Baekhyun menatap rumah sederhana itu dari jauh.
Rumah mungil yang terlihat nyaman dan hangat dengan lampu yang selalu menyala dengan terang.
Baekhyun tak pernah berani untuk datang ke sana, meskipun itu rumah mertuanya. Dia takkan berani sampai kapanpun.
Dia sudah sangat buruk untuk keluarga Park. Merebut perusahaannya dan membuat keluarga itu harus menyerahkan anak lelaki satu-satunya padanya hanya untuk mempertahankan perusahaan kecil yang dimiliki oleh mereka.
Keluarga Chanyeol bukanlah keluarga yang sangat berada.
Mereka mempunyai sebuah pabrik kertas kecil yang hanya bereproduksi ketika ada yang memakainya, selebihnya mereka membuka sebuah warung kecil di rumah. Namun begitu, anak-anak mereka selalu diberikan pendidikan tinggi, meskipun harus hancur ketika anak kedua mereka mau masuk ke universitas.
Chanyeol tak pernah melanjutkan kembali studynya.
Semuanya hanya karena dia.
Dia membuat keluarga Park kehilangan semuanya secara perlahan dalam waktu setengah tahun, kemudian dia muncul dengan memberikan tawaran.
Tawaran yang harus membuat mereka bertengkar hebat dengan anak lelaki satu-satunya disana.
Baekhyun menghela nafasnya, tiba-tiba dia merasa lelah setelah ingatan masa lalunya muncul membayangi.
Bagaimana keluarga itu memohon padanya.
Bagaimana keluarga itu bersujud dan mengemis padanya.
Bagaimana akhirnya dia bisa bersama dengan Chanyeol.
Bagaimana Chanyeol menatapnya dengki dan penuh amarah saat mereka bertemu.
Untuk pertama kalinya bagi Chanyeol.
Dan untuk kedua kalinya bagi Baekhyun.
"Paman ayo kita pulang."
"Baik, non."
Mesin mobil di nyalakan, kemudian bergerak meninggali tempat itu.
Tanpa menyadarai, bahwa ada yang selalu memerhatikan mereka.
*
Pagi itu, mereka sedang sarapan bersama dan Chanyeol tiba tiba berkata, "Kamu sudah minum obatnya?"Baekhyun mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar kemudian mengangguk, "sudah, ada beberapa obat yang dudah habis, aku akan meminta dokter keluarga mengunjungiku dan memberikan beberapa obat."
"Kapan?"
"Mungkin besok?" Baekhyun menyuapkan satu sendok terakhir makan paginya kemudian meminum air mineralnya dengan perlahan.
"Aku akan menemanimu."
"Tidak apa, aku bisa sendiri."
Chanyeol menatap Baekhyun dengan dahi berkerut, "Oke kalau gitu."
Baekhyun tersenyum lebar, "Aku akan menyiapkan bekal makan siangmu, tunggu sebentar ya."
"Ya." Chanyeol kembali melanjutkan sarapannya dan membiarkan Baekhyun melakukan apa yang di inginkan perempuan itu.
*
"Kamu bisa memakannya."
Lee Junho terkejut ketika sang atasan memberikan sekotak bekal makan siang lagi padanya.
"Sunggu presdir? Apakah tidak apa saya memakan makanan yang dibuat oleh istri anda?"
"Aku sudah memberikannya padamu, bukankan itu artinya tidak apa?" Jawab Chanyeol demgan dingin. "Berikan berkas yang harus aku baca dan tanda tangani dalam 10 menit lagi, lalu bacakan jadwalku untuk hari ini dan besok."
"Baik!"
Chanyeol melanjutkan jalannya dan masuk kedalam ruang kerjanya, sementara Junho langsung mempersiapkan semua yang Chanyeol pinta.
*
"Wahhh! Kamu dapet kotak makan siang lagi dari presdir, Jun-ya?" Tanya Jae Ah yang kembali menjadi tempat menumpang makan siang untuk Junho.
Junho mengangguk dengan senyuman lebar.
"Senangnya bisa ngerasain masakan istri presdir yang enak lagi."
"..."
"Gue gak ngerti deh sama presdir, kenapa dia gak mau makan bekal yang istrinya buat coba? Padahal ini enak banget."
Jae Ah langsung menendang kaki Junho dengan sebal, "ya! Lu gak tau apa sama gosip yang udah tersebar di seluruh kantor?"
Junho meringin kesakitan, "tau kok, tau, gue saksinya!"
"Jadi emang bener ya?"
"Benar apa?" Tanya Baekhyun.
"Simpenannya presdir sering ngunjungin dia waktu makan siang?" Jae Ah mengangkat keoalanya untuk menatap Junho dan terkejut ketika menemukan Baekhyun berdiri di pintu ruangannya.
"Nona Byun!" Mereka langsung berdiri dengan canggung, melirik satu sama lain sebelum membungkuk bersama-sama.
"Maafkan kami! Maafkan kami nona!"
Baekhyun tersenyum tipis, "sudah, sudah, tak apa, jangan membungkuk terus."
Junho dan Jae Ah langsung menegakkan badan dan menatap satu sama lain dengan canggung karena kehadiran Baekhyun.
"Maaf, aku mengganggu makan siang kalian, aku tadi hanya ingin mencari Junho karena tak melihatnya di meja depan ruang kerja Chanyeol."
"Nona-"
Baekhyun tersenyum lebar, "tak apa, aku hanya ingin bertanya, apakah Chanyeol ada di ruang kerjanya? Aku pikir lebih baik bertanya dulu padamu, takutnya Chanyeol tak ada ditempat."
Junho menggeleng,"tidak nona! Presdir ada di tempatnya, beliau sedang membaca beberapa proposal serta menandatangani beberaoa dokumen."
"Baiklah, terimakasih, aku akan ke ruangannya kalau gitu." Baekhyun tersenyum lebar, "Silahkan lanjut makan siangnya, maaf aku menganggu kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
FanfictionMungkin itu adalah yang diinginkannya, namun Chanyeol tak pernah tak seyakin itu dalam hidupnya. Baekhyun pikir semuanya akan sama sesuai dengan pemikirannya.