Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Pagi ini Dareen akan disibukkan dengan sedikit kegiatan di kampus. Dareen berkuliah di Ludwig University Jerman mengambil jurusan melukis.
Sejak kecil ia memang suka sekali melukis, karena dari melukislah Dareen mampu menciptakan dunia baru untuk dirinya sendiri.
Jason papa Dareen, menentang keputusan anaknya mengambil jurusan melukis karena menurutnya melukis hanya membuang-buang waktu. Pria itu sebelumnya sangat antusias menyuruh Dareen untuk mengambil jurusan bisnis, karena Jason berharap banyak kepada Dareen untuk menjadi penerus perusahaan nantinya.
Tetapi dengan segala upayanya menyuruh Dareen, hasilnya tetap nihil. Sifat keras kepala Jason menurun pada Dareen sehingga sulit baginya membujuk, jadi mau mencoba dengan cara apapun Dareen tetap bersikeras tidak akan menurut. Apalagi posisi Dareen sangat membenci dirinya.
Buat apa gw turutin mau tuh orang. Dia aja egois.
Setelah semua selesai dipersiapkan, Dareen segera keluar dari kamarnya untuk melihat keadaan Sonya mamanya.
Saat ini Sonya sedang duduk di kursi taman. Yang membuat Dareen heran, dia mendapati raut wajah Sonya sudah terlihat murung. Sejenak membuatnya berpikir.
Mama kenapa lagi?
Wanita paruh baya itu memang sudah tua, umurnya sudah bisa dibilang tak muda lagi. Namun wajahnya tidak berkeriput sehingga wajah cantiknya itu masih tetap terlihat. Dan sampai kapan pun Dareen akan terus menganggap bahwa Sonya adalah malaikat tercintanya yang akan dia lindungi sampai kapan pun.
Dareen perlahan berjalan menghampiri Sonya yang sedang melamun dan langsung duduk tepat disamping Sonya.
"Pagi mamaku yang cantik" sapa Dareen kemudian mengecup pipi Sonya. Sonya segera menoleh lalu tersenyum menatapnya.
"Pagi juga jagoan mama. Kamu mau ke kampus ya? Belajar yang rajin supaya kamu bisa jadi sukses nantinya" balas Sonya mengecup pipi Dareen.
Tak ada lagi yang Dareen inginkan saat ini, hanya melihat moment bersama Sonya saja sudah membuat hidupnya jauh lebih berarti. Sungguh, ia menyayangi Sonya lebih dari apapun.
"Siap ma, Dareen pasti bakal belajar yang bener supaya bisa buat mama bangga. Dan supaya bisa bawa mama pergi dari rumah ini" jawabnya sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya dan sedikit memberi penekanan di kalimat terakhir.
"Itu baru anak mama" Sonya menepuk bahu Dareen pelan. "Mama mau kamu jangan benci sama papamu. Mau bagaimana pun juga dia itu papamu, kamu harus menghormati dia. Mama yakin papa pasti sayang sekali sama kita, beliau hanya tak bisa menunjukkannya depan kamu dan mama"
"Tapi mama yakin sekali jauh di dalam lubuk hatinya yang dalam. Papa kamu peduli sama kita" lanjutnya lagi seakan mau Dareen paham akan perkataannya.
Sonya menarik Dareen dalam pelukannya dan memeluknya erat. Untuknya, Dareen adalah permata yang tak ternilai, dan suaminya adalah berlian. Dia sangat mencintai keduanya, walau sesungguhnya dia cukup sadar tak ada cinta di mata suaminya untuk dirinya. Tapi tidak salahkan untuk selalu berharap akan keajaiban? Itu yang selalu membuatnya yakin kalau nanti semuanya akan nyata.
Tanpa Sonya sadari air matanya sudah menetes. Segera ia mengusap airmatanya agar Dareen tidak khawatir padanya.
Dareen tahu bahwa Sonya sedang menangis, dengan lembut ia segera mengusap airmata Sonya dengan ibu jarinya.
"Ma, Dareen minta mama jangan sedih lagi ya. Dareen bakal hapus kesedihan mama. Dareen akan selalu buat mama bahagia. Dareen bahagia sekali punya mama yang hebat, mama sudah menjadi figur orang tua yang sempurna untuk Dareen, dan mama juga uda jadi penganti papa buat Dareen. Pokoknya mama adalah yang terbaik di dunia. Dareen sayang banget sama mama" ucapnya tulus disetiap katanya. Kata-kata sederhana namun sangat berarti untuk Sonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
Teen FictionBercerita tentang mereka. Kehidupan, percintaan dan keluarga. Tidak semulus harapan mereka. Mereka dua insan yang tanpa sadar dipertemukan oleh takdir, Siapa sangka suatu keadaan mempertemukan mereka? "Tanpa sadar kau membawa bahagia ku yang hilan...