Jinki yang mendengar kabar bahwa putrinya akan bercerai langsung kembali ke Korea Selatan tak lama kemudian dan sore itu dia baru sampai dari kedatangannya.
"Aku tahu kalo kamu tidak ingin kembali kesini." Jinki melirik istrinya yang hanya diam sejak tadi menatap pemandangan luar ketika mereka pergi dari bandara Incheon. "Tapi kita harus bicara dengan Baekhyun soal ini."
"Aku mengerti."
Jinki tersenyum tipis mendengar jawaban Kibum yang terdengar malas dan pasrah. Dia mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Kibum hingga membuat perempuan itu menatapnya.
"Selesaikan dengan cepat, oke?" Kibum tersenyum lebar ketika dia akhirnya memutuskan untuk mengalah pada sang suami.
"Oke."
Kibum menggenggam erat tangan Jinki kemudian mengalihkan pandangannya ke semula.
Sudah 8 tahun sejak dia pergi dari negara ini.
Dan dia tak pernah sebersit-pun untuk berfikir kembali kesini.
Karena dia takkan pernah siap untuk mengingat itu kembali.
*
Tak lama kemudian, mereka tiba para rumah yang dahulu pernah tinggali dan sekarang ditempati oleh anak beserta menantunya itu.
Jinki tidak melepaskan genggamannya dengan Kibum sejak mereka turun dari mobil hingga memasuki rumah itu.
"Tuan, Nyonya." Bibi Uhm membungkukkan badannya sekilas ketika bertemu dengan Jinki serta Kibum, "Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengan anda nyonya." Lanjutnya.
"Hallo Bi, maaf saya baru bisa kembali hari ini."Kibum tersenyum tipis kemudian melirik Jinki yang hanya diam berdiri disampingnya. Dia mengeratkan genggamannya untuk menyadarkan Jinki yang sepertinya melamun.
Jinki yang tersadar dari lamunannya menatap Kibum kemudian Bibi Uhm. "Dimana Baekhyun?" Tanyanya pada akhirnya.
"Nona-"
"Papa." Chanyeol yang baru saja turun dari lantai atas memotong perkataan Bibi Uhm tanpa sadar dengan nada terkejut. Dia tidak mengira bahwa mertuanya itu akan datang secara tiba-tiba. Biasanya selalu adar pemberitahuan soal kedatangan pria paruh baya itu.
Chanyeol menghentikan langkahnya ketika dia sudah dekat dengan mertuanya itu lalu tersenyum tipis, dahinya mengerut sebentar ketika melihat perempuan paruh baya disamping mertuanya itu kemudian dia menyadarinya.
"I-bu?" Sapanya dengan ragu.
Kibum hanya tersenyum tipis dan membungkukkan kepalanya, Chanyeol dengan kaku membalas sapaan ibu mertuanya yang baru pertama kali dia lihat.
"Chanyeol-ah, Baekhyun dimana?" Tanya Jinki mengalihkan situasi yang kaku antara istrinya dan menantunya itu.
Chanyeol mengerjapkan matanya dan menatap Papa mertuanya. "Saya masih beleum menemukannya Papa."
"Lalu? Jelaskan apa maksudnya dengan perceraian kalian?"
Chanyeol gelagapan, "Sa-saya juga tidak mengerti Papa."
Jinki menghela napasnya kemudian menatap istrinya, "Kamu sebaiknya istirahat saja," Katanya, "Bi, tolong bawa dan bantu Kibum ke kamar yang biasa saya tempati."
"Baik Tuan." Bibi Uhm mengangguk, dia mengambil alih koper yang ada di tangan Kibum, "Mari Nyonya."
Kibum mengangguk, dia melirik suaminya kemudian dan lelaki itu menatapnya dengan senyuman tipis, "Cepatlah selesaikan ini."
"Aku mengerti."
Kibum langsung mengiktui Bibi Uhm dan pergi meninggalkan Jinki yang kini menatap Chanyeol dengan mata yang menyipit.
"Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?"
*
"Saya senang anda akhirnya kembali ke sini Nyonya." Bibi Uhm tersenyum lebar pada Kibum yang kini telah duduk di atas tempat tidur. "Nona pasti sangat senang mendengar anda akhirnya kembali kesini."
"Saya hanya sebentar disini Bi, sebaiknya anda tidak perlu memberitahunya."
Bibi Uhm terkejut mendengarnya, "Kenapa Nyonya?" tanyanya.
"Memang seperti itu Bi, lagian saya sebenarnya ke sini-pun secara tidak sengaja." Kibum berdecak kesal, "Semua ini gara-gara dia yang menipuku." Dia tertawa kecil. "Tapi ini bukanlah hal yang buruk, dan ternyata sudah banyak yang berubah sejak 8 tahun yang lalu."
Bibi Uhm tersenyum tipis, "Kalau begitu saya permisi Nyonya, istirahatlah dengan tenang."
"Terimakasih Bi."
Bibi Uhm membungkukkan badannya sekilas kemudian pergi dari kamar itu.
"Nyonya." Bibi Uhm berhenti menutup pintunya ketika dia akhirnya memutuskan untuk memanggil Nyonya-nya.
"Ya?" Kibum mengalihkan pandangannya dan menatap asisten rumah tanggannya itu dengan sebuah senyuman lebar.
"Saya harap, anda dapat bertemunya meskipun sebentar." Bibi Uhm tersenyum lebar, "Untuk terakhir kalinya."
"Bibi."
"Anda bisa anggap ini adalah permintaan saya," Bibi Uhm membungkukkan badannya kembali dengan dalam, "Mohon anda pertimbangkan kembali."
*
"Jangan membangkang Byun!"
Baekhyun hanya tersenyum tipis kemudian mengambil tasnya yang sudah dia rapihkan semua barang-barangnya ke dalamnya.
Jongdae mengacak rambutnya dengan kesal, "Baekhyun!" Bentaknya.
"Aku-kan sudah bilang kalau aku tidak apa-apa."
"Tidak apa-apa, apanya, sialan!?"
Baekhyun menghela napasnya kemudian menatap Xiumin yang hanya diam menundukkan kepalanya.
"Jongdae-"
"Sialan! Lu tuh baru sadar! Lu baru bangun dari koma!" Jongdae tidak tahu harus bagaimana lagi dengan Baekhyun yang sangat keras kepala.
"Jangan ngomong kasar di depan aku, Jongdae." Baekhyun menyipitkan matanya dan menatap Jongdae dengan sinis.
Biasanya Jongdae akan diam ketika Baekhyun telah menatapnya seperti itu.
Namun untuk sekarang.
Dia tak bisa seperti itu.
"GUE GAK PEDULI, SIALAN!"
Baekhyun mengeratkan rahangnya, "Lu hanya pengacara gue, Kim, inget itu!" Lalu dia tersenyum miring, "Lagian ini tubuh gue, hidup gue, jadi lu gak ada haknya ngatur-ngatur gue, gue harus bagaimana, memangnya siapa lu?"
Jongdae mengepalkan tangannya dengan kuat.
Memang benar apa yang dikatakan Baekhyun itu.
Tapi dia tak sepenuhnya setuju dengan pemikiran perempuan itu.
"Gue temen lu, orang yang peduli sama lu!"
Baekhyun berdecak lalu berkata dengan nada sinis, "Memangnya gue nganggap lu temen gue? Orang yang peduli sama gue?" Dia menghembuskan napasnya sebelum melanjutkan perkataannya, "Bullshit, tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
FanfictionMungkin itu adalah yang diinginkannya, namun Chanyeol tak pernah tak seyakin itu dalam hidupnya. Baekhyun pikir semuanya akan sama sesuai dengan pemikirannya.