Chapter 18 || Orang itu?

7.7K 601 8
                                    

Jangan lupa follow instagram:

Ali: @ali.fikrial_
Prilly:@prilly.alexaa
Reno:@sgtrrnoo_

***

Prilly menatap makanannya tanpa minat. Padahal untuk urusan makanan, biasanya Prilly yang paling cepat. 

Teman-temannya memandang Prilly bingung, cewek itu terus melamun setelah mereka pergi dari tempat perkelahian tadi.

"Prill?"

Prilly tersentak, matanya mengerjap beberapa kali, lantas menoleh kearah samping menatap Tasya yang baru saja menepuk pundaknya.

"Ayo makan." Ali menggeser makanan milik Prilly, cewek itu hanya menerimanya dengan senyum yang tertarik paksa. Prilly mengambil sendoknya kemudian mengunyah makanannya dengan gerakan tak bernafsu.

Ali meringis pelan ketika mengunyah makanannya, karna sudut bibirnya yang terluka akibat pukulan dari salah seorang yang meyerangnya tadi, membuat cowok itu sedikit kesulitan membuka mulutnya.

"Ternyata, lo udah ngerencanain semuanya! Lo ngejebak gue! Lo nggak pernah niat buat bantuin gue! Lo ngejadiin gue perantara! Lo cuma penuh dengan ambisi!"

Ali membatin, mata cowok itu terpejam rapat, tangannya mengepal hingga kuku tangannya memutih.

"Lo sendiri yang pengen ngebongkar semuanya secara perlahan!!"

Ali mendongak, matanya menatap tajam kearah  Prilly yang tengah menunduk.

Tak ada yang salah dari Prilly, dia hanya seorang cewek menyukai dirinya, seorang cewek ceria yang terus mengoceh bercerita banyak hal kepadanya.

Seorang cewek, yang cinta nya Ali jadikan perjanjian konyol dengan seseorang.

Seorang cewek, yang mungkin suatu saat, akan membencinya.

***

Ali berlari kearah kamarnya yang terletak dilantai dua, cowok itu langsung mengunci pintu lantas merabahkan dirinya di atas kasur.

Ali menekuk kakinya, lalu melipat tangannya untuk di jadikan bantal.

"Lo deketin, abis itu lo tinggalin! Itu doang! Gue nggak minta lo buat bunuh dia!"

"Itu sama aja gue mainin perasaan dia goblok!"

"Nah! Itu yang gue pengen!"

"Tapi nggak usah bawa-bawa nyokap gue juga!"

"Ya... Gimana, ya? Bokap baru pulang sih, kalo lo mau ya nggak papa. Jangan lupa! Nyokap lo pernah depresi, atau mungkin udah gila?"

"JAGA MULUT LO!"

"Satu... dua... ti—"

"OK! GUE LAKUIN YANG LO MAU!"

***

Hari ini, Ali berangkat lebih pagi dari biasanya. Cowok itu malas harus terkena macet yang mungkin akan menyebabkan dirinya terlambat datang kesekolah dan akan dihukum lagi. Ia sudah bosan selalu menjadi langganan dalam daftar hitam siswa di sekolah.

Yang sering bolos, telat, ngerokok, berantem, razia rambut, yang ngerobohin tembok belakang sekolah, yang mecahin kaca, yang jarang buat tugas, dan yang terpenting daftar siswa yang pernah membuat siswa dari sekolah lain terluka parah sehingga harus di rawat beberapa minggu di rumah sakit.

Ali memarkirkan motornya di warung pojok, terlihat beberapa temannya yang ada disana, ada juga adik kelas dan beberapa yang tak Ali ketahui namanya dan Reno yang tengah makan dengan begitu rakus.

"Woyy Nyett!!"

Seorang cowok,  menyapa Ali dengan semangat, yang dibalas dengan senyuman oleh Ali. Kemudian, cowok itu duduk disamping Reno yang masih asik dengan makanannya.

Ali menangkap bungkusan rokok yang di lempar oleh salah satu temannya kemudian mengapit rokok di kedua tangannya, lantas menghidupkan ujung puntung rokok dengan pemetik yang  dilemparkan oleh adik kelasnya.

"Nggak kesekolah lo?" Tanya Reno.

Ali memandang Reno malas, kemudian meniup asap rokok itu dihadapan wajah Reno membuat cowok itu memalingkan wajahnya dengan terbatuk.

"Setan lo!"

Ali terkekeh mendengar Reno yang memakinya.

"Tadi ada yang nyari lo," Andika angkat bicara, cowok itu menatap Ali yang tengah meliriknya lewat ekor mata.

Sebelah Alis Ali terangkat, seolah bertanya "Siapa?"

"Cewek, bohay." Celutuk Bisma.

"Si Winda," Reno menyahut cepat, lantas melirik Ali dengan tatapan mata menggoda cowok itu.

Ali menyingkut lengannya, menyuruh Reno untuk diam.

"Menurut gue, lebih bohay Prilly." Timpal Dika.

Ali menggeram, cowok itu melemparkan pematik kearah Dika, membuat Dika lantas memundurkan tubuhnya, kaget.

"Mulut lo di jaga!" Seru Ali.

Reno tertawa, lantas menyoraki Dika yang tengah menggaruk tengkuknya.

Andika memukul meja dengan keras, membuat perhatian teralih padanya. Cowok itu menatap Ali dengan serius, "Gue serius, ada bapak-bapak nyari lo. Nggak kenal gue,"

Kening Ali mengernyit, namun cowok itu langsung mengangkat bahu acuh. Tak peduli.

Bel masuk tinggal 10 menit lagi membuat Ali langsung membuang rokok yang tinggal setengah itu, lantas menginjaknya membuat api yang berasal dari ujung puntung rokok itu langsung mati.

Ali mengambil permen dari kantong celananya kemudian memakannya untuk menghilangkan bau rokok yang sedikit tercium di Nafasnya.

"Gue kesekolah." Pamit Ali. Cowok itu beranjak dari sana setelah berpamitan pada teman-temannya.

Ali menaiki motornya, namun gerakkannya terhenti saat akan memakaikan helm.

Diseberang jalan, Ali melihat sebuah mobil yang kacanya terbuka setengah, memperlihatkan seseorang yang tengah menatapnya dengan tatapan yang tak bisa Ali artikan.

Orang itu...

orang yang paling dihindarinya, yang membuatnya berubah, orang yang mengacaukan hidupnya, yang membuatnya kecewa. Dan yang pasti, orang yang merusak segala mimpi indahnya tentang keluarga.

Ali memandang orang itu penuh amarah. Tanpa berucap apapun, Ali langsung menaiki motornya, lalu dengan  pergi dari tempat itu dengan kecepatan tinggi.

Pandangan orang itu, langsung teralih saat tubuh Ali mulai menghilang dari pandangannya.

Mata orang itu terpejam, seiring dengan tarikan nafas panjang.

"Ali... kamu sudah besar, Nak."

***

Revisi: 23 Maret 2019

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang