Chapter 41 || Perasaan tidak enak

7.2K 691 19
                                    

Prilly melempar tas ke kursi yang terletak di sampingnya lantas menyandarkan punggungnya dengan nyaman di kursi satunya lagi. Cewek itu sedikit membungkuk untuk mengikat tali sepatunya dengan erat, lantas memakaikan kembali tasnya kemudian berbalik menghadap jendela untuk membenarkan rambutnya yang di gerai lurus.

Prilly tersenyum cerah, cewek itu lantas berbalik kemudian berlari kecil menemui seseorang yang tengah duduk diatas motor di depan rumahnya. Dengan senyum cerianya, Prilly melambaikan tangan pada cowok itu.

“Selamat pagi, Ali!” Sapa Prilly ceria.

Ali mengangguk, cowok itu memakaikan helm full face miliknya.

“Pagi,” balasnya singkat.

Prilly mendengus, cewek itu memainkan tali tas biru laut yang dipakainya. Menatap Ali dengan wajah cemberut. “Nggak berubah, ya.” Dengus Prilly.

Ali memutar bola mata malas, “Ya. Pagi juga Prilly.” Tekan cowok itu.

Prilly terkekeh, “Yang manis nyapanya,” ucap Prilly.

“Alah, ribet lu! Ayo naik!” ketus Ali sembari menutup kaca helmnya.

Prilly mendengus, cewek itu menghentakkan kakinya sebentar lantas menaiki motor Ali.

“Nggak asik!” gerutu Prilly kesal.

Ali berdecak, menoleh kesamping melihat Prilly yang duduk agak berjauhan dengannya. “Gue harus ngapain emangnya?” Tanya Ali kesal.

“Nggak jadi.” Ketus Prilly. Cewek itu memalingkan wajahnya.

“Lagian, lo bukan anak TK yang harus di ucapin selamat pagi, kan?” Sinis Ali. Cowok itu kembali menoleh kedepan sembari menghidupkan mesin motornya, lantas melaju meninggalkan kawasan rumah Prilly.

“Lo sayang gue nggasih sih?!” Teriak Prilly berusaha menyamakan suaranya dengan suara motor Ali yang melaju kencang.

“Cara ngebuktiin rasa sayang nggak harus ngucapin selamat pagi, kan?”

Prilly berdecak, cewek itu memalingkan wajahnya kearah lain. “Terserah!”

Ali tersenyum kecil di balik helm nya, cowok itu geleng-geleng melihat Prilly.

***

Prilly turun dari motor Ali. Cewek itu menggeser kaca spion kearahnya lantas mmebenarkan ramburnya yang sedikit berantakan akibat terbangan angin saat motor Ali melaju membelah jalanan ibu kota.

“Ayo!” Ajak Prilly.

Ali mengangguk, cowok itu turun dari motornya lantas merangkul bahu Prilly menuju kelas mereka. Prilly mencubit lengan Ali saat cowok itu mempererat rangkulnya hingga terasa seperti mencekik bagi Prilly.

“Bisa mati gue, Bambang!” Ujar Prilly kesal.

Ali terkekeh. Bukannya menurut, cowok itu malah kembali merangkul bahu Prilly kemudian menyeret cewek itu. Langkah kaki Prilly tidak bisa menyemai langkah lebar Ali, hingga cewek itu membiarkan tubuhnya terseret begitu saja oleh Ali.

"ALI!! PRILLY!!"

Teriakan sumbang yang berasal dari belakang membuat Ali menghentikan langkahnya, namun masih belum melepas rangkulan nya di bahu Prilly.

Prilly mendengus, cewek itu membungkuk dengan bertumpu pada kedua tangan di lututnya membuat rangkulan Ali terlepas dengan sendirinya. Kesempatan itu Prilly gunakan untuk mengatur nafasnya yang sedikit memburu karna ulah Ali.

Ali menepuk pelan pucuk kepala Prilly. Memandang cewek itu dengan iba, “Sabar!”

“Lo kenapa, Prill?” Tanya Reno.

Reno, cowok itu berhenti di depan Prilly yang masih membungkuk mengatur nafasnya. Reno ikut membungkuk melihat Prilly, lantas menyelipkan beberapa helai rambut Prilly kebelakang telinga karna menutupi wajah cewek itu.

“HEH, NGAPAIN LO?!”

Reno mendongak menatap Ali, “ngeliat Prilly.” Jawab cowok itu.

“Jaga jarak!” Tegas Ali sembari menghalau Reno dengan tangannya.

Reno menegakkan badannya, kemudian menatap Ali dan Prilly bergentian dengan senyum menggoda.

“Baikan, ya?” Tanya Reno antusias.

Prilly menegakkan badannya, lantas mengangguk.

“Bagus, lah!” Reno tersenyum lebar.

“Gue duluan ke kelas, ya!” Pamit cowok itu.

Namun sebelum beranjak pergi, Reno sempat mengacak rambut Prilly sebentar. Namun, tangannya langsung dengan cepat di tepis oleh Ali.

“Apaan sih, Li?!” Kesal Reno sembari meniup tangannya yang terasa sedikit perih.

Ali merenggut, cowok itu merapatkan tubuhnya mendekat kearah Prilly lantas merangkul bahu cewek itu.

“Cemburuan lo!” cibir Reno. Kemudian, cowok itu berlari cepat menjauhi Ali dan Prilly.

Ali memilih tidak peduli. Cowok itu kembali menyeret  Prilly ke arah kelas, diikuti dengan pasrah oleh cewek itu.

“Lo nggak akan baper kan sama Reno?” Tanya Ali di sela-sela langkah cowok itu menyeret Prilly.

“Kadang baper, sih.” Jawab Prilly.

Ali berdecak.

Tak lama kemudian, Ali kembali menghentikan langkahnya beberapa pintu dari kelas Prilly. Cowok itu menatap Prilly serius.

“Perasaan gue nggak enak,” ucap Ali.

Alis Prilly mengernyit, “nggak enak kenapa?”

Ali menggeleng tak mengerti, “Gue juga nggak tau. Akhir-akhir ini, gu ngarasa ada yang aneh. Gue selalu berpikiran, ada yang bakal hilang. Dan gue selalu khawatir tentang itu semua.”

“Perasaan lo aja kali,”

“Kalau perasaan gue doang, mana mungkin gue sekhawatir ini, Prill."

Ali terdiam sebentar.

"Apa kita bakal pisah?”

***

Tbc.

Revisi 30 April 2019

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang