“Apaan,sih?!” Ali merebut paksa handphonenya dari genggaman tangan Prilly.
Cewek itu sudah berkaca-kaca membuat Ali tak enak hati. Saat Ali hendak menghapus air mata yang keluar dari sudut mata Prilly, cewek itu sudah menepis tangannya.
“Lo urus aja Winda lo itu! Nggak usah peduliin gue.” Prilly menggigit bibir bawahnya, menahan sesak di dadanya.
“Terserah!” Cuek Ali.
“ Sekarang naik! mau pulang nggak?” Tanya Ali kesal.
Prilly masih tak mau menatap Ali, namun cewek itu tetap duduk dibelakang Ali, dengan memberi jarak. Selama perjalanan, Prilly terus menghapus air matanya yang berjatuhan. Beruntung suara isakannya tak terlalu terdengar akibat suara angin karna motor Ali yang melaju kencang.
***
“Masih nangis?”
Prilly tersentak, cewek itu buru-buru menghapus air matanya, lalu menatap sekeliling. Ternyata mereka sudah sampai di depan rumahnya.
“Gue nggak nangis,” Bohong Prilly. Cewek itu lantas turun dari motornya setelah mengucapkan terima kasih kepada Ali. Saat hendak melangkah membuka pagar rumahnya, pergelangan tangannya sudah ditahan oleh Ali membuat Prilly mau tak mau berbalik kearah cowok itu. Dengan kepala menunduk.
Ali turun dari motornya, berdiri didepan Prilly yang lebih pendek darinya. Cewek itu masih menunduk, cengkraman tangan Ali sudah ia lepas dengan kasar.
Ali menangkup kedua pipi Prilly, memaksa cewek itu agar menatapnya.
“Liat gue!” Sentak Ali.“Jangan nangis lagi, tadi Cuma bercanda.” Ali terkekeh pelan sembari menghapus air mata Prilly.
Cewek itu menatap Ali datar, menepis tangan Ali yang masih berada di pipinya.
“Nggak lucu!”
Ali kembali terkekeh, kali ini cowok itu mengacak rambut Prilly dengan gemas. “Makanya, jangan dekat-dekat sama Iqbal.”
“Apa hubungannya?!” Teriak Prilly kesal.
“Dihubung-hungin aja.” Canda Ali. lalu menyisipkan rambut Prilly dibelakang telinga, setelah mengelus rambut sebahu cewek itu.
Prilly terisak. Kembali menangis. Kali ini lebih kencang dari sebelumnya membuat Ali panik sendiri.
“Udahh diem Prill,” Bujuk Ali.
Prilly menarik ingusnya, lantas memeluk Ali dengan erat, tak peduli cowok itu meminta dilepaskan karna kehabisan nafas. “Bercanda jangan kayak gitu, buat gue takut.” Prilly sesegukan, sesekali Ali mendengar cewek itu menarik ingusnya. Membuat Ali terkekeh geli.
“Iya, maaf.” Ucap Ali tulus.
Prilly melepaskan pelukannya, menarik tangan kiri Ali membuat cowok itu mengernyit bingung.
“Ngapain?” Tanya Ali heran.
Dengan santainya, Prilly mengelap ingusnya di lengan jaket Ali. Ali sendiri tak menolak, membiarkan Prilly melakukan hal yang menurut orang lain terlihat menjijikan.
Diam-diam, Ali tersenyum misterius.
Menjadikan Reno umpan sepertinya, tidak masalah.***
Ali duduk dengan gelisah di sebuah caffe yang terletak di dalam mall. Sudah setengah jam dari waktu yang ditentukan, namun Reno dan Prilly belum memberinya kabar.
“Kenapa li?” tanya Bella heran. Cewek itu sedari tadi menatap Ali yang terus mengecek handphone nya.
Ali menggeleng sebagai jawaban membuat Bella mengedikkan bahunya acuh, kembali meminum minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ali Alfikri [Selesai]
Fanfiction[S E L E S A I] Ali mencintai Prilly. Begitu juga sebaliknya. Sifat Ali yang tempramental, keras kepala dan tidak mau diatur, membuatnya dijuluki Bad Boy disekolah. Tapi, saat bersama Prilly, Ali seperti anak kucing yang penurut. Ali itu posesif, di...