✿ Tiga Belas

380 94 7
                                    

Kalau saja Yoojung Azalea tahu hari ini panasnya matahari siang begitu menyengat di kulit, lebih baik Yoojung ke pasar nanti sore hari saja untuk membeli kain sama bahan-bahan lain untuk menjahit kemeja batik yang menjadi hadiah ulang tahun saudaranya, Woozi Noverio.

Saking kepanasan dan gerahnya Yoojung sekarang, Yoojung bahkan sampai merasa dirinya tidak mampu lagi berkeliling untuk melihat apa yang dia ingin beli di toko yang menjual bahan-bahan untuk menjahit. Sampai-sampai pemilik toko yang sedang menjaga tokonya ini khawatir melihat Yoojung, satu-satunya pelanggannya yang masih sangat muda itu banjir keringat dan napasnya tidak terlalu beraturan akibat menahan panas yang benar-benar gila.

"Dek, gapapa Dek?" Tanya pemilik toko ke Yoojung yang bersandar di tembok.

Yoojung menyeka keringatnya dan mengangguk sambil memaksa diri untuk tersenyum. "Gapapa kok, Mbak." Ucapnya setenang mungkin.

"Istirahat dulu Dek. Duduk sini, dekat kipas angin saya biar kamu gak kepanasan banget."

Mendengar tawaran itu bikin Yoojung jadi perang pikrian sama batinnya. Pikirannya berteriak kalau dia harus selesai berbelanja sekarang dan langsung pulang ke rumah sekarang. Tetapi, hati kecilnya seperti bicara dengan lembut kalau dia kelelahan dan butuh istirahat.

Dan akhirnya.....

"Ah, iya. Terimakasih banyak."

Yoojung menerima tawaran itu dan duduk di dekat kipas angin yang ada di toko ini. Dia juga memejamkan mata untuk merasakan segarnya angin kipas angin yang begitu baik untuk dirinya yang kepanasan ini. Biarpun gadis ini sudah tidak kepanasan lagi, Yoojung tetap merasa tidak enak badan karena bahu dengan kepalanya terasa berat sekarang.

Merasakan semua hal yang membuat Yoojung sulit ini membuat gadis penjahit ini menghela napasnya panjang karena dia menyadari sesuatu.

Dia sangat butuh istirahat dan menjauh dari 'stress' yang lagi-lagi datang serta mengakibatkan adanya sedikit guncangan pada hidupnya.

Ketika sedang beristirahat, Yoojung buru-buru mengambil ponselnya dari saku celana jinnya ketika dia mendengar suara ringtone ponselnya. Dia segera menjawab sebuah panggilan masuk di hpnya dari Minhyun Devaldo, alumnus sekolahnya yang tiga hari lalu menemuinya secara empat mata di aula sekolah.

"Halo?" Ucap Yoojung saat nerima panggilan.

"Halo Yoojung? Ini Minhyun."

"Oh, iya Kak. Ada apa Kak?"

"Lagi di mana?"

"Lagi di luar Kak."

"Oh? Sama temen?"

"Sendiri Kak. Saya lagi beli kain."

"Beli kain? Oh ya, aku lupa kalo kamu penjahit. Jadi kamu belinya sendiri doang?"

"Iya."

"Mau aku nyusul ke sana?"

"Gak perlu Kak. Ini udah mau pulang kok."

"Yaudah, kita ketemu di rumah kamu aja. Gimana?"

Yoojung mendengar kata Minhyun tadi langsung membuatnya berpikir sejenak sambil memijit tulang hidungnya dengan pelan. Sebenarnya, Yoojung tidak ingin bertemu Minhyun sekarang. Tetapi, entah kenapa Yoojung merasa dirinya tidak punya alasan untuk menghindari pertemuan dengan Minhyun kali ini.

"Boleh kok Kak."

Jadi, Yoojung hanya bisa mengiyakan saja.

Sweet Tailor  [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang