Chanyeol berdiri dalam gelap kamar tidur mereka. Matanya menatap datar pada Baekhyun yang tertidur dengan nyenyak. Dia tak habis fikir dengan perempuan itu. Kapan sih matinya ni anak?
Chanyeol mendengus kemudian melengos pergi menuju saklar lampu kamar mereka dan menekannya hingga ruangan itu terang. Tangannya bergerak membuka satu per satu kancing kemeja kerjanya sambil berjalan kemudian membuka lemari pakaiannya.
Baekhyun yang merasa bahwa lampu kamarnya menyala membuka matanya dan mengerjap beberapa kali lalu mencari siapa yang menyalakannya.
"Ingin ku siapkan air hangat?"
Chanyeol terkejut ketika mendengar perkataan itu saat dirinya akan memakai kaos, dia membalikkan tubuhnya dan melihat Baekhyun yang akan bangun dari tidurnya.
"Gak usah, gue mau langsung tidur aja." Dan Chanyeol langsung berjalan menuju sisi lain tempat tidur itu dan berbaring disana.
Baekhyun tersenyum tipis melihat Chanyeol yang berbaring di sampingnya meskipun dia hanya ditunjukkan punggungnya. Dengan perlahan dia kembali membaringkan tubuhnya kemudian menatap punggung Chanyeol.
"Bagaimana harimu?"
"..."
"Jika Papa mengatakan sesuatu yang buruk jangan di ambil pusing, abaikan saja jika menurutmu itu tak perlu."
"Ya, memang mudah ya kalau hanya bicara." Chanyeol mendengus.
Baekhyun tersenyum tipis, dia mendekatkan dirinya pada Chanyeol dan menumpukan dahinya di punggung lelaki itu tanpa memeluknya.
Chanyeol yang merasakan pergerakkan dan sentuhan itu hanya merapatkan rahangnya tak suka.
"Bagaimana kabar Hwae Seo?"
Chanyeol langsung membalikkan tubuhnya membuat Baekhyun menenggakkan kepalanya untuk dapat menatap lelaki itu. "Jangan pernah menyentuhnya! lu ngerti?!
"Aku hanya bertanya sebagai temennya Chanyeol, tenanglah." Baekhyun tertawa kemudian meringis ketika paru-parunya sakit lalu tersenyum seakan tak terjadi apa-apa.
Chanyeol tersenyumm miring melihat itu, "Sakit bukan? kenapa kamu tidak mati saja saat itu? menyusahkan sekali."
Baekhyun menurunkan kepalanya agar tak menatap wajah Chanyeol dan menatap dada lelaki itu kemudian berkata, "Maka dari itu, berusahalah lebih keras dari sebelumnya Chanyeol-ah dan aku akan memutuskannya jika itu waktunya untuk pergi."
*
Pagi itu Baekhyun sedang membantu Bibi Uhm menyiapkan sarapan dengan mengoleskan mentega ke roti kemudian memasukkannya kedalam toaster ketika matanya menemukan Chanyeol yang melewati ruang makan begitu saja.
"Kamu ingat Jessica mengundang kita ke pestanya?" tanyanya.
Chanyeol menghentikan langkahnya saat mendengar nama seorang wanita tua disebut oleh Baekhyun kemudian dia membalikkan badannya untuk menatap perempuan itu dengan dahi berkerut.
"Kamu tahu sendiri Jessica seperti apa, pastikan kamu bisa menghadirinya." lanjut perempuan itu.
"Jam berapa?"
"8 malam."
"Gue bakal berangkat dari kantor." Chanyeol melanjutkan langkahnya kembali.
"Kita harus berangkat bersama." kata Baekhyun pelan namun Chanyeol dapat mendengarnya.
Roti itu telah matang dan Baekhyun memindahkannya kedalam sebuah kotak yang telah siapkan. Dia menutup kotak itu kemudian menyusul Chanyeol yang telah berada di depan rumah mereka.
"Jessica pasti akan bertanya-tanya, kamu tak ingin lebih lama disanakan?" Baekhyun tersenyum ketika Chanyeol meliriknya kesal sementara lelaki itu masuk kedalam mobilnya dan memakai sabuk pengamannya.
Baekhyun membungkukkan badannya dan meletakkan kotak itu di dasbor mobil, "Sarapanlah, aku sudah menyiapkan roti panggang, buah-buahan dan susu disana."
Chanyeol mendengus, "Lu pikir gue bocah, apa?" Kemudian dia menatap Baekhyun yang telah menegakkan tubuhnya lagi dan kini mengangkat bahunya acuh.
"Hati-hati." kata Bakhyun sambil tersenyum tipis.
Chanyeol tak peduli dengan kata itu, dia menyalakan mobilnya kemudian meninggalkan perkarangaan rumah mereka tanpa membalas perkataan Baekhyun.
Namun ada satu hal yang menganggunya.
Wanita itu tak menggunakan selang oksigennya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
FanficMungkin itu adalah yang diinginkannya, namun Chanyeol tak pernah tak seyakin itu dalam hidupnya. Baekhyun pikir semuanya akan sama sesuai dengan pemikirannya.