Chapter 3 || Iqbal?

12.2K 840 22
                                    

Kekesalan Prilly tadi,berakhir dengan Ali yang mengajak Prilly makan di caffe.sebagai permintaan maaf.tak terlalu sulit mengajak Prilly,karna saat Ali mengatakan makanan,wajahnya langsung sumringah.lalu kemudian,kembali sok jual mahal.

Dalam perjalanan,Ali membawa motornya dengan kecepatan sedang,sedangkan Prilly,duduk sedikit jauh dibelakang Ali dengan menaruh tas miliknya diantara dirinya dan Ali,sebagai perbatasan,dengan tangan yang bersedakap dada.padahal,saat Prilly sedang tidak marah,dia dengan senang hati memeluk Ali sambil membayangkan masa depan mereka.

Dasar cewek.

Ali menoleh kearah spion motornya,melihat ekspresi Prilly saat dirinya membawa motor lebih cepat,sebelah bibir Ali terangkat membentuk senyum mengejek saat Prilly masih tetap bersedekap dada,padahal bibirnya sudah pucat karna ketakutan.

“kita mau makan dimana?!" tanya Prilly sedikit berteriak menyamai suara angin karna motor yang melaju kencang.nada bicaranya masih terdengar jutek,wajahnya pun menatap punggung ali dengan tatapan datar.

Ali hanya menoleh sebentar kebelakang,tak berniat menjawab.bukan tak ingin,Ali hanya malas berbicara.

“kita mau makan dimana Ali?!!” tanya Prilly sedikit berteriak sembari memukul pundak Ali sedikit keras.

Ali tetap tak merespon,tetapi sebelah bibirnya sedikit tertarik.tersenyum geli melihat Prilly yang telah mencak-mencak ditempatnya.Prilly bahkan memposisikan tangannya dileher Ali,seperti ingin mencekik cowok didepannya itu.

“mau makan dimana aliku tercintahhh?!! Elu budeg apa gimana sih,nyet?!” Prilly berteriak kesal.cewek itu bahkan bertekat,jika Ali tetap tak menjawab maka ia akan mencekik Ali lalu mengadakan pengajian untuk melepas kepergian Ali dengan tenang.

Dan jangan sampai itu terjadi.

Satu.. Du—

“Makan di caffe Perillikuu tersayangg.”

Dan,woaahhh.

Barusan,Prilly telah mengatakan akan mencekik Ali.dan sekarang,Prilly bahkan menggigit bibir bawahnya,hanya karna mendengar respon singkat Ali.cewek berpipi chubby itu tersenyum lebar,lantas menggeserkan sedikit duduknya kedepan lalu dengan cepat,memeluk Ali dengan erat. Ali yang sedang tersenyum kecil,langsung terbatuk karna pelukan Prilly yang terlalu erat.butuh waktu beberapa saat untuk Ali mengatur nafas,tetapi kemudian Ali kembali tersenyum,kecil.bahkan tak terlihat seperti tersenyum.

“sayanggg Aliii!! Lopeeee!!” Prilly berteriak,terus memeluk perut Ali yang tengah membawa motornya,ia menyenderkan kepalanya dipunggung Ali dengan nyaman.

Ali hanya terdiam,tak menjawab ucapan Prilly.tetapi,sudut bibirnya tetap terangkat.

karna tak mendapat respon apapun,lantas Prilly mengendurkan pelukannya dengan bibir yang mengerucut sebal.

“sayang gue nggak?” tanya Prilly.

Ali hanya terkekeh kecil,kemudian mengangguk singkat.

“Apa?” tanya Prilly judes,tangannya kembali bersedekap setelah memakaikan tasnya kembali kepunggung.

“iya,”sahut Ali.

“iya apa?” kesal Prilly

“iya,Ali sayang Prilly.” Balas Ali,suaranya melembut,dengan senyum manis yang melebar,dan semakin melebar saat Prilly kembali memeluknya.

Tanpa ditanya pun,orang-orang yang melihatnya akan mengerti.mereka adalah dua orang yang sedang jatuh cinta.

Prilly yang lebih cenderung memperlihatkan cintanya,dan Ali yang membuktikannya dengan tindakan,bukan hanya sekedar ucapan.

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang