"Turun!" Instrogasi Ali yang membuat Prilly langsung turun dari motor diikuti oleh Ali. Diedarkan pandangnya disekeliling danau, hanya terlihat beberapa orang, itupun sudah banyak yang terlihat ingin pulang mungkin karna cuaca yang tak mendukung.
Prilly menyipitkan matanya saat selintas melihat seseorang sedang menatap mereka berdua. Tak mau ambil pusing, Prilly memilih mengabaikannya.
"Kita kesana," Kata Ali menarik tangan Prilly kearah kursi panjang bewarna putih yang hanya cukup untuk dua orang.
Udara semakin menusuk membuat hawa dingin, awan perlahan menghitam membuat cuaca semakin mendung.
Prilly memeluk dirinya sendiri. Baju lengan panjang dan juga celana jeans ternyata tak dapat membatu tubuhnya agar tetap hangat.
"Tadi gue lihat orang," Kata Prilly ambigu.
Ali menatapnya heran, "Emang selama ini lo nggak pernah liat orang?"
Prilly mendengus, "Maksud gue, yang mi---"
"Ali!"
Suara yang memotong ucapan Prilly itu, membuat Ali lantas mendongak dengan cepat. Termasuk Prilly.
Bola mata Prilly membulat, tersentak kaget melihat Bryan berdiri di depan mereka.
Dengan geram, Ali berdiri dari duduknya. Menatap tajam Bryan yang tersenyum sinis menatap dirinya.
Atau lebih tepatnya, Prilly.
"Ikut gue," Bryan menarik kasar tangan Ali menjauh dari sana, meninggalkan Prilly yang langsung berdiri dari duduknya. kaget karna Bryan menarik Ali menjauh darinya.
"Lo kenapa sih?!" Ali menyentak tangan Bryan kasar membuat cowok itu terdorong sedikit kebelakang. Posisi mereka di belakang pohon, sedikit jauh dari Prilly.
"Kapan lo mau ninggalin Prilly, sih?" Sentak Bryan tak sabaran.
"Bacot lo!" Ali menarik kerah baju kemeja yang dipakai Bryan lalu mendorong cowok itu dengan kasar membuat tubuh Bryan menjadi tak seimbang.
Ali mencengkeram kuat tangan Bryan, saling melempar tatapan tajam yang mematikan. "Udah gue bilang. Jangan libatin Prilly lagi."
"Heh! Mama lo udah pernah gila karna papa pergi! Lo gamau kan mama lo gila lag---"
Bughhh!!
Belum sempat Bryan melanjutkan ucapannya, hantaman keras secara tiba-tiba sudah dilayangkan oleh Ali.
Dengan gesit, Ali memukul rahang Bryan membuat cowok itu mengerang kesakitan.
"JAGA MULUT LO!" Seru Ali murka. Dengan emosi memuncak, Ali mendorong Bryan hingga cowok itu terjatuh, kemudian menginjak dadanya dengan keras.
"Mati lo anjing!" Maki Ali. Tak lagi memikirkan keselamatan Bryan.
Cowok itu telah membabi buta.
Ali mulai mundur beberapa langkah, mejauh dari Bryan. Kesempatan itu digunakan Bryan untuk berdiri. Cowok itu berjalan tertatih dengan kaki terseret kearah Ali.
"HEH! LO ITU DEKETIN PRILLY KARNA SURUHAN GUE! LEBIH BAIK LO NGAKU SAMA DIA! LEBIH BAIK LO NGAKU SAMA PRILLY... " Bryan menghela nafasnya, kemudian tersenyum misterius, "Kalo lo lebih sayang sama Winda dari pada dia. Lebih baik lo ngaku, karna suruhan gue, lo gagal pacaran sama Winda."
"Ngerti gue sekarang,"
Lirihan diiringi kekehan sinis membuat Ali menoleh kaget, tapi tidak dengan Bryan.
Cowok itu berhasil.
"Prill.." Lirih Ali.
"Gue di peralat ternyata. Keren, yah."
Prilly bertepuk tangan, dengan gelengan tak menyangka juga matanya yang telah berkaca-kaca.
Dengan kasar, Prilly menyeka air matanya, berjalan pelan kearah Ali yang masih mematung. Cewek itu tersenyum miris.
"Gue mainan buat lo, Li?" Lirih Prilly.
Ali terdiam, tak bicara sama sekali.
"ALI JAWAB!!" Prilly kehilangan kesabarannya, cewek itu menguncang tubuh Ali, berusaha memaksa Ali untuk berbicara. Ali hanya menunduk, tak berani menatap Prilly.
"BRENGSEK!" Teriak Prilly marah. Cewek itu menarik tangan Ali kemudian menampar keras Pipi Ali.
Ali meringis, memegang pipinya yang terasa Perih.
"BILANG KALO SEMUA INI BOHONG!!"
"ALI NGOMONG!!"
"ALI NGOMONG!! JELASIN SAMA GUE KALO YANG GUE DENGER ITU NGGAK BENER!!" Prilly menjerit frustrasi. Tubuh cewek itu terjatuh lemas.
"Prill udah!" Sentak Ali. Berusaha membangunkan Prilly namun cewek itu menggeleng kuat.
"LO BOHONG SAMA GUE!"
"LO BRENGSEK!"
Prilly menyeka kasar air matanya, kemudian berdiri menghadap Ali yang masih diam menatapnya.
"Gue jauhin semua hati cuma buat lo! Cuma buat mertahanin satu cowok brengsek kayak lo! Tapi kenapa lo gatau diri hah?!"
"Tapi soal---"
"APA?! Mau nyari alasan apalagi?! Udah banyak yang ngirim gue foto lo bonceng Winda pulang! Lo jalan sama dia! Lo ngejemput dia!"
"Dan! Yang paling parah, lo cuma mainin perasaan gue! Lo jadiin gue taruhan?!"
Ali menggeleng kuat. Menolak keras ucapan Prilly. "Hey... Gue nggak pernah jadiin lo taruhan."
Prilly tersenyum miris, menggeleng tak percaya.
Prilly mundur beberapa langkah menjauhi Ali.
"Mulai saat ini gue bakal ngejauh." Lirih Prilly.
"Mulai sekarang nggak akan ada lagi Prilly yang cerewet, nggak akan ada lagi Prilly yang selalu ngasih lo sarapan, nggak ada lagi Prilly ngerengek minta ini itu, nggak akan ada lagi Prilly yang selalu nulis surat buat lo. Nggak ada lagi Prilly yang ngoceh buat gangguin lo. "Jeda sebentar, "gue berhenti buat cinta sama lo".
"Selamat, ya. Kita udah berakhir."
"Gue janji, nggak akan nyari lo lagi atau cari tau tentang lo lagi. Lo bebas."
"Makasih, udah ngizinin gue bertamu dirumah lo. Gue pulang ya, permisi."
Prilly menyeka air matanya kasar, kemudian berlalu pergi dari sana, mengabaikan suara Ali yang terus memanggil namanya.
Mengabaikan Ali yang berlari mengjarnya.
Beberapa kali Prilly menoleh kebelakang melihat Ali yang terjatuh akibat jalan yang licin.
Meninggalkan Ali yang berteriak keras memanggilnya.
Dan meninggalkan Ali yang memukul Bryan dengan membabi buta.
Terima kasih, sudah membuka pintu untuk menerima saya. Saya pulang, permisi.
***
Revisi: 8 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ali Alfikri [Selesai]
Fanfiction[S E L E S A I] Ali mencintai Prilly. Begitu juga sebaliknya. Sifat Ali yang tempramental, keras kepala dan tidak mau diatur, membuatnya dijuluki Bad Boy disekolah. Tapi, saat bersama Prilly, Ali seperti anak kucing yang penurut. Ali itu posesif, di...