Ali Alfikri || Extra Chapter ( C )

10.9K 757 194
                                    

Prilly menyeka kasar air mata sialan yang terus mendesak keluar membuat pandangan perempuan itu mengabur. Dengan cepat, Prilly memutar tubuhnya berbalik arah meninggalkan dua orang yang masih berpelukan erat di tepi danau itu. Prilly berlari dengan tatapan yang yang tak menentu, mengabaikan teriakan Ali yang terus memanggilnya.

Prilly tidak menyalahkan Ali. ini salahnya, salahnya yang masih menunggu Ali kembali padahal laki-laki itu sudah berpesan bahwa dirinya telah dijodohkan. Bukan salah Ali jika laki-laki itu pulang bersama perempuan lain.

“PRILLY!!”

Prilly mengabaikan teriakan Ali, perempuan itu terus berlari menjauh dengan perasaan tak menentu, sesekali menyeka kasar air matanya.

Brukkk

“Awshhh”

Tubuh Prilly terdoron kebelakang, tanpa sengaja perempuan itu menabrak seseorang.

"P-rilly?"

Prilly mendongak dengan kaget, tatapannya beradu dengan mata seseorang yang sudah beberapa tahun ini ikut menghilang. Tanpa pikir panjang, langsung saja Prilly memeluk erat tubuh laki-laki itu. Menangis sejadi-jadinya dalam dekapan laki-laki yang dulu mencintai dirinya. Iqbal.

Iqbal, laki-laki itu yang tidak mengerti apa-apa hanya mengelus rambut Prilly mencoba menenangkan perempuan itu.

“Lo ken--?”

Pelukan mereka berdua terlepas saat Ali berjalan dengan cepat kearah mereka lantas menarik tangan Prilly menjauh dari Iqbal.

Tatapan tajam Ali membuat Iqbal meneguk ludahnya.

“Dia milik saya! Jangan menyentuhnya!”

Ali mendesis tajam lantas menarik Prilly menjauh dari sana, tidak peduli meski perempuan itu meronta meminta dilepaskan.

Dari jauh, Prilly menatap heran seorang perempuan yang berdiri gelisah. Dan ada seorang laki-laki yang berdiri disebelahnya sembari memegang sebungkus roti.

Perempuan yang tadi di cium oleh Ali.

Aurora.

Dan, Reno?

“NGGAK USAH KASAR KAYAK GITU!” Seru Aurora saat Ali dan Prilly sudah sampai di depannya. Perempuan itu menatap kasihan tangan Prilly yang memerah saat Ali melepas cekalannya.

“Lo kasar banget, Li.” Celutuk Reno sembari mengunyah rotinya dengan tenang.

“Kamu nggak papa?” Tanya Aurora hati-hati, tangannya terangkat pelan mencoba menyentuh pergelangan tangan Prilly, namun Prilly mengelak. Enggan tangannya di sentuh.

“KAMU NGGAK LIAT TANGANNYA SAMPAI MERAH?!” Seru Aurora kesal. Perempuan itu menunjuk tangan Prilly membuat Ali mengikuti arah pandangnya.

“Maaf,” gumam Ali. Laki-laki itu menatap dalam Prilly yang meringis menutupi pergelangan tangannya.

“Ngapain lo narik gue kesini?!” Desis Prilly tajam.

“Lo jadi orang nggak tau diri, ya!” Lanjutnya sengit.

“Maaf, aku bisa jelasin semuanya.” Lirih Ali.

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang