✿ Dua Puluh

379 88 22
                                    

"Gue yakin lo tau sesuatu."

Donghan mengetuk-ngetukkan jarinya di jendela mobil grab yang ditumpanginya bersama Doyeon sambil berbicara kepada sahabatnya itu. Sementara Doyeon yang berada di sampingnya hanya bisa menghela napas sambil memilin-milin ujung baju putih abu-abunya.

"Sandra."

Inilah yang Doyeon paling tidak ingin hadapi sendirian, yaitu menghadapi Donghan Nugroho yang sedang marah. Dia sudah tahu betul kalau Donghan akan memanggil orang dengan nama belakang jika dia sudah marah.

"Lo tau sesuatu tentang Yoojung!" Lirih Donghan pada Doyeon.

"Dia selalu bilang kalo dia gak apa-apa. Jadi, untuk apa kita khawatirin dia selama dia baik-baik?" Lirih Doyeon dengan suara agak gemetar.

"Wtf..." Donghan tertawa tidak menyangka mendengar Doyeon, kemudian laki-laki ini menatap Doyeon lekat-lekat. "Kayak lo gak kenal Yoojung versi kini aja." Lirihnya dengan nada marah yang tertahan.

Doyeon menelan paksa air ludahnya, lalu mengatur napasnya. "Gue berani sumpah, Han. Gue gak tau apa-apa tentang dia dengan Kak Minhyun. Gue cuma tau tentang dia sama Kak Jihoon." Katanya pelan.

"Serah. Pokoknya, gue gak bakal tinggal diam kalo terjadi apa-apa sama Yoojung." Tegas Donghan.

Lalu, obrolan Donghan dengan Doyeon di dalam mobil grab yang akan mengantar mereka dari rumah Yoojung menuju rumah masing-masing pun berakhir. Mereka kini hanya menatap jendela mobil dengan pikiran berkecamuk, tetap saling mendiamkan sampai ke tempat tujuan masing-masing.

"Minhyun itu selalu datang saat kamu gak ada di rumah. Pas dia udah pulang, kamu baru pulang ke rumah. Katanya kamu yang nyuruh dia untuk datang kalo dia sempat, terus dia bilang gak usah kasih tau kamu soalnya dia udah kasih tau kamu lewat chat."

Yoojung kini sedang membaca seluruh chat dari Minhyun dan dia tidak menemukan satu pesan pun yang mengatakan kalau Minhyun pergi ke rumahnya. Dia terlihat kesal setelah memeriksa chat, kemudian dia mengacak rambutnya frustrasi ketika mengingat apa kata Ibunya soal Minhyun Devaldo.

"Bapakmu itu udah suka banget sama Minhyun. Kata Bapakmu sama Ibu, Minhyun itu pantas bersanding dengan kamu."

Kemudian, Yoojung melempar ponselnya dan berteriak kesal setelahnya. Masa bodoh dengan anggota keluarganya yang berada di luar kamarnya dan mendengarnya berteriak.

Tak lama kemudian, Yoojung melepas kacamata bundarnya, lalu menangis dalam diam karena sosok Minhyun Devaldo yang dia tidak sukai mengganggu hidupnya dan dia tidak tahu bagaimana caranya membuat laki-laki itu berhenti.

"Bapak gak tau kalo Minhyun itu gila, penuh pencitraan, sok berwibawa, dan semua omongannya itu bullshit." Kata Yoojung yang marah.




Ceklek...

Pintu sekretariat OSIS tiba-tiba terbuka, kemudian masuklah Guanlin bersama pengurus inti OSIS lainnya dengan raut wajah yang gelisah.

Pengurus-pengurus OSIS lain yang sudah ada di dalam ruangan ini terlihat terkejut melihat para pengurus inti OSIS datang dengan gelisah.

"Kenapa oi?" Tanya Euiwoong yang sedang berdiri dan bersuara duluan.

Guanlin menatap Euiwoong dengan tatapan gelisah, lalu laki-laki tinggi itu berbicara. "Pengurus inti OSIS periode dua tahun lalu datang sekarang. Mereka akan ngecek program OSIS." Jawabnya.

Sweet Tailor  [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang