Chapter 23 || Ribut

7K 554 11
                                    

Jangan lupa follow instagram :

@ali.fikrial_
@prilly.alexaa
@sgtrenoo_

***

Ali mengenggam lembut tangan Prilly. Cewek itu masih memalingkan wajahnya. Enggan menatap Ali.

“Liat sini dulu, dong.”

Ali meraih dagu Prilly, merusaha membujuk cewek itu agar menghadap kearahnya. Namun, Prilly malah menepis tangan Ali berkali-kali diiringi dengan decakan tak suka yang terdengar jelas di telinga Ali.

“Iya, maaf. Winda nyuruh ngepost, ya gue post.” Ali berusaha memberi penjelasan tentang Story instagram nya yang mengunggah foto berdua bersama Winda.

Di foto itu, Ali yang memegang kamera. Ada Winda duduk disebelahnya dengan menutup sebelah wajahnya dan tertawa malu.

Prilly terkekeh sinis, “Gampang banget lo ngomong! Keluar diem-diem sama Winda.” Ketus Prilly.

“Lo sama iqbal? Apa kabarnya?”

Prilly menoleh kaget, menatap sempurna wajah Ali yang mengangkat kedua alisnya menunggu jawaban.

“Itu gue ketemu sama dia di rumah sakit waktu ngejenguk sepupu gue." Kesal Prilly.

"Makanya kalo cemburu itu bilang, biar gue kasih penjelasan. Jangan diem-diem kayak gitu trus nyari pelarian jalan bareng cewek. Kalo Winda baper, gue lo kemanain?” Prilly bersungut-sungut.

“Lo selalu di hati lah!” Kata Ali, mencairkan suasana.

Prilly memutar bola matanya malas, “Ngomong doang lo gedein! Ngasih status ke gue aja enggak!”

Ali menggigit bibir bawahnya, kemudian menangkup kedua pipi Prilly yang mengembung karna kesal terhadap Ali. “Kok gemesin, sih?”

Prilly mengulum senyum, berusaha menarik tangan Ali dari pipinya.  Matanya mendelik kearah Ali, walaupun pipinya bersemu merah.

"Serah!"

Ali terkekeh pelan, lantas mengacak rambut Prilly dengan gemas. “Iya, maaf. Jangan nyebelin gini, dong.”

“Siapa yang nyebelin?!”

“Gue. Gue yang nyebelin. He he he.”

***

Prilly mengernyit menatap layar handphone nya yang menampilkan pesan masuk dari nomor yang sama. Nomor yang beberapa hari lalu mengirimnya pesan.

Dengan penuh rasa penasaran, Prilly membaca pesan 3 pesan masuk.

0822xxxxxxxx

"Waktu itu, gue ketemu sama lo. Lo tetap sama, cantik.”

“Sayangnya, lo lagi sama dia.”

“Jangan terbang terlalu tinggi, jika salah satu sayap ada yang patah, jangan harap akan selamat.”

Prilly menarik nafas panjang, cewek itu sudah bercerita tentang nomor ini kepada Ali. Ali bilang, dia tidak tau sama sekali.

Prilly pikir,

Ada seseorang yang sedang mencoba bermain-main dengannya.

***

Ali menyandarkan punggungnya kursi, cowok itu menghisap rokok yang berada ditangannya, lalu menghembuskannya keudara.

Ali sedang berada di warung pojok, tidak masuk di pelajaran terakhir.

Handphone Ali bergetar, ada pesan masuk.

“Gue di samping tempat tongkrongan lo.”

Ali berdecak, cowok itu membuang rokoknya lalu menginjaknya dengan kasar. Setelah itu, Ali keluar dengan cepat, mengabaikan Fauzi yang terus memanggilnya.

Sesampainya diluar, Ali berjalan dengan langkah cepat kearah samping warung pojok. menatap tajam seorang remaja laki-laki yang sedang berdiri di depannya dengan seragam yang tak layak untuk di katakan bahwa ia seorang murid.

Ali menyeringai setan, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, kemudian berjalan pelan kearah cowok itu yang memiliki tinggi hampir sama dengannya.

"Mau apa?" Ali memajukan sedikit wajahnya kearah cowok itu, dengan tangan yang masih di masukkan kedalam saku celana, lalu senyum yang menyeringai setan membuat cowok itu berdesis tak suka. Bryan.

“Papa udah nemuin keberadaan kalian,” Kata Bryan.

Ali terkekeh sinis, lalu menegakkan tubuhnya secara sempurna. Dengan senyum misteriusnya, Ali mengelilingi Bryan dengan pandangan remeh dan tak suka. “Ya jelas! Lo yang ngasih tau!”

“Gue kirain, lo nggak tau.”

Ali mengepalkan tangannya. Dengan mata yang menyalang marah, Ali mendorong bahu Bryan dengan kasar membuat cowok itu mundur beberapa langkah dengan tubuh yang tak seimbang. “Buang-buang waktu percaya sama bocah egois kayak lo!”

“LO SANTAI AJA!” Bryan berseru marah.

"Alah! Bangsat!!" Ali dengan cepat berlari kearah Bryan, lalu melompat dan menghantam cowok itu yang belum ada persiapan sama sekali.

Ali memukul wajah Bryan, kemudian memukul kepala cowok itu dengan keras hingga Bryan mengerang kesakitan.

Dengan suasana yang sedikit sepi, tentu tak ada yang melihat perkehalian mereka. Dan yang pasti, tak ada yang bisa menghentikan amarah Ali.

Dengan nafas memburu, Ali menyeret Bryan yang terpental jauh darinya, kemudian maksa cowok itu berdiri. Ali menarik kerah baju Bryan, dengan tatapan tajam memangsa cowok itu.

“Gue tau! Lo yang ngirim pesan itu sama Prilly!”

Dengan kasar, Ali menghempas tubuh Bryan membuat cowok itu terdorong dengan tubuh tak seimbang. Dengan nafas yang masih sama-sama memburu, mereka berdua saling menatap dengan tajam.

Terutama Ali.

“ALI!! LO NGAPA---- Dion?”

***

Uwwww... Udah gua next:v

Revisi: 1 April 2019

Ali Alfikri [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang