Kibum berdiri dengan kaku di hadapan pintu kamar itu. Dia melirik suaminya dengan ragu kemudian berkata, "Kamu saja yang masuk." Katanya dengan dingin.
Jinki menyendukan matanya dan menghela napasnya, "Baiklah." Kibum mengangguk dan lelaki itu masuk ke dalam kamar rawat itu.
Dia tersenyum tipis untuk terakhir kalinya ketika suaminya itu menatapnya, kemudian pintu kamar itu tertutup dengan rapat.
Dia menghela napasnya, kemudian duduk pada kursi tunggu di depan ruangan itu.
Dan saat itu, semua pikirannya menjadi kacau. Saat dirinya ditinggalkan seorang diri di lorong yang sunyi itu, pikirannya menjadi kacau. Membuat dirinya tidak mengerti apa yang dirasakannya saat ini dan apa yang di pikirkannya sekarang.
Menerima kenyataan bahwa anak satu-satunya kini di ambang kematian, membuatnya bingung. Apa yang diharapkannya sejak dulu telah di kabulkan oleh Tuhan. Namun, mengapa dia merasa takut? Mengapa dia enggan? Enggan membiarkan anaknya itu untuk meninggalkannya. Enggan untuk melihat anaknya itu dalam ke adaan sekarat. Mungkin saat dulu, jika itu yang terjadi, dia akan biasa-biasa saja, namun kenapa sekarang dia seperti ini?
Kibum mengusap wajahnya kasar, kemudian berhenti sehingga wajahnya tertutup oleh kedua telapak tangannya.
Entah kenapa, dia tidak sanggup menerima apa yang diingkannya sejak dulu, sekarang.
Dia tidak bisa.
Dia tidak bisa melihat perempuan itu dalam ambang kematian.
Dia tidak bisa.
Dan tanpa sadar air matanya jatuh ketika pikiran itu memenuhi otaknya.
Dia tidak bisa melakukannya.
"Baekhyun-ie."
Dan kini dia memanggil nama perempuan itu untuk pertama kalinya di antara tangisnya.
*
Chanyeol tersenyum tipis ketika melihat Jinki maduk ke dalam kamar itu seorang diri.
"Papa." Sapanya.
Jinki memegang bahu Chanyeol dengan erat, kemudian menatap anaknya yang masih tertidur dengan lelap.
"Bagaimana keadannya?" Tanya Jinki.
"Dia masih belum bangun Papa."
Jinki mengangguk, kemudian mengalihkan tangannya untuk menggenggam tangan Baekhyun. "Baekhyun-ah, Papa datang." Katanya. Dia tersenyum menatap putri satu-satunya itu. "Mommy juga datang kesini. Dia sedang ada di luar." Lanjutnya.
"..."
"Maaf, kami baru bisa datang untuk kali ini."
"..."
"Bibi Uhm merindukanmu, kamu harus cepat bangun, mengerti?" Jinki berusaha mengalihkan pikirannya dengan berbicara hal lain. Namun pada akhirnya, pikiran di awalnya tetap memenuhi otaknya.
"..."
"Maaf."
"..."
"Maaf, setelah berulang kali kamu berada di kondisi seperti ini, kami baru datang sekarang."
"..."
"Maaf."
"..."
"Maaf, kami telah mengabaikan semua yang telah terjadi padamu."
"..."
"Maaf. Maaf. Maaf." Jinki menggengam erat telapak tangan putrinya itu. "Maaf. Maaf. Maaf." Dan dia terus mengucapkan kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
FanficMungkin itu adalah yang diinginkannya, namun Chanyeol tak pernah tak seyakin itu dalam hidupnya. Baekhyun pikir semuanya akan sama sesuai dengan pemikirannya.