24

1.9K 192 6
                                    

Keesokan harinya mereka pulang dengan kondisi Baekhyun yang telah membaik.

Sesampainya mereka tiba dirumah pagi itu, Chanyeol langsung pergi menuju ruang kerjanya meninggalkan Baekhyun yang berjalan dibelakangnya, "ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini, kamu istirahat saja duluan." katanya tanpa menatap Baekhyun.

Baekhyun mengangguk dan menghentikan langkahnya, membiarkan dirinya berdiam diri sambil menatap punggung Chanyeol yang menjauh darinya.

Dia merasa bersalah pada Chanyeol. Niatnya untuk berlibur dan merileks-kan diri, malah membuat lelaki itu bekerja lebih ekstra lagi.

"Nona."

Baekhyun mengalihkan pandangannya dan menatap Bibi Uhm yang berdiri disampingnya dengan raut wajah khawatir, "Aku tidak apa bi, maaf sudah membuat bibi khawatir." Katanya sambil tersenyum tipis untuk meyakinkan Bibi Uhm.

"Syukurlah," Bibi Uhm menghela nafas lega, "Nona sekarang beristirahatlah, saya yang akan merapihkan barang bawaannya."

"Terimakasih bi." Baekhyun kemudian berjalan pergi meninggalkan Bibi Uhm menuju kamarnya.

*

Entah sudah berapa jam dia sudah berada disana dan Chanyeol baru mengangkat kepalanya dari komputer dan segela berkas yang ada dihadapannya. pertama hal yang dilakukannya adalah meregangkan tubuh dengan mengangkat kedua tangannya kemudian melakukkan pemutaran kecil pada pinggangnya. matanya melirik sekilas pada apa yang telah dikerjakannya kemudian menatap jam dinding yang ada di tembok samping tempatnya duduk.

Jam setengah 6 sore.

Dia menghela nafasnya kemudian melepas kacamata bacanya dan hal yang pertama terlintas dipikirannya adalah Baekhyun.

Dia berdiri dari kursinya kemudian keluar dari ruang kerjanya dan pergi menuju kamar mereka.

Ketika dia membuka pintu kamar itu hal yang dilakukan pertama kali adalah mengerutkan dahinya dalam. Hari sudah menjelang malam namun kamar itu masih gelap tanpa ada penerangan dari cahaya lampu satupun.

"Baekhyun?" Panggilnya.

Dia masuk dan menutup pintu kamar kemudian merambatkan tangannya pada tembok samping untuk mencari saklar lampu kamar.

"Baekhyun?" Panggilnya sekali lagi.

Cahaya lampu langsung menerangi seluruh kamar dan dia mengerutkan dahinya sekilas kemudian menerjapkan matanya.

"Baekhyun? Kenapa lampunya tidak dihidupkan?"

Chanyeol menatap tempat tidur mereka dan tak menemukan Baekhyun berada disana. Dia mengedarkan pandangannya dan tak menemukan keberadaan perempuan itu disana.

"Baekhyun?!" panggilnya lagi.

"Ya?!"

Chanyeol mengalihkan pandangannya dan menatap pintu kamar mandi dimana dia mendengar suara Baekhyun berada. Dia berjalan mendekati pintu kamar mandi, kemudian berkata, "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Aku sedang mandi," jawabnya. "Ada apa Chanyeol?"

Chanyeol menggeleng, "tidak, aku hanya bertanya saja." Jawabnya, "kalau begitu, cepetlah keluar dari sana, sepertinya bibi sudah seleseai membuatkan makan malam."

"Eum! Kamu duluan saja."

Chanyeol diam beberapa saat mendengar jawaban Baekhyun, "Oke." Balasnya pada akhirnya, kemudian dia meninggalkan kamar itu.

*

Baekhyun mendengar suara langkah kaki Chanyeol yang menjauh serta pintu kamar mereka di tutup dan dia sudah tak dapat menahannya lagi ketika itu.

Sedetik setelah suara pintu yang ditutup, pegangannya pada pinggiran wastafel langsung melemas dan dia membiarkan tubuhnya jatuh ke lantai kamar mandi. Dia membungkukkan badannya kedepan dan menyentuh dadanya yang terasa sakit. Telinganya dapat mendengar suara nafasnya yang memendek dan tak beraturan. Dia seperti haus akan oksigen dan meskipun dia sudah mendapatnya, itu tidaklah cukup.

Menyedihkan.

Baekhyun berusaha mengambil nafas melalui mulutnya dan dia dapat mendengar suara nafasnya itu.

Sangat menyedihkan.

Semuanya perlahan mulai naik dalam benaknya dan itu membuatnya tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia sangat menyayangkan kehidupannya ini, dia sangat merasa kasihan pada dirinya sendiri, dan dia merasa marah pada dirinya.

Kamu sungguh-sungguh menyedihkan Byun Baekhyun.

Ya, dia memang menyedihkan.

Diantara nafasnya yang sangat menyakitkan dan memendek, air matanya perlahan jatuh dari matanya.

Sakit, ini sangat sakit.

Di dalam kamar mandi itu, dia hanya dapat mendengar suara nafasnya yang payah dan itu membuatnya merasa kasihan pada kehidupannya sendiri.



Silent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang