Chapter 29 || Penolakan

6.8K 615 14
                                    

"She is mine!"

Prilly mendongak, cewek itu bergumam pelan, "Ali... "

Iqbal menatap heran Ali yang berada di depannya.

"Lo siapa?" Tanya Iqbal kesal, sembari berupaya menarik Prilly dari dekapan Ali.

Iqbal mendesis pelan, apalagi saat melihat Prilly menyembunyikan wajahnya dengan nyaman di dada bidang Ali.

"Lo siapa sih? !" Ketus Iqbal yang hanya dibalas tatapan datar oleh Ali.

Ali tersenyum sinis, melepaskan dekapannya kemudian merangkul pinggang Prilly Possessive Sorot mata Ali terlihat tenang, tak ada rasa takut sedikitpun meski cowok yang ia ketahui bernama Iqbal itu mengepalkan tangannya.

"Lo siapa, sih? Dateng-dateng langsung meluk Prilly" Iqbal mendesis, cowok itu menarik tangan Prilly namun langsung di tepis kasar oleh Ali.

"Iqbal udah, jangan berantem." Prilly menegur Iqbal membuat cowok itu mendengus tak suka.

"Kok lo bela dia sih, Prill?" Protes Iqbal tak terima.

"Bacot lo!" Geram Ali.

Ali lantas menarik Prilly menjauh dari Iqbal, tak peduli meski cowok itu terus berteriak memanggil Prilly. Dengan santainya, Ali merangkul bahu Prilly, membuat Iqbal semakin mendesis tak suka.

***

Ali hanya geleng-geleng melihat Prilly yang tak bisa diam sepanjang mereka keluar dari mall. Bahkan saat sampai ke parkiran tempat Ali memarkirkan motornya, Prilly terus mengoceh membicarakan tentang kejadian yang dialaminya barusan.

"Iqbal marah banget tadi," Kata Prilly tak enak hati.

"Terus?" Respon Ali.

"Ngerasa bersalah, lah." Jawab Prill lesu.

Ali hanya menanggapi dengan mengangguk mengerti membuat Prilly menatapnya bingung.

"Lo nggak ngerasa bersalah?" Tanya Prilly heran.

"Biasa aja," Sahut Ali.

"Punya hati nggak, sih?" Kesal Prilly. Cewek itu menarik rambut Ali kebelakang membuat Ali mengaduh.

Ali menoleh kesamping, melihat Prilly yang masih belum menaiki motornya. Padahal Ali akan mengajak Prilly ke danau yang biasa mereka datangi.

"Nggak usah ngoceh, malu gue bawa lo jadinya. Ayo naik!"

Prilly mengerucutkan bibirnya. Kesal. Cewek itu mengangguk menurut lalu naik keatas motor yang telah dinaiki lebih dulu oleh Ali.

***

"Ali oyy Ali!"

Prilly menepuk pundak Ali berkali-kali membuat cowok itu menoleh sebentar kearahnya.

"Hm," Sahut Ali malas.

Prilly mendengus.

"Surat dari gue masih lo simpen, kan?" Tanya Prilly memastikan.

"Gue bakar!" Jawab Ali ngasal.

Prilly menepuk punggung cowok itu dengan keras.

"Jahat banget," Sungut Prilly. Perlahan, cewek itu merenggangkan pelukannya. Memberi jarak antara dirinya dan Ali.

" Ha ha " Ali tertawa tanpa minat membuat Prilly memukul lengannya.

"Udah lo baca semua?" Tanya Prilly antusias.

"Udah," Sahut Ali.

"Gimana?" Tanya Prilly, meminta pendapat.

"Ngebosenin," Jawab Ali singkat.

Prilly mendengus, kali cewek itu memukul helm yang di kenakan Ali.

***

"Please, Prill. Terima cinta gue. Gue tulus sama lo."

"Yon, kita selama ini sahabatan. Nggak lebih dari itu.

"Terus selama ini lo cuma ngasih harapan ke gue?"

"Nggak, Yon. Gue nggak ngasih harapan. Perhatian gue ke lo, itu murni."

"Gue kurang apa, Prill?"

"Yon, gue nggak suka dipaksa kayak gini. Kalo gini terus, mending kita nggak usah deketan lagi."

"Kok lo gitu sih, Prill?"

"Jangan maksa gue, Yon. Hati gue bukan buat lo. Kalo masih mau maksa, lebih baik lo pergi dari sini. Karna mau sampai berbusa mulut lo, gue nggak bakal nerima cinta lo."

"Segitunya?!"

"Biar lo ngerti, gue sama sekali nggak ada rasa lebih, dan nggak mau ada status lebih dari sahabatan. Gue udah cinta sama seseorang, jadi tolong! Jangan maksa!"

"Sekali aja nggak ada kesempatan, Prill?"

"Mending lo pergi deh, gue muak liatnya kalo lo terus maksa kayak gini."

***

Revisi 7 April 2019

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang