“Pr—illy?”
Ali menatap Prilly cemas, cowok itu sedikit takut apa Prilly mendengar yang mereka bicarakan.
“Kalian ngapain disini?” Tanya Prilly heran, cewek itu mendekap beberapa lembar kertas HVS yang telah terbungkus plastik. Sepertinya, Prilly tempat fotocopy yang jaraknya memang tak terlalu jauh dari sekolah, hampir berdekatan dengan warung pojok tempat Ali dan teman-temannya biasa berkumpul.
“Ngg—Nggak.” Kata Ali gugup. Cowok itu menarik nafas lega saat Prilly menganggukkan kepalanya.
Oke! Prilly sepertinya tidak mendengar ucapan mereka. Selamat.
“Kok nggak ke sekolah?”
Ali cecengesan, “Ngantuk, pelajaran sejarah.”
“Lo ngapain disini?” Tanya Ali cepat. Berusaha mengalihkan perhatian Prilly yang menatapnya dengan curiga.
Prilly mengabaikan pertanyaan Ali. Cewek itu menatap lekat seorang cowok disebelah Ali yang sedari tadi sibuk memperhatikan pembicaraan Ali dan Prilly. Sesekali meringis akibat luka disudut bibirnya karna ulah Ali.
“Kok kenal Dion?” Prilly bertanya heran.
Ali menelah ludah. Lantas menatap Dion sebentar lalu kembali menatap Prilly.
Ali menggeleng sebagai jawaban.
“Dosa gue makin banyak, dari tadi bohong terus.”
“Ehh lo kok kenal gue, sih?” Bryan menyingkut lengan Ali, berpura-pura bertanya, yang dibalas Ali dengan pukulan dilengan kirinya.
Bryan mengumpat.
Mereka berdua terdiam sampai akhirnya Bryan kembali angkat suara.
“Nggak sengaja ketemu tadi,” Bryan menjawab pertanyaan Prilly setelah sekian lama cewek itu bergantian menatap mereka satu persatu.
Namun, Prilly sepertinya belum percaya. Matanya semakin memincing dengan tajam, menatap curiga lembab di sudut mata kiri Bryan.
“K-alian berantem?”
Itu opini terakhir Prilly setelah melihat penampilan Ali dan Bryan yang sangat berantakan.
“Dia duluan!” Bryan menunjuk Ali dengan santai menggunakan dagunya.
Ali menggeram, tidak terima.
“Gue lagi?!”
Prilly menghela nafas, menyuruh mereka berdua untuk diam.
Bryan hanya memandang Prilly sebentar,”Gue pamit.”
***
“Bentar lagi pulang,”
Prilly mengangguk, “udah tau.”
Setelah itu kembali hening, Prilly duduk gelisah disebelah Ali. merasa risih karna banyak yang menatapnya,walaupun dari dalam. mereka sedang diwarung pojok. halaman depannya.
“Kenapa kertas nya belum diantar?”
“Butuhnya juga besok, bukan sekarang.” Jawab Prilly sembari menoleh sebentar kearah Ali yang menganggukkan kepalanya kaku.
“Nanti kita pulang bareng!”
“Eh?" Ali menoleh kaget, "Ha—iya.”
Sedikit kaget, apalagi mendengar suara Prilly yang seperti perintah baginya.
“Ada banyak hal yang pengen gue tanyain.” Prilly memandang Ali datar, cewek itu pergi setelah pamit kepada Ali. Ali hanya membalas dengan memakai bahasa wajah.
“Hati-hati. Semoga habis ini, kita masih bisa sama-sama.”
***
“EMANG LAGI MANJA LAGI PENGEN DIMANJA.”
Fauzi meminum air mineralnya dengan cepat, cowok itu molancat dari kursi untuk menuju kearah Reno yang sedang berjoget heboh sembari memegang Speaker kecil yang sedang memutar sebuah lagu.
“PENGEN BERDUAAN DENGAN DIRIMU SAJA.”
Fauzi ikut berjoget heboh bersama Reno, beberapa orang ikut juga berjoget membuat wajah Reno seketika berbinar cerah.
“AYO GOYANGKAN PANTATMU!!”
Ali terkekeh pelan, ingin bergabung. Hanya saja, Mood nya sedang tidak baik. Jadi, lebih memilih menonton saja.
Seorang cowok menghampiri Ali, berkata bahwa Prilly menunggunya diluar. Ali lantas memakai tasnya dan bergegas keluar. Ternyata benar, ada Prilly yang sedang duduk dikursi kayu panjang seorang diri.
“Baru sampe?” Tanya Ali berbasa-basi. Lantas duduk disebelah Prilly.
“Kita danau tampat biasa.” Kata Prilly To the point, bergegas berdiri dari duduknya.
“Danau? Boleh, udah lama juga nggak kesana.” Sahut Ali.
Prilly terkekeh, disela-sala langkah mereka menuju motor Ali, Prilly menyindir cowok di sebelahnya.
“Terakhir kali kesana, dua hari sebelum lo diem-diem bonceng Winda pulang.”
“Sekarang kan lo,”
“Basi! Besok juga palingan lain lagi ceweknya.”
“Kamu doang kok sayang, serius.”
“Merinding gue,”
***
Mereka berdua turun, melangkah kearah pohon besar, memilih untuk duduk dibawah pohon rindang itu, diatas rerumputan dengan Ali yang bersandar di batang Pohon.
“Li?”
“Hm?”
Tangan Prilly tergerak merapikan rambut Ali.
“Ceritain semuanya disini, hal sekecil apapun itu.” Kata Prilly.
Ali hanya diam.
Soal perjanjiannya dengan Bryan, di ceritain nggak, ya?
Ali menggeleng.
Nggak, deh. Jangan.
“Kenapa bisa kenal Dion?” Tanya Prilly.
“Dia ketua geng dari SMA 3.” jawab Ali sembari memelirik Prilly lewat ekor mata.
Prilly tau itu.
“Karna itu kalian sering berantem?” Tanya Prilly, masih penasaran tentang mereka berdua.
Ali menegakkan badannya, menarik nafas panjang dan menghembusnya dengan pelan. Gerak geriknya tak pernah pernah lepas dari pandangan Prilly. Cewek itu menunggu ali berbicara.
“Gue percaya, tolong dijaga.”
Ali berucap pelan setelah mereka lama terdiam, terdengar seperti bergumam. Prilly mengangguk kaku.
“Saat itu kelas 6 SD, dimana semuanya berawal,” Ali mulai bercerita, matanya memandang keatas, berusaha mengingat-ingat kejadiannya. Secara berurutan.
“Saat dimana kehancuran mulai menguasai semuanya, dan saat dimana gue...” Jeda sebentar, “kehilangan segalanya... "
***
Besok nggak tau bisa next apa enggak, laptop lagi di pake, kalo ngetik di HP susah.Vote & Comment kek, biar gua semangat gitu. Wohooo!!
Revisi: 1 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ali Alfikri [Selesai]
Fanfiction[S E L E S A I] Ali mencintai Prilly. Begitu juga sebaliknya. Sifat Ali yang tempramental, keras kepala dan tidak mau diatur, membuatnya dijuluki Bad Boy disekolah. Tapi, saat bersama Prilly, Ali seperti anak kucing yang penurut. Ali itu posesif, di...