✿ Tujuh Belas

424 81 10
                                    

Daritadi Yoojung Azalea menatap kosong layar ponselnya yang berada dalam keadaan mati. Dia begini karena merasa bosan dan tidak tahu apa lagi yang harus dia lakukan setelah belajar.

Kemudian, layar ponselnya menyala disertai dengan munculnya notifikasi chat line dari kontak yang bernama 'Minhyun Devaldo'. Melihat notifikasi itu membuat Yoojung memutar bola matanya malas dan menghela napasnya panjang sebelum akhirnya dia menekan lama suatu tombol di ponselnya yang membuat ponselnya berada dalam keadaan mati total.

"Menganggu aja dah." Gumam Yoojung yang mengambil ponselnya yang sudah mati, lalu disimpannya di dalam lemari.

Setelah itu, Yoojung memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan pergi ke tempat menjahit karena tiba-tiba dia teringat kalau dia harus mengerjakan kemeja batik yang dijahitnya untuk hadiah ulang tahun Woozi nanti.

Gara-gara mengurus urusannya yang tidak jelas dengan Minhyun, kemeja batik yang dikerjakannya dan akan dihadiahkan untuk Woozi baru jadi 20% saja. Parahnya, ulang tahun Woozi sudah tidak lama lagi. Ini membuat Yoojung benar-benar harus fokus mengerjakan jahitannya itu.

Sekalian ini juga mengalihkan fokusnya dari urusannya dengan Minhyun yang membuat dia kesal setengah mati dan merasa stres akhir-akhir ini.


Tok-Tok!


"Malam."

Suara ketukan pintu disusul oleh sapaan dari seseorang yang didengar Yoojung membuat Yoojung langsung menoleh ke pintu depan tempat jahit. Kini kedua mata Yoojung tengah melihat sosok Jihoon Rahadian yang datang ke tempat jahit dengan tas plastik hitam di tangannya.

"Malam." Sapa Yoojung kembali.

Jihoon tersenyum dan menunjukkan plastik hitam yang dibawanya pada Yoojung. "Gue cuma mau nganter baju doang."

"Oh. Yaudah taruh aja di mesin jahit itu." Pinta Yoojung sambil nunjuk salah satu mesin jahit. Jihoon langsung menurut.

"Oke, gue udah selesai. Gue balik ya?" Pamit Jihoon sambil tersenyum.

"Tunggu." Ucap Yoojung tanpa menatap Jihoon sama sekali.

"Hm? Kenapa?" Tanya Jihoon.

"Pinjam lengan lo."

"Hah? Untuk apa?"

"Gue potong."

"Anjay!" Seru Jihoon ketakutan dan langsung memeluk diri sendiri.

Yoojung terlihat menahan tawanya, kemudian dia menatap Jihoon. "Nggaklah. Gue pinjem buat diukur doang. Gue mau bikin baju."

Melihat Jihoon ragu-ragu dengan ucapannya barusan membuat Yoojung mengangguk kecil untuk meyakinkan sambil megang alat ukurnya. Akhirnya Jihoon mengangguk, lalu mendekat dan Yoojung langsung melingkarkan alat ukurnya di lengan kanan Jihoon dan mulai mengukur dengan serius.

"Terlalu kecil." Lirih Yoojung sambil melepaskan alat ukurnya dari lengan Jihoon.

"Untuk apa sih? Kok harus lengan?" Tanya Jihoon agak bingung.

"Ini tuh untuk perbandingan ukuran lengan kemeja yang gue mau jahit." Jawab Yoojung.

"Kemeja siapa yang mau lo jahit?"

"Kemeja Abang gue."

"Oh. Kenapa gak ukur sama orangnya langsung?"

Yoojung mengurus kain batiknya sambil menjawab pertanyaan Jihoon barusan. "Entar bukan suprise lagi kalo gue ukur sama orangnya langsung soalnya ini hadiah ultahnya." Jelasnya.

"Oh gitu. Eh iya, ini baju yang gue titipin punyanya Nyokap gue. Kata Nyokap gue, kasih aja ke Tante Sukaesih karena beliau udah tau harus jahit baju ini kayak gimana."

Sweet Tailor  [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang