Chapter 32 || Permohonan

7.4K 688 32
                                    

Follow:
@ali.fikrial_
@prilly.alexaa
@sgtrenoo_

***

Prilly terdiam di kamarnya. Cewek itu menarik selimut bermotif bunga itu hingga batas dada, kemudian menekuk sebelah kaki. Gerimis yang mengguyur membuat cewek itu sedikit kedinginan. Dengan helaaan nafas panjang, Prilly mengeratkan selimutnya lantas memiringkan tubuhnya membuat pandangannya langsung terpadu dengan beberapa lembar foto yang berserakan.

Untung saja, orang tuanya sedang ada urusan di rumah neneknya yang berada dibandung. Membuat Prilly harus tingggal sendiri selama tiga hari kedepan. Tapi, diam-diam cewek itu bersyukur. Setidaknya, orang tuanya takkan melihat keadaannya untuk tiga hari kedepan.

“37... 38... 39.... Satu lagi dimana?”

Prilly bermonolog, cewek itu kembali menghitung satu persatu lembaran foto Ali yang harusnya berjumlah 40. Tetapi kurang satu. Dengan helaan nafas berat, Prilly membuka selimutnya kemudian melangkah pelan kearah meja belajarnya.

Tangannya menarik selembar foto yang terselip di antara buku-buku sekolahnya.

Foto Ali.

Itu foto Ali saat cowok itu memenangkan lomba bermain drum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu foto Ali saat cowok itu memenangkan lomba bermain drum. Dan bunga yang dipegangnya juga pemberian dari Prilly. Senyum Ali terlihat manis, apalagi saat Prilly dengan hebohnya langsung memeluk cowok itu didepan banyak orang membuat sorakan terdengar di setiap penjuru.

Tangan cewek itu mulai bergetar. Sedari tadi, Prilly terus memaksa bibirnya agar tetap tertarik membentuk senyuman. Nyatanya, ia gagal. Senyumnya perlahan memudar, dilanjutkan dengan mata indah milik cewek itu yang mulai berkaca-kaca.

“Nggak boleh nangis!”

Prilly menyemangati dirinya sendiri. Cewek itu membalikkan foto Ali yang dipegangnya. Terdapat tulisan tangan yang rapi dibelakangnya. Tulisan tangan milik Prilly.

"Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat senyum mu, begitu manis seakan menciptakan melodi yang mengalun syahdu. Begitu menenangkan, hingga membuatku hanya terpaku padamu.”

Cewek berpipi chubby itu menundukkan kepalanya, bahunya mulai bergetar pelan. Isak tangis mulai terdengar, seiring dengan tubuhnya yang perlahan merosot ke lantai. Dengan posisi berjongkok, Prilly menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Nggak ada lagi yang di pertahanin. Gue aja yang egois, maksa Ali buat selalu sama gue.” Prilly bergumam lirih. Tersenyum miris. Cewek itu kembali terisak, kali ini lebih kencang dari sebelumnya.

Hingga sebuah teriakan, membuat Prilly membeku di tempatnya.

"Prill buka pintunya!!"

***

Ali menatap ragu rumah yang berada dihadapannya sekarang, lampu kamar yang terletak dilantai dua masih menyala menandakan pemiliknya belum tidur. Ali sedikit mengingil, cowok itu lupa membawa jaket karna terlalu terburu-buru untuk datang ke rumah Prilly.

"Prill buka pintunya!!” Teriak Ali cukup keras.

"Gue tau lo belum tidur!!"

"GUE PENGEN JELASIN SEMUANYA!!"

Ali meninggikan suaranya, cowok itu sedikit berjinjit untuk melihat kamar Prilly yang terletak di lantai dua.

Ali mendongak. Kali ini, semesta tak mendukungnya. Bukan lagi gerimis, tetapi air hujan mulai deras. Ali mendengus, lantas berlari ke teras rumah Prilly untuk melindungi tubuhnya dari guyuran hujan.

Ali mulai mengetuk rumah Prilly. Terus berseru memanggil cewek itu.

"PRILL BENTAR AJA DENGERIN PENJELASAN GUE!"

Ali berteriak keras, berusaha menyamakan suaranya dengan air hujan semakin deras dan lebat.

"PRILLY!!"

"LO SALAH PAHAM!!"

Ali terdiam. Tak ada suara yang menyahut seruannya. Yang terdengar malah suara gemuruh dan suara hujan yang berjatuhan. Cowok itu kembali mengetuk pintu rumah Prilly. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Ali terus berteriak memanggil nama Prilly. Berusaha mengeraskan suaranya agar tlebih terdengar dari suara hujan.

“PRILLY!!”

Namun tetap tak ada sahutan.

Ali meneggakkan tubuhnya, cowok berlari kehalaman rumah Prilly membuat dirinya lantas basah kuyup karna hujan yang sangat deras malam itu. Saat Ali mendongak, cowok itu  melihat Prilly menunduk menatapnya dari dalam kamar yang jendelanya terbuka.

Senyum Ali merekah, cowok itu mengusap wajahnya yang terkena air hujan.

"PRILLY!!"

"LO TADI DENGER GUE NGOMONG KAN?!!"

“GUE PENGEN JELASIN SEMUANYA!!”

Ali berteriak keras, tubuh tegap milik cowok itu mulai menggigil kedinginan. 

Ali menyeka wajahnya yang basa, bibirnya mulai pucat kedinginan.
Prilly masih terdiam disana, sama sekali tak merespon ucapan Ali.

"TURUN KEBAWAH PRILL!! BAKAL GUE JELASIN YANG SEBENARNYA!!"

"GUE CINTA LO PRILLY ALEXA!!”

“ARGHHH!!!”

Tubuh Ali jatuh ketanah. Dengan kepala tertunduk, perlahan mata Ali mulai memerah, diteruskan dengan beberapa cairan bening yang keluar dari sudut matanya.

Setelah mengambil nafas panjang, Ali mendongak. Namun cowok itu malah tersentak kaget saat melihat Prilly tak ada lagi disana, lampu kamar juga telah mati.

Dengan sisa tenaganya, Ali bangkit. Cowok mendongak kearah rumah Pilly dengan mata menyipit karna tetesan air hujan.

"PRILL LO DIMANA?!" Ali berteriak. Cowok itu memundurkan langkahnya untuk menatap lebih jelas kamar Prilly.

"JANGAN PERGI DULU! DENGERIN PENJELASAN GUE!!"

"KITA SELSAIKAN SEMUANYA BAIK-BAIK!!"

“JANGAN NGEHINDAR GINI!!”

“SAYANGGG!!!”

Sia-sia.

Tak ada sahutan.

Prilly benar-benar kecewa padanya.

Kepala Ali tertunduk. Diam-diam cowok itu menangis. Terasa dari pipinya yang menghangat saat cowok memejamkan matanya.

"Jangan gini, gue gamau lo sakit."

Ali mendongak, mata cowok itu mengerjab tak percaya. Menatap seorang cewek yang berdiri di sebelahnya dengan memegang payung, tengah tersenyum manis padanya.

“Prilly...”

***

Revisi 12 April 2019

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang