✿ Dua Puluh Lima

462 90 8
                                    

3k words. Ckk 👏😂
Jadinya panjang aned kek gini :(















































"Oh ya, dua minggu lalu lo nangis kenceng itu karena apa?"

Jihoon akhirnya punya kesempatan untuk bertanya dengan penuh hati-hati tentang masalah yang dialami Yoojung dua minggu yang lalu, yang membuat Donghan menjadi salah paham sampai memukulinya.

Alis Yoojung langsung terangkat mendengar pertanyaan itu, lalu dia menjawab. "Gak apa-apa cum—"

"Just let me know, Jung. Please." Potong Jihoon cepat dengan nada sedikit memohon.

Yoojung menghela napasnya panjang, lalu dia menatap sendu Jihoon. "Lo bener-bener pengen tau?" Tanyanya.

Jihoon mengangguk kecil. "Gue pengen jawaban 'gak apa-apa' diganti sama jawaban yang jelas." Tambahnya.

".....Oke, gue bakal cerita semuanya."

Perasaan lega dan sedikit puas akhirnya menyelimuti hati Jihoon setelah mendengar Yoojung akan menceritakan semuanya. Iya, semua cerita tentang sosok Yoojung yang membuat Jihoon sangat-sangat penasaran sejak pertama kali bertemu dengan Yoojung. Kini, Jihoon menyiapkan baik-baik telinganya untuk mendengar Yoojung yang akan bercerita tentang dirinya sendiri.

"Hm... Jadi, lo kenapa waktu itu?" Tanya Jihoon.

Yoojung berpikir sejenak, kemudian dia bersuara. "Tau alumnus yang pernah lo temuin dan pernah nanyain soal gue ke lo?"

"Tau. Karena dia ya?"

Yoojung mengangguk. "Kata-katanya terlalu jahat, menurut gue." Katanya.

"Emang dia ngomong apa?"

Yoojung pun bercerita tentang Minhyun yang suka padanya dan jelas-jelas memaksanya untuk move on dari pacarnya secara rinci supaya Jihoon mengerti.

"Gue gak tahan lagi sama dia karena dia teriak di wajah gue, nyuruh sadar dan inget kalo pacar gue udah meninggal sekitar delapan bulan yang lalu. Itu yang bikin gue nangis waktu itu." Yoojung memijat pelipisnya karena kepalanya terasa pening saat dia mulai memikirkan Minhyun. "Gue sadar kalo dia udah meninggal... Tapi, tolonglah, gue masih butuh waktu buat lupain semuanya." Tuturnya.

Mata Jihoon sekarang seperti mau keluar dari tempatnya sehabis mendengar kalau pacar Yoojung yang sudah meninggal.

"M-Meninggal?" Tanya Jihoon yang tidak nyangka.

"Iya, meninggal." Jawab Yoojung. "Dan mirisnya, gue yang paling pertama tau dan liat dia meninggal." Lanjutnya.

Jihoon terdiam dan dia merasa kasihan karena ternyata seberat inilah beban Yoojung. Pacarnya sudah meninggal, ditambah lagi dia menjadi orang pertama yang tahu dan lihat pacarnya meninggal.

"Siapa.... Siapa pacar lo itu?" Tanya Jihoon pura-pura tidak tahu, padahal dia sudah tahu siapa pacar Yoojung.

"Woojin Adrian Pratama. Mantan waketos kedua di sekolah, lulus tahun lalu sebagai lulusan terbaik." Jawab Yoojung.

"Wow~ Lulusan terbaik? Pinter ya?"

"Sangat."

"Oh... Udah lama ya lo pacaran sama dia?"

"Gak lama sih. Belum juga setahun. Tapi, gue agak susah move on soalnya selama pacaran tuh dia ngasih banyak hal yang berharga buat hidup gue."

"Hal apa itu?"

Yoojung tersenyum pahit dan menyeka airmatanya yang mulai mengalir. "Gue dulu bobrok. Sama kayak Donghan dan Doyeon. Tapi, hidup gue tuh berubah 180 derajat sejak gue pacaran sama dia. Selain jadi pacar, dia itu bisa jadi Bokap kedua, Kakak, dan guru buat gue." Katanya dengan suara gemetar.

Sweet Tailor  [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang