kebahagiaan yang sempurna

21 0 0
                                    

Pagi ini Dareen akan menjemput mamanya dirumah sakit. Saat ingin masuk ke dalam mobil. Jason papanya langsung menepuk bahu Dareen sehingga membuat dirinya menoleh.

"Mau kemana kamu pagi-pagi begini?" Tanya Jason menatap anaknya dingin.

"Bukan urusan anda saya mau kemana, yang harusnya bertanya disini saya! Suami macam apa anda? Istri terbaring dirumah sakit karena kelakuan anda, tapi anda malah pergi. Tidak menjenguk atau menjemput. Apa pantas anda disebut sebagai seorang suami?!" Teriak Dareen kencang tepat di depan wajah Jason.

Jason melayangkan tangannya menampar pipi Dareen. Dan menyebabkan bibirnya meneteskan darah segar.

"Jaga cara bicaramu Dareen! Seharusnya kamu berkaca dengan siapa kamu bicara? Kamu masih dibawah naungan saya. Semua yang kamu pakai masih atas nama saya! Memang kamu dan mamamu sama saja. Sama-sama tidak tahu malu!"

Dengan tatapan tajam Dareen menatap Jason. Segera meludahkan darah segar dimulutnya. Merasa muak dengan ucapan Jason. "Kalau anda ingin mengambil semua yang anda beri ke saya silahkan! Saya cuma minta anda memperlakukan istri anda dengan baik!"

Dengan langkah kaki cepat dia masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan Jason yang masih berdiam diri. Perdebatan dengan Jason sangat menguras emosinya. Dia hanya ingin segera bertemu dengan Sonya. Karena hari ini dokter sudah memperbolehkan mamanya untuk pulang. Keadaan Sonya sudah berangsur membaik.

Ketika membuka pintu, Dareen mendapati Sonya yang sedang melamun. Pasti Sonya saat ini sedang memikirkan Jason. Ia tidak tega melihat mamanya yang terus tersiksa seperti ini.

"Kita pulang kerumah ma. Apa mama mau ke apartemen Dareen aja?" Sonya langsung menggeleng cepat. Menolak untuk tinggal sementara di apartemen. Padahal dia cuma ingin agar Sonya tidak bertemu dengan Jason untuk sekarang ini.

"Jangan. Lebih baik kita pulang kerumah. Kasihan papamu sendirian disana." ucapnya lembut. Lalu mengusap pucuk kepala Dareen.

Dareen hanya menghela nafas pendek. Pasrah dengan keinginan mamanya. Percuma memaksa "Kalau mama maunya begitu yaudah kita pulang sekarang." Jawabnya sambil membantu Sonya berjalan.

*****

Sesampainya mereka dirumah, Dareen langsung membaringkan mamanya ditempat tidur, tidak lupa dia menyelimuti tubuh Sonya. Dia sadar ada kesedihan yang sangat dalam di bola mata mamanya.

"Ma. Dareen pergi ke kampus dulu. Dua hari lagi Dareen ada acara di kampus."

"Yasudah kamu hati-hati. Salamkan salam mama untuk Rena." Lalu mencium pipi Dareen.

"Ok ma nanti Dareen sampein ke Nata" balasnya sambil melambaikan tangan.

*****

Dareen melangkahkan kakinya ke ruangan Mr.Sulivan. Pagi tadi beliau memberi kabar bahwa dirinya diminta datang ke ruangannya karena ingin membicarakan sesuatu. Dengan sopan Dareen mengetok pintu.

"Permisi pak. Ada apa bapak mangil saya?"

"Saya mau tanya bagaimana hasil lukisan kamu? Apa sudah selesai? Lusa Lukisan kamu sudah harus saya nilai apakah pantas atau tidaknya." ucap pak Sulivan menatap layar komputer.

"Belum selesai pak.., tapi secepatnya saya akan selesaikan, sebelum deadline." Ucap Daren ragu.

"Baiklah saya tunggu, kamu jangan sampai lupa. Oke kamu boleh keluar sekarang"

Perasaan Dareen saat ini sedang berada di mood paling buruk. Dia paling tidak suka jika harus mengerjakan sesuatu yang terburu-buru. Rooftop adalah pilihan yang tepat untuk sekarang. Ketika sampai, dia tersentak kaget melihat Rena yang berada disana dengan melonjorkan kakinya di kursi panjang sambil menyenderkan kepalanya di pegangan kursi. Gadis itu sedang mendengarkan musik dengan earphone yang masih menempel di telinganya sambil menyanyi kecil.

Our Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang