"Selamat sore!"
Semua karyawan yang bekerja di tempat jahit milik Ibu Sukaesih menoleh ke arah Jihoon Rahadian yang datang sambil menenteng tas plastik dan tadi menyapa. Sapaan dari penuda tampan itu dibalas juga dengan sapaan yang ramah dari para karyawan di Sukaesih Tailor.
"Ada yang bisa dibantu, Mas?" Tanya seorang karyawan ketika Jihoon masuk, kemudian dia melihat kepala Jihoon celingak-celinguk seperti mencari sesuatu.
"Ehm, anu...." Jihoon menatap karyawan yang bicara padanya setelah celingak-celinguk, kemudia dia bicara. "Ini Mbak, saya mau perkecil baju—"
"Kak Rani! Bisa ambilin pelumas gak? Mesin jahitnya macet nih gara-gara gak halus kerja mesinnya."
Ucapan Jihoon terpotong dengan suara keras dan agak imut terdengar di dekat pintu belakang. Jihoon spontan pergi mengintip ke tempat asal suara tadi, kemudian pemuda ini tersenyum kecil lihat si pemilik suara imut tadi, yakni Yoojung Azalea yang ternyata lagi sibuk memperbaiki mesin jahit.
"Sore Azalea!" Sapa Jihoon pada Yoojung dengan senang.
Yoojung menoleh ke arah Jihoon, dan dia langsung menatap malas Jihoon. "Sore." Balasnya dengan datar.
"Ngapain?"
"Lagi napas."
"Ckckck, dingin amat."
Yoojung tidak membalas apa kata Jihoon barusan. Dia lebih memilih fokus memperbaiki mesin jahit yang agak bermasalah daripada mengacuhkan Jihoon Rahadian yang dia cap sebagai pengganggu dalam hidupnya.
Sementara Jihoon sekarang sedang melihat apa yang dilakukan Yoojung, dan dia tersenyum kagum melihat Yoojung yang pintar memakai mesin jahit dan memperbaiki mesin jahit pula. Kemudian Jihoon pergi, kembali lagi pada karyawan pertama yang bicara padanya untuk mengurus bajunya Haknyeon yang dia bawa dan mau dipermak.
"Saya tunggu di sini aja. Saya juga mau ngobrol sama temen saya." Kata Jihoon kepada karyawan yang akan mengurus baju Haknyeon.
"Baik, Mas." Balas karyawan tersebut.
Setelah bicara sama karyawan mengenai baju, akhirnya Jihoon menunggu sambil melihat Yoojung yang lagi kerja dan kelihatannya gadis itu biasa saja dengan tangannya kotor akibat memperbaiki mesin jahit.
Beda sama Jihoon kalau tangannya kotor saat memperbaiki motornya, pasti sedikit-sedikit dia bilas lagi pakai air.
"Lo biasa dipanggil siapa? Aza? Lea? Nama depan doang? Nama belakang doang?" Tanya Jihoon pada Yoojung yang lagi fokus bekerja.
"Gue lebih suka gak dipanggil. Apalagi yang manggil itu lo." Jawab Yoojung dengan dinginnya tanpa menatap Jihoon sama sekali.
"Idih, ramah dikit dong. Gue lapor Tante Sukaesih nih."
Yoojung menatap Jihoon malas, kemudian dia bicara. "Lapor aja. Gue gak takut elah. Palingan gue cuma ditegur. Kan lucu Ibu gue hantam gue cuma gara-gara gak ladenin lo?"
"...." Jihoon terdiam lagi karena Yoojung memang lebih jago bicara darinya.
Yoojung berdiri setelah menyelesaikan pekerjaannya, kemudian dia menoleh ke seorang karyawan laki-laki yang lagi menyetrika. "Kak Hamid setrikanya masih oke kan?" Tanyanya.
"Masih Dek!" Jawab karyawan laki-laki yang bernama Hamid itu.
"Yaudah! Siap! Mesin jahitnya udah bagus nih! Saya ke belakang dulu ya?" Pamit Yoojung sambil berjalan pergi ke belakang.
"Eits! Bentar! Masa lo tinggalin gue sendiri di sini?" Cegat Jihoon sambil menahan Yoojung yang sudah berjalan pergi ke belakang.
"Sendiri? Nih banyak orang masa lo bilang sendiri?" Tanya Yoojung heran sambil menunjuk semua karyawan yang ada di tempat jahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tailor [ ✔ ]
FanfictionSebuah cerita tentang seorang gadis penjahit yang berwajah semanis gula, namun ditutupi oleh sifatnya yang jutek dan cuek bertemu dengan anak tetangganya yang menyebalkan. [Park Jihoon - Wanna One x Choi Yoojung -Weki Meki/ex-I.O.I] © flowberry, 2017