Ada rasa lega dalam diri Jassy setelah akhirnya berhasil memberitahu Nami apa yg dipendamnya selama ini.
Meski awalnya ragu karena Jassy kira sahabatnya itu akan menggodanya habis-habisan, tapi ternyata semua berjalan lancar tanpa ada sedikitpun ucapan Nami yg membuat Jassy malu atau menyesal sudah bercerita. Yg ada malah Jassy kena marah karena baru menceritakannya sekarang.
Yah, Jassy cuma bisa pasrah ketika Nami mengomel di sebrang sana sampai akhirnya telepon terputus secara tiba-tiba.
"Mampus abis tuh pulsanya. Sukurin lo!" Tulisan call's ended yg tertera di layar ponsel ditertawainya bersamaan dengan perasaan lega.
Tapi saat itu juga..
"Itu yg tadi beneran Jas?"
Perasaan lega yg belum berlangsung lama tersebut seketika tergantikan saat sebuah suara mengejutkan Jassy dari belakang. Rasa malu, takut, bingung, serta gelisah menyerangnya di waktu bersamaan.
"Ngapain lo?" Tanya Jassy ketus. Kalau ada sumur di depannya saat ini mungkin dia sudah terjun saking malunya.
"Gue tanya, yg tadi beneran?"
Seperti yg biasa dilakukannya, Jassy akan marah karena malu. Tanpa memperdulikan pertanyaan yg didengarnya barusan, dia memutuskan untuk keluar saja dari kamar. Tidak peduli dengan panggilan berkali-kali yg ditujukan padanya.
Dan sudah bisa ditebak apa yg terjadi selanjutnya. Seperti yg sudah sudah.
"Lah, kenapa lo malah marah sih? Orang gue nanya juga."
"Gue nggak suka lo nguping kayak gitu kak!"
Pertengkaran.
Padahal belum genap sehari Jassy dan Jongin berbaikan, pertengkaran lagi-lagi terjadi karena Jassy mendapati Jongin menguping percakapannya di telepon.
"Gue gak nguping. Heh, Jas!" Jongin membuntuti Jassy yg berjalan cepat menuruni tangga. "Gue lagi ngomong, bocah!"
Jassy tidak peduli. Kakinya yg melangkah ke sembarang arah akhirnya terhenti karena dari belakang Jongin berhasil mengejar lalu memiting lehernya. Tanpa memperdulikan protes Jassy yg terus berusaha melepaskan diri, Jongin menggiring adiknya tersebut ke ruang tengah.
"Duduk lo sini!" Sementara Jassy duduk di sofa, Jongin duduk di meja, berhadapan. "Gue tanya deh, lo marah kenapa coba?" Tanya Jongin sekali lagi.
"Lo nguping!" Bentak Jassy.
"Heh, gue kasih tau. Gue gak nguping. Gue ke kamar lo mau nanya, lo sarapannya mau samaan kayak punya gue sama Baekhyun, apa mau yg laen? Lo gue chat gak dibales, telfon juga gak bisa, ini Baekhyun kesian nunggu lama balesan gue diluar, makanya gue samperin lo. Eh.. Taunya lo lagi nelfon ngomongin--"
"Intinya lo nguping."
Jongin mengangguk sambil tersenyum paham. "Yaudah dek, iya. Gue minta maaf. Sekarang jawab pertanyaan gue tadi."
Merayu Jassy dengan panggilan seperti itu biasanya berhasil. Jongin tau dirinya hampir berhasil saat melihat Jassy diam meski di wajahnya masih tersisa kemarahan. Jongin cuma perlu usaha sedikit lagi.
"Jas.. Gapapa." Jongin menepuk-nepuk paha Jassy. Meyakinkan Jassy yg terlihat ragu harus menjawab jujur atau tidak.
Jassy sendiri masih diam dan membuat Jongin makin berusaha mengejar jawabannya walau sebenarnya jawaban itu sudah jelas. Tapi Jongin ingin mendengar itu dari mulut Jassy sendiri. Biar bagaimanapun, dia ingin adiknya itu lebih terbuka pada dirinya.
"Nih, lo inget nggak?" Jongin beralih duduk di samping Jassy. "Dulu lo tuh sering banget cerita sama gue. Apa-apa diceritain. Tapi yg paling gue inget sih soal cowok lo yg-- siapa tuh namanya, yg lo putus nangis-nangis sampe ketiduran di--"