Chapter 44 || Kemungkinan yang buruk

6.8K 677 59
                                    

Follow:

@ali.fikrial_
@prilly.alexaa
@sgtrenoo_

***

"Jadi, ada urusan apa bapak menyuruh kami kesini?”

Ali melirik sebentar, menatap Reno yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Ali menggeser sedikit tubuhnya kemudian membuka pintu kamar dengan lebar-lebar. Selanjutnya, cowok itu berjalan kearah tempat tidur kemudian membaringkan tubuhnya dengan posisi telentang.

“Ren, tutup pintunya.” Kata Ali saat Reno memasuki kamarnya.

“Baru aja gue mau tidur, malah lo telpon nyuruh kesini. Liat-liat jam kek, ini udah jam setengah sebelas bango! Untung aja tante Diana mau bukain pintu.” Cerocos Reno kesal. Mata cowok itu menatap berbinar tempat tidur Ali, lantas menghampaskan tubuhnya disebelah tubuh Ali yang sedikit berguncang karena Reno menghempaskan tubuhnya dengan keras.

“Pelan-pelan, ayam!” Seru Ali kesal sembari mumukul punggung Reno yang sedang tengkurap.

“Lo mau mukul gue, pakai kasih dan sayang dong, Li.” Sungut Reno. Cowok itu berdesis menahan sakit di punggungnya.

Ali memutar bola matanya jengah.

“Fauzi kemana? Perasaan tadi ada,” heran Ali.

Reno berdecak pelan, mengubah posisinya menjadi telentang kemudian menunjuk Fauzi menggunakan kakinya. Cowok bertubuh jangkung itu sedang berdiri di depan jendela milik Ali dengan sebotol minuman yang di pegang di tangan kirinya.

“Woy! Sini lo!” Seru Ali membuat Fauzi berdecak. Cowok itu berbalik badan kemudian berjalan kearah Ali.

“Apaan?” Tanya Fauzi.

“Mojok mulu lo, kesurupan ntar.” Canda Reno.

“Tumben nyuruh kita malem-malem kesini,” Fauzi bergumam. Cowok itu menaruh botol air mineral yang masih tersisa setengah itu diatas nakas disebelah tempat tidur Ali.

“Mungkin dia kangen. Kesepian tanpa babang Reno.”

"Kangen pala bapak kau!"

***

“Gue ulang pertanyaan gue, tumben nyuruh kita malem-malem kesini.”

Fauzi angkat bicara. Setelah Reno dan Ali tidak lagi berdebat karena Fauzi melempari mereka dengan bantal.

"Kok muka lo makin jelek? lo udah jelek jangan dijelekin lagi, gue kesiksa sendiri jadi yang paling ganteng diantara kalian." Cerocos Reno saat melihat wajah Ali yang terlihat tak tenang.

“Oke! Gu diem.” Reno mengatup bibirnya saat Fauzi melotot kearahnya. Jari Reno terangkat membuat garis lurus dibibirnya seolah ada resleting tak terlihat disana.

Ali menghela nafas berat, "gue bakal pindah rumah."

Reno membulatkan mulutnya, “masih daerah jakarta juga, kan? Tenang! Selow mas Bro! Kita ma---“

“Gue pindah rumah keluar negeri.”

Ucapan Reno terhenti saat Ali menyela ucapannya. Alis cowok itu menukik tajam.

“Keluar negeri?” Tanya Reno mengulang ucapan Ali, berharap dirinya salah mendengar.

“Si Ali mau nge-prank, nih! Kan, tiga bulan gue ulang tahun.” Kata Fauzi dengan kekehan hambarnya.

Ali menggeleng.

“Perusahaan tempat ayah gue kerja sedang berkembang pesat di luar negeri. Ayah gue dan beberapa orang kepercayaan lainnya ditugaskan untuk mengurus perusahaan disana. Dan gue, harus ikut mereka.” Jeda sebentar, “semuanya udah diurus ayah gue jauh-jauh hari, termasuk kuliah gue disana. Malam besok, kami semua tinggal berangkat.”

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang