Chanyeol merasa bingung.
Dia penasaran dengan suara yang dia dengar ketika menghubungi Hwae Seo.
Dia yakin itu suara pria.
Namun, dia tak ada kesempatan kembali untuk menghubungi kekasihnya itu.
Atau lebih tepatnya dia ada kesempatan namun perempuan itu tak mengangkatnya.
"Direktur?"
Chanyeol mengerjapkan matanya ketika dia mendengar panggilan sekertarisnya.
"Ya? Ah maaf, bisa kamu ulang lagi?"
"Baik direktur."
*
"Dia belum sadar juga?" Kim Jongdae menutup kembali pintu kamar rawat itu dan berjalan menghampiri istrinya yang sedang duduk di samping ranjang rawat.
Xiumin yang mendengar suara suaminya mengalihkan pandangannya, "Masih sama seperti sebelumnya, dia tidur kembali."
"Jadi, bagaimana dengan suaminya?"
Jongdae tersenyum tipis dan mengusap kepala istrinya dengan sayang, "Jangan dipikirkan, semuanya akan baik-baik saja."
"Tapi-" Xiumin mengalihkan pandangannya dengan sendu, "Apakah kita tidak akan memberitahu siapapun? Bagaimana dengan orang tuanya?"
Jongdae tidak menjawabnya dan pergi menuju sofa yang ada di ruangan itu, Xiumin yang melihat tingkah suaminya menghela nafasnya.
Selalu seperti itu.
"Aku ingin istirahat." Jongdae melepaskan jasnya kemudian merebahkan tubuhnya pada sofa. Dia menutup matanya dan melipat kedua tangannya menjadikannya sebagai sebuah bantal untuk kepalanya.
"Eum." Xiumin mengalihkan pandangannya dari Jongdae dan menghela nafasnya.
Entah sampai kapan mereka harus seperti ini lagi.
Dan selalu, selalu saja.
Semuanya karena perempuan itu.
Byun Baekhyun.
"Baekhyun-ah, cepatlah akhiri ini."
*
Jongdae membuka matanya ketika ruangan itu sudah sunyi, kemudian merubah posisinya menjadi duduk lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
Selalu saja berakhir seperti ini.
Dia akan pura-pura tidur sedangkan perempuan itu menangis hingga tertidur.
Jongdae berdiri dari duduknya lalu menghampiri istrinya yang tertidur di tempat yang sama seperti sebelumnya dengan kepala bertumpu pada ranjang rawat.
"Kenapa? Kenapa kamu tidak mengatakannya?"
Jongdae tersenyum ketika melihat Baekhyun membuka matanya dan menatapnya dengan sendu.
"Bagaimana keadaanmu?"
Baekhyun tak menjawab pertanyaan Jongdae tetapi mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Xiumin dengan lembut.
Jongdae yang melihat itu tersenyum tipis, "Aku sudah melakukan apa yang kamu minta."
"Terimakasih." Baekhyun tersenyum tipis kemudian menjauhkan tangannya dari Xiumin. "Aku telah berhutang banyak padamu dan maaf telah membuat hubunganmu menjadi rumit."
"Aku yang menginginkannya untuk tak menjelaskan apapun, bukan masalah yang besar." Jongdae mengatakan itu dengan tenang seakan itu bukan masalah besar kemudian menyentuh kepala Xiumin dengan perlahan, tapi Baekhyun tidak sependapat dengan itu.
"Mungkin kamu tidak masalah dengan hal itu, tapi bagaimana dengan Xiumin?" Jongdae menghentikan tangannya dan menatap Baekhyun. "Tidak selamanya dia akan selalu mengerti dengan apa yang kamu lakukan tanpa penjelasan yang jelas, terlebih lagi jika itu berkaitan dengan orang yang pernah berhubungan denganmu."
"Tapi, kita memang tidak ada hubungan apapun-kan?"
"Menurut aku dan kamu." Jongdae menghela nafasnya ketika mendengar suara Baekhyun yang sinis padanya. "Pulanglah, aku akan baik-baik saja, maaf telah membuat kalian susah lagi."
"Kamu yakin?" Baekhyun mengangguk sebagai jawaban. "Baiklah." Jongdae membungkukkan badannya kemudian membopong istrinya. "Istirahatlah, kondisimu masih belum membaikkan?"
"Ya."
"Aku pergi kalau begitu."
Baekhyun mengangguk dan matanya mengikuti Jongdae yang pergi.
"Baekhyun-ah?"
"Eum?" Baekhyun mengerutkan dahinya ketika Jongdae berhenti melangkah dan memanggil namanya. "Ada apa?"
"Kenapa kamu pura-pura bodoh?" Baekhyun langsung meluruskan dahinya dan terdiam ketika Jongdae berkata seperti itu. "Aku yakin kamu tahu bahwa obatmu sudah ditukar dan membuat penyakitmu semakin parah atau mungkin lebih dari itu. Kenapa kamu hanya diam saja?"
"Apakah itu masalah untukmu?" Baekhyun mengalihkan pandangannya.
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan?" Baekhyun mengerutkan dahinya, "Apa yang kamu inginkan Byun Baekhyun?"
"Jongdae-ya!"
Jongdae tersenyum ketika mendengar suara Baekhyun yang memperingatkannya. "Oke, oke, aku takkan membahasnya." Baekhyun tersenyum tipis mendengarnya, "Aku pergi kalau begitu."
"Eum."
Jongdae membuka pintu kamar rawat itu dengan sesuah payah kemudian menutupnya kembali. Dia melirik perempuan yang ada di dalam kedua tanganya dan tersenyum tipis lalu pergi dari tempat itu dengan langkah perlahan. "Aku tahu kamu sudah bangun."
Xiumin yang terkejut ketika Jongdae mengetahui bahwa dirinya telah bangun, langsung membuka matanya dan lelaki itu tersenyum tipis padanya. "A-apa maksudnya Jongdae? Apa maksud perkataanmu pada Baekhyun?"
"Tolong jangan membahas hal itu lagi."
Xiumin mengerutkan dahinya, dia ingin bertanya kembali namun mengurungkannya kemudian. Dia mengalihkan pandangannya dari wajah Jongdae lalu menghela nafasnya perlahan.
Jongdae yang mendengar Xiumin menghela nafasnya langsung menghentikan langkahnya membuat perempuan itu menatapnya penuh tanya.
"Ada apa?"
Jongdae hanya diam ketika Xiumin bertanya seperti itu dan membuat perempuan itu bingung hingga mengerutkan dahinya.
"Jongdae?"
Jongdae menghela nafasnya kemudian menatap Xiumin dengan lembut, membuat perempuan itu terkejut dengan tatapannya. "Hanya satu yang harus kamu ingat ketika mendengar itu Min-ah." Katanya tiba-tiba, membuat Xiumin tak mengerti dengan apa yang dikatakannya, "jika kamu merasa seluruh dunia membencimu dan menginginkan kehilanganmu, tolong ingat - aku selalu mencintaimu dan menginginkanmu selalu ada disampingku."
"Apapun yang terjadi, tolong ingat selalu."
Xiumin yang mendengar itu hanya bisa diam, terlebih lagi ketika suara Jongdae mulai menegaskan. Dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh sang suami, namun dia tahu dan akan selalu ingat dengan perkataan itu.
Jongdae tersenyum ketika matanya bertemu pandang dengan Xiumin, kemudian mencium dahi perempuan itu dalam-dalam. "Aku takkan mengatakannya setiap saat bahwa aku mencintaimu." Xiumin langsung menatap Jongdae tepat ke kedua matanya ketika lelaki itu menjauh dari wajahnya beberapa centi, jantungnya berpacu dengan cepat ketika dia mendengar dan mendapatkan perlakuan seperti itu dari sang suami, "Jadi dengarkan baik-baik," Xiumin mengerjapkan matanya, "Aku mencintaimu, dan selalu mencintaimu, meskipun seluruh dunia membencimu aku tetap mencintaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
FanfictionMungkin itu adalah yang diinginkannya, namun Chanyeol tak pernah tak seyakin itu dalam hidupnya. Baekhyun pikir semuanya akan sama sesuai dengan pemikirannya.