pernyataan yang menyakitkan

16 2 0
                                    

Pagi hari yang cerah, membangunkan Rena dari tidurnya. Tadi malam Dareen ketiduran di sofa kamarnya. Lalu dia membangunkan lelakinya itu dari tidurnya untuk berpindah ke ranjang. Dia tidak ingin tubuh Dareen nantinya akan sakit ketika terbangun nanti.

Melihat wajah Dareen ketika ia terbangun mungkin sudah menjadi bagian favorit untuknya. Wajahnya tampak tenang damai. Lelakinya itu sudah menjadi malaikatnya saat ini.

Sudah cukup lama dia mengenal Dareen, tapi tetap saja tidak mengurangi degupan cepat di jantungnya. Ketika bersama Dareen, degup jantung Rena selalu berdetak cepat. Lelakinya itu sangat tahu apa yang bisa membuatnya seperti itu. Memiliki Dareen dalam hidup Rena mungkin seperti memenangkan lotre. Kebanyakan lelaki pasti akan melakukan hal yang tidak-tidak ketika cewek dan cowok tidur bersama. Tetapi tidak untuk Dareen. Lelaki itu tidak macam-macam walau saat ini mereka tidur seranjang. Makanya dirinya mungkin adalah gadis yang paling beruntung memilikinya.

Tangan besar Dareen masih setia memeluk Rena. Rasanya Rena masih tetap ingin bersandar pada lengannya itu. Hari ini rasanya ia malas untuk ke cafe. Tubuhnya masih terasa ngilu saat kehujanan kemarin. Mungkin sebaiknya hari ini dia meminta izin libur pada Rian.

Dareen membuka matanya pelan, menoleh dan mendapati Rena yang sedang menatapnya. Dia membalas menatap gadis nya itu dengan senyuman lebar.

"Pagi sayang" ucapnya lembut, masih setia memeluk gadisnya. Merasa tak ingin jauh-jauh darinya.

"Pagi juga. Tumben udah bangun. Biasa lama banget kamu bangunnya" kekeh Rena pelan.

"Berasa ada yang ngeliatin aku terus sih, makanya aku bangun deh"

"Nyindir ceritanya? Yauda kalau gak mau aku liatin. Aku gak bakal liat kamu lagi" decak Rena sebal melepaskan pelukan Dareen lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Dih marah. Pagi-pagi aja udah marah. Keriput loh nanti. Bercanda doang kok" sambil memeluk Rena kembali dan mengusap pucuk kepalanya pelan.

"Terus aja bercandain aku, hobi banget sih"

Dareen terkekeh "Lucu abisnya"

"Kamu hari ini mau kemana?" Lanjutnya. Dirinya berharap agar Rena tidak ada jadwal kemanapun. Jadi dia bisa seharian bersama gadisnya.

Rena terdiam, lalu mengeleng "Sebenernya sih hari ini aku ada jadwal kerja di tempat Rian. Cuma aku males, jadi nanti aku minta izin libur aja. Emangnya kenapa?"

"Mau ikut aku kerumah gak? Sekalian ketemu sama mama" dan langsung dianguki cepat oleh gadisnya.

Rena sangat antusias ketika Dareen mengajak dirinya kerumahnya dan bertemu dengan mamanya. Sudah lama dia tidak bertemu Sonya. Kangen ingin bertemu dengan wanita paruh baya itu.

"Mau banget" jawabnya cepat, lalu dengan cepat dia beranjak berdiri dan menyambar handuk.

"Aku mandi dulu, udah gak sabar mau ketemu mama Sonya" lanjutnya. Dareen hanya tertawa melihat kelakuan gadisnya itu. Rena kelihatan sangat bersemangat untuk menemui mamanya.

*****

Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju rumah Dareen. Sedari tadi Rena terlihat sangat bersemangat. Hal itu membuat Dareen merasa lega, berarti gadisnya itu saat ini sudah melupakan kejadian kemarin. Ia hanya takut jika trauma Rena kembali. Tidak ingin sesuatu terjadi pada gadis cantiknya.

"Kamu udah lebih baik? Jangan sedih-sedih lagi Nat. Aku gak pengen liat kamu kayak kemarin" tanyanya lembut, takut jika gadisnya itu akan teringat kejadian kemarin, yang nantinya akan membuatnya kembali sedih.

"Aku udah baikan" Rena menarik tangan kiri Dareen lalu mengengamnya "Jangan khawatir. Aku baik-baik aja. Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau gak perlu mikirin masalah itu lagi? Jadi gak usah cemas"

Our Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang