"Woyy Li! Mau kemana?!” Sontak Reno meloncat kaget dari atas meja, mengejar Ali yang telah keluar kelas dengan langkah tergesa.
“Kemana?” Tanya Reno yang berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Ali.
“Lo mau kemana?!” Tanya Reno lagi dengan kesal.
"DIAM!"
Reno mengunci bibirnya dengan rapat, cowok itu mundur beberapa langkah lalu berdiri di sebelah Fauzi yang berjalan santai di belakang mereka.
“Kenapa dia?” Tanya Reno pelan, sembari menyingkut lengan Fauzi membuat cowok itu melirik kearahnya lewat ekor mata.
Fauzi menunjuk Ali dengan dagunya.
Cowok itu telah sampai ke luar gerbang.
Reno berlari kecil, mengejar Ali yang telah melangkah keseberang jalan, dimana ada mobil dengan kaca setengah terbuka.
Ada dua orang di dalam sana.
Tengah melihat kearah mereka.
***
Ali bersedekap dada, berdiri di depan mobil itu dengan tatapan tajam yang membunuh.
“Ga guna anda kesini!” Seru Ali.
Ali maju selangkah, berdiri di depan Pria paruh baya yang menatapnya dengan teduh.
Dengan angkuhnya, Ali menendang ban mobil milik Pria itu, membuatnya menatap Ali dengan kaget. Hendak protes, namun Ali lebih dulu terkekeh sinis.
“Li...”
Pria itu mendekati Ali, mengulur tangannya untuk menyentuh pundak Ali. Namun cowok itu lebih dulu mengelak. Hingga tangan Pria paruh baya itu tergantung di udara.
Dengan senyum masam, Pria itu menurunkan tangannya dengan kecewa. Kembali menatap Ali yang tengah membuang wajahnya.
“Mama apa kabar?” Tanya pria itu pelan, berusaha tersenyum lembut kearah Ali.
Ali terkekeh sinis, menatap Pria itu dengan tajam.
“Mama saya baik.” Ketus Ali. Cowok itu terdiam sebentar, sebelah bibirnya tertarik, “Mama kita... enggak.”
Pria paruh baya itu menelan ludah, namun tetap berusaha untuk tersenyum.
“Papa minta maaf,”
“Maaf diterima.”
Pria itu tersenyum senang, namun tak berangsur lama.
“Setelah ini, jangan cari saya, atau mama saya lagi.” Tegas Ali.
Ali menggeser sedikit tubuhnya kesamping. Menatap tajam seorang cowok seumuran dengannya yang sedang duduk di dalam mobil sembari tersenyum sinis kearah Ali.
“Nyesel gue percaya sama lo.” Gumam Ali pelan.
Cowok itu mengangkat bahu acuh. Tak peduli.
“Nyesel gue ngorbanin Prilly demi ambisi lo.”
Cowok itu terkekeh sinis, mulutnya bergerak tanpa mengeluarkan suara. Namun, Ali dapat mencernanya.
“Selanjutnya, Prilly akan tau semuanya.”
Prilly akan tau---
Semuanya?
Permintaan Dion tak besar, hanya saja akan berdampak buruk bagi Prilly.
Akan berdampak buruk bagi hubungan mereka.
Akan berdampak buruk jika suatu saat Prilly tau.
Bahwa Ali mendekatinya hanya suruhan dari Dion.
Prilly pasti marah. Cewek itu pasti kecewa.
Lalu menganggap Ali mendekatinya karna taruhan.
Padahal tidak sama sekali.
Argh!
Perempuan terlalu lembut untuk mengerti semuanya.
***
Yeyyy!! Udahh jelas kaannn Permasalahan Ali sama cowok ituuu???
Revisi: 29 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ali Alfikri [Selesai]
Fanfiction[S E L E S A I] Ali mencintai Prilly. Begitu juga sebaliknya. Sifat Ali yang tempramental, keras kepala dan tidak mau diatur, membuatnya dijuluki Bad Boy disekolah. Tapi, saat bersama Prilly, Ali seperti anak kucing yang penurut. Ali itu posesif, di...