✿ Sepuluh

413 101 15
                                    

Yoojung mengetuk-ngetukkan pensilnya di atas meja sambil melihat ibunya, Goeun Sukaesih yang sibuk menyulap kain-kain indah menjadi kebaya super indah. Setelah melihat Ibunya sebentar, Yoojung membenarkan posisi kacamata bulatnya yang dia kenakan lalu dia melanjutkan mengerjakan PR Fisika-nya.

"Jung?" Panggil Goeun pada anak bungsunya itu.

"Iya Bu?" Sahut Yoojung sambil menatap Goeun.

"Tadi Ibu Rahadian nelpon dan katanya dia mau ambil bajunya nanti. Kamu bisa ngecek di kumpulan plastik itu? Bajunya Ibu Rahadian kalo gak salah dimasukin ke kantong plastik merah dengan kode RHD." Pinta Goeun.

"Iya Bu... Apa tadi kodenya?" Tanya Yoojung.

"Er-Ha-De. RHD."

"Oke Bu."

"Yaudah. Ibu tinggal dulu jahitannya ya? Ibu mau bawa Kakakmu ke tukang pijat. Katanya pinggangnya sakit mulu dari kemarin."

Yoojung hanya mengangguk, lalu dia melihat Goeun pergi untuk mengantar Woozi, saudara kandungnya yang sedang sakit pinggang dan akibatnya pemuda itu menjadi sangat sulit berjalan sekarang.

Kini Yoojung berjalan menuju tumpukan kantong plastik yang isinya jahitan yang sudah selesai dikerjakan. Dia mulai mencari kantong plastik yang Goeun maksud tadi sambil berharap dari lubuk hati yang terdalam supaya Ibu Rahadian saja yang datang mengambil jahitan yang sementara dicarinya ini. Jangan anaknya.

Yoojung bisa memastikan semua bakal jadi berabe urusannya kalau Yoojung ketemu sama pemuda yang bawel itu.

"Malam!"

Yoojung menoleh ke pintu dan dia menghela napasnya berat melihat orang yang dia tidak diharapkannya datang malah datang dengan sapaan penuh semangat, senyum menyebalkan di wajah tampannya, dan dia berdiri serta bersandar di bingkai pintu.

"Malam. Ini bajunya Ibu Rahadian." Kata Yoojung langsung memberikan barangnya Ibu Rahadian ke anaknya, Jihoon Rahadian.

Jihoon menerima barang tersebut, kemudian menatap Yoojung. "Nyokap gue katanya udah bayar, benerkan?"

"Hm."

"Oke. Hah...." Jihoon menghela napas panjang sambil melihat tempat jahit milik Ibu Yoojung dan bicara lagi sambil menatap Yoojung. "Sebenarnya, dari dulu gue males banget ke sini. Tapi karena liat lo—"

"Kalo udah selesai, silahkan balik aja. Saya masih banyak kerjaan." Potong Yoojung langsung berlalu begitu saja dari depan Jihoon.

Jihoon kehilangan kata-kata ketika Yoojung pergi dari hadapannya dan tidak memperdulikannya sama sekali. Rencananya Jihoon untuk baperin anak orang totally failed.

Jihoon terdiam menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, tapi dia menggaruknya karena merasa malu dan canggung. Kemudian Jihoon seperti tersentak dan dahinya mengernyit heran saat dia tiba-tiba ditatap oleh Yoojung sampai Yoojung harus memicingkan matanya.

"Rambut bisa dimodel asal tetap rapih dan ga boleh panjang sampe kena telinga." Kata Yoojung yang ternyata melihat ke arah rambut Jihoon.

Jihoon yang mendengar itu langsung berdeham sambil tersenyum kecil. "Cie... Perhatian cie."

"Ini peringatan." Tegas Yoojung yang tatapannya langsung berubah jadi tatapan tajam. "Lo udah ngelanggar tata tertib SMA Negeri Nusa Bangsa pasal...."

Yoojung mencerocos tentang peraturan tata tertib sekolah yang kelihatannya dia sudah hafal di luar kepala. Cerocosan gadis itu membuat Jihoon melongo.

"Kalo peringatan tetap gak indahin, sekbid dua dan pembinanya akan bertindak." Jelas Yoojung dengan sangat rinci dan nada serius.

"......." Jihoon lagi-lagi terdiam sambil berusaha bersikap biasa sekarang.

Sweet Tailor  [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang