"Prill,"
Prilly mengerjab pelan. Cewek itu menoleh kesamping melihat Bella yang masih melambaikan tangan didepan wajahnya.
Bella menatap Prilly heran seolah bertanya, "kenapa?"
Prilly menggeleng, cewek itu tersenyum kecil.
Saat Prilly akan meminum Vanilla Latte miliknya, Bella malah berdiri ditempat duduknya diikuti oleh Ali yang sedang menyerahkan uang kepada Reno.
"Mau kemana?" Tanya Prilly ikut berdiri dari tempat duduknya. Cewek itu memandang Ali, Reno dan Bella secara bergantian.
"Kita udah habis, Reno aja udah selesai makan. Lo ngelamun sih tadi," Kata Bella dengan kekehan kecilnya.
Reno berdiri, menyampirkan tasnya dibahu sebelah kanan.
"Gue sama Bella yang bayar, kembaliannya buat kita. Kalian pulang aja" Reno tersenyum lebar.
"Mereka?" Tanya Bella menunjuk Ali dan Prilly.
"Iyalah, lo mau siapa lagi?" Prilly berujar sinis, lantas merangkul lengan Ali yang hanya terdiam memandang orang-orang disekelilingnya tanpa minat.
"Kenapa nggak langsung aja? biar nggak ribet bolak balik." Saran Bella yang malah membuat Prilly memandangnya malas.
"Nggak, ah. Gue maunya diantar Ali." Sahut Prilly.
"Kalian keluar aja." Reno menggenggam tangan Bella, membuat cewek itu mengernyit bingung.
"Lo sama Prilly, gue sama Ali." Ucap Bella kesal sembari berusaha melepaskan genggaman tangan Reno yang semakin mengerat.
Reno menggeleng tegas, menatap Bella tajam membuat cewek itu menelan ludah. Takut.
Ali berdecak malas, lantas menarik Prilly keluar caffe membuat cewek itu terpekik kaget. Berusaha menyamakan langkahnya dengan Ali. Prilly terus mengoceh, langkah kakinya yang kecil tak bisa menyamakan langah lebar Ali.
Dengan pasrah, Prilly membiarkan tubuhnya terseret oleh langkah kaki Ali.
***
Ali melepas cekalan tangannya setelah mereka sampai di tempat parkir. Prilly mendengus, menatap kasihan pergelangan tangannya yang memerah.
"Merah, kan?! Udah tau gue nggak bisa jalan secepat lo, masih aja nyeret. Apalah arti persahabatan kita selama ini." Dengus Prilly. Cewek itu terus mengelus pergelangan tangannya bahkan sesekali meniupnya pelan.
"Lebay!" Cibir Ali.
"Serah!" Prilly merajuk, cewek itu memalingkan wajahnya kearah lain. Tak mau menatap Ali.
Ali berdecak, cowok itu menaiki motornya setelah memakai helm.
"Naik! Nanti gue telat jalan sama Bella gara-gara lo." Ketus Ali.
Prilly melotot kaget, memukul lengan Ali dengan keras. "Lo beneran serius sama Bella? Gue lo kemanain?!"
Ali mengelus lengannya, kemudian menghidupkan motornya, mengabaikan ucapan Prilly.
"Gue lo kemanain, hah?!" Seru Prilly marah.
"Buang! Bosen gue liat lo!" Sinis Ali.
Bibir Prilly bergetar, menatap Ali tak percaya. "Lo--Serius?"
"Ck! Cepetan naik!"
"Jawab dulu!" Prilly menahan lengan Ali, membuat cowok itu menatapnya dengan kesal.
"Apalagi?!" Sentak Ali.
"Lo beneran bo-san?" Tanya Prilly. Suara cewek itu mulai bergetar, ingin menangis.
"Penting?" Sahut Ali malas.
"LO PIKIR PERASAAN GUE MAIN-MAIN HAH?!" Teriak Prilly marah lantas memukul lengan Ali dengan keras.
Nggak boleh nangis, Prill. Nggak boleh.
"Kalo gue nggak bosen, nggak mungkin gue jalan sam--- Ck! Bentar," Ali merogoh saku celananya, mengeluarkan benda pipih yang terus bergetar sedari tadi. Saat Ali hendak menjawab panggilan, handphonenya sudah lebih dulu ditarik paksa oleh Prilly membuat Ali tersentak kaget.
"Winda Ardila. Oh, karna dia?"
***
Revisi: 5 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ali Alfikri [Selesai]
Fanfiction[S E L E S A I] Ali mencintai Prilly. Begitu juga sebaliknya. Sifat Ali yang tempramental, keras kepala dan tidak mau diatur, membuatnya dijuluki Bad Boy disekolah. Tapi, saat bersama Prilly, Ali seperti anak kucing yang penurut. Ali itu posesif, di...