✿ Empat

603 115 15
                                    

Hari ini Yoojung harus merelakan motornya dipakai dulu sama saudara kandungnya yang bernama Woozi Noverio soalnya motor abangnya lagi masuk tempat servis. Selain merelakan motornya, hari ini juga Yoojung akan berangkat lebih pagi untuk menunggu transportasi umum di depan perumahan-entah itu taksi atau angkot-yang penting bisa mengantarkan dia ke sekolah.

Saat lagi berjalan ke gerbang depan perumahan Antariksa, Yoojung berjalan dengan asik sambil mendengarkan lagu-lagu akustik di ponselnya pakai earphone-nya. Tapi, acara mendengar musik Yoojung jadi hancur gara-gara ada suara mesin motor gede serta klakson yang berisik dari belakangnya.

Yoojung berdecak kesal dan mengumpat orang yang bikin kebisingan di belakangnya. Orang gila dari mana lagi yang memasang klakson mobil di motornya lalu dibunyikan di pagi yang teduh ini?

Sambil menarik earphone-nya lepas dari telinga, kepala Yoojung noleh ke belakang sebentar. Perlahan langkah kakinya terhenti dan matanya memicing tajam kepada Jihoon Rahadian yang lagi mengendarai motor gedenya dengan kecepatan sangat dan dia mengekori Yoojung sambil nyengir nakal.

"Apa sih?! Bising banget! Ganggu suasana pagi aja." Omel Yoojung ke Jihoon yang sudah memberhentikan motor gedenya yang suara mesinnya sangat berisik itu.

Sontak Yoojung meloncat kaget dan menutup telinganya karena Jihoon malah menyengir tanpa dosa sambil menekan-nekan klaksonnya.

Dasar gila! Lenyap aja dari peradaban!, begitu teriak Yoojung dalam hatinya.

"BERISIKKK!!!" Teriak Yoojung membuat Jihoon berhenti menekan klaksonnya, kemudian terbahak. Yoojung malah jadi tambah jengkel lihatnya.

"Hahahaha! Marah lagi deh!" Jihoon berseru sambil ketawa. "Btw, kok jalan kaki sih? Motor lo ke mana?" Tanyanya sehabis ketawa.

"Emang ini urusan lo tau kenapa gue jalan kaki, hah?"

"Idih beringas banget. Cuma ditanya, Neng."

"Kalo yang nanya itu lo, mana sudi gue jawab? Udah ah! Gue nanti ketinggalan angkot!"

"Daripada naik angkot, sama gue aja yuk?".

Yoojung memicingkan matanya melihat Jihoon serta penampilan cowok itu. Setelah Yoojung lihat baik-baik, ternyata Jihoon juga pergi ke sekolah. Tapi, seragamnya saja yang beda sama seragam putih abu-abu punya Yoojung. Yoojung berdeham kecil waktu dia tahu Jihoon sekolah di salah satu yayasan swasta elit di Jakarta Selatan dari lambang sekolah yang ada di jas sekolah Jihoon.

"Gimana? Mau bareng?" Tanya Jihoon sambil senyum-senyum.

"Gak ah. Gak mau satu motor sama anak Yadika." Jawab Yoojung dengan nada dingin.

"Lah? Kenapa?"

"Goblok sih."

"Hah? Goblok gimana? Yadika Mesra lebih bagus kali daripada sekolah lo!"

"Bagus ndasmu! Tuh liat bukti kegoblokan salah satu siswa Yadika Mesra!"

Yoojung menunjuk helm Jihoon yang cuma ditaruh di atas tangki bensin motor dengan dagunya. Jihoon melihat helmnya dan menjadi bingung, tidak paham dengan maksud Yoojung.

"Helm cuma satu. Itu pun ditaruh di tangki doang. Heran ya gue? Otak lo sebenarnya di tangki bensin atau di kepala lo sih?"

Jihoon memegang kepalanya. "Di sini." Jawabnya dengan tampang polos.

"Ya terus kalo otak lo di kepala, kok tangki bensin lo yang lo lindungin? Lo pakein helm gitu?" Yoojung tersenyum miring, berdecak berkali-kali sambil geleng-geleng kepala. "Makasih udah nawarin tebengan, tapi gue gak niat satu motor sama orang yang gak tau aturan lalu lintas dan masih gak tau otaknya di tangki apa di kepala." Tolaknya dengan sindiran.

Sweet Tailor  [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang