahu apa yang sebenarnya ingin dia bicarakan.
Chanyeol melirik jam tangannya dan menghela napasnya ketika melihat waktu yang telah berlalu.
Janjinya dengan Baekhyun sudah terlewati dan dia tak bisa melakukan apapun, dia harus menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu dan Baekhyun dapat menunggunya lagi.
"Sudah cukup." Akhirnya Chanyeol tak dapat menahannya lagi.
Hwae Seo langsung diam ketika Chanyeol memotong perkataannya. Dia meletakkan pisau serta garpunya dan meraih gelasnya.
"Aku tak sengaja bertemu dengan perempuan itu." Hwae Seo melirik Chanyeol lalu tersenyum miring, "Terlihat sangat bahagia." Chanyeol meletakkan pisau serta garpunya dan menatap Hwae Seo dengan datar. "Apakah itu karenamu?"
"Jangan merasa kamu tidak tahu apa yang akan aku katakan ." Chanyeol mengalihkan pembicaraan. "Kita sudahi ini."
Hwae Seo menyipitkan matanya lalu tersenyum lebar, "Kenapa?"
"Aku sudah tak membutuhkanmu lagi dan aku rasa kamu-pun seperti itu, benarkan?" Chanyeol kembali alat makannya dan memakan makannya dengan perlahan. "Lagian kita hanya tinggal menunggu."
Hwae Seo mengeratkan pegangannya pada gelasnya.
"Jadi kita akhiri ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
FanfictionMungkin itu adalah yang diinginkannya, namun Chanyeol tak pernah tak seyakin itu dalam hidupnya. Baekhyun pikir semuanya akan sama sesuai dengan pemikirannya.